Akuisisi PGE oleh PLN Perpanjangan Tangan Asing
A
A
A
JAKARTA - Rencana pengambilalihan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menuai protes dari internal perusahaan minyak dan gas milik negara itu. Pengambilalihan PGE dinilai hanya memecah belah Pertamina dan memperlemah daya saing dengan perusahaan energi lainnya.
"Pengambilalihan Pertamina PGE oleh PLN merupakan upaya untuk menyingkirkan Pertamina dari industri energi sekaligus melemahkan Pertamina dalam persaingan dengan perusahaan energi lainnya," ujar pengamat ekonomi dari Universitas Bung Karno, Salamuddin Daeng di Jakarta, Jumat (5/8/2016).
Salamuddin menambahkan, aset Pertamina PGE akan menjadi ajang bancakan swasta dengan menggunakan tangan PLN. Sebagaimana diketahui proyek pengadaaan listrik melalui proyek 35.000 megawatt bertumpu pada penguasaan sektor swasta terhadap pembangkit listrik melalui strategi Independent Power Producer (IPP) atau dikenal dengan pembangkit listrik swasta. "Cepat atau lambat, aset yang berasal dari Pertamina PGE akan berpindah ke tangan swasta," sebutnya.
Pengambil alihan aset Pertamina PGE oleh PLN, lanjut Salamuddin, berpotensi menambah utang baru dalam rangka menambal utang lama.
Sebagaimana diketahui bahwa energi geothermal merupakan energi masa depan yang menjadi sasaran incaran investor swasta, baik nasional maupun asing. Perusahaan-perusahaan asing yang saat ini menjadi pesaing Pertamina di sektor energi seperti Chevron, Exxon dan perusahaan swasta lainnya berlomba melakukan investasi dan menguasai cadangan geothermal Indonesia dalam rangka mengincar bisnis ketenagalistrikan.
Sementara Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu, Noviandri menjelaskan, saat ini Pertamina menegaskan diri sebagai perusahaan energi, bukan hanya perusahaan minyak dan gas (migas). Artinya, menurut Noviandri, usaha Pertamina makin ekspansif juga ke sektor energi terbarukan.
"Pengambilalihan Pertamina PGE oleh PLN merupakan upaya untuk menyingkirkan Pertamina dari industri energi sekaligus melemahkan Pertamina dalam persaingan dengan perusahaan energi lainnya," ujar pengamat ekonomi dari Universitas Bung Karno, Salamuddin Daeng di Jakarta, Jumat (5/8/2016).
Salamuddin menambahkan, aset Pertamina PGE akan menjadi ajang bancakan swasta dengan menggunakan tangan PLN. Sebagaimana diketahui proyek pengadaaan listrik melalui proyek 35.000 megawatt bertumpu pada penguasaan sektor swasta terhadap pembangkit listrik melalui strategi Independent Power Producer (IPP) atau dikenal dengan pembangkit listrik swasta. "Cepat atau lambat, aset yang berasal dari Pertamina PGE akan berpindah ke tangan swasta," sebutnya.
Pengambil alihan aset Pertamina PGE oleh PLN, lanjut Salamuddin, berpotensi menambah utang baru dalam rangka menambal utang lama.
Sebagaimana diketahui bahwa energi geothermal merupakan energi masa depan yang menjadi sasaran incaran investor swasta, baik nasional maupun asing. Perusahaan-perusahaan asing yang saat ini menjadi pesaing Pertamina di sektor energi seperti Chevron, Exxon dan perusahaan swasta lainnya berlomba melakukan investasi dan menguasai cadangan geothermal Indonesia dalam rangka mengincar bisnis ketenagalistrikan.
Sementara Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu, Noviandri menjelaskan, saat ini Pertamina menegaskan diri sebagai perusahaan energi, bukan hanya perusahaan minyak dan gas (migas). Artinya, menurut Noviandri, usaha Pertamina makin ekspansif juga ke sektor energi terbarukan.
(ven)