Pasokan Listrik Minim Ancam Pertumbuhan Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah harus mampu menjaga pertumbuhan ekonomi dengan baik, salah satu caranya dengan menjamin ketersediaan listrik untuk industri dan konsumsi.
"Dari sisi demand akan membesar, sebab pertumbuhan ekonomi di luar dugaan tumbuh 5,18%. Momentum ini perlu dijaga dengan memberikan kepastian bahwa listrik tersedia untuk pertumbuhan ekonomi. Ekonomi kita lemahnya dipasokan listrik," kata Sekjen Asosiasi Produsen Listik Swasta Indonesia (APLSI) Priamanaya Djan dalam rilisnya di Jakarta, Senin (8/8/2016).
Menurutnya, cukup sulit bagi pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pada level ideal bila pasokan listrik tidak mencukupi tiap tahun. "Kuartalan berikut akan berat kalau pasokan listrik melemah. Setrum ini bisa mengerem pertumbuhan (ekonomi) loh," ungkapnya.
Dia mengingatkan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5%-7%, Indonesia membutuhkan pasokan listrik baru sekitar 5.000-7.000 MW per tahun. Setiap tahun akan terjadi peningkatan konsumsi listrik rata-rata 10,1%.
Atas dasar itu, diproyeksikan kebutuhan listrik nasional sebesar 171 terawatt hour (TWh) akan menjadi 1.075 TWh pada 2031. Namun, dengan kapasitas listrik terpasang saat ini dan masih rendahnya pasokan listrik baru, Indonesia masih akan mengalami krisis listrik.
Sejalan dengan itu, Wakil Bendahara Umum APLSI Rizka Armadhana mengingatkan cadangan listrik Indonesia masih sangat rendah. Sehingga, rentan mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Dia mengatakan, cadangan listrik ideal sebuah negara sebesar 30%. Sementara, cadangan listrik nasional masih sangat rendah hanya 10%. "Kita bandingkan dengan cadangan listrik Singapura yang mencapai 100%. Dengan pencadangan yang tipis ini, Indonesia selalu terancam pemadaman dan ekonominya lagi yang kena," pungkas Rizka.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2016 di luar dugaan naik menembus 5,18% (year on year), dibanding triwulan I/2016 sebesar 4,91% dan triwulan II/2015 sebesar 4,66%. Pertumbuhan diperkirakan terus meningkat menjadi 5,2% pada kuartal III dan 5,3% pada kuartal IV tahun ini.
"Dari sisi demand akan membesar, sebab pertumbuhan ekonomi di luar dugaan tumbuh 5,18%. Momentum ini perlu dijaga dengan memberikan kepastian bahwa listrik tersedia untuk pertumbuhan ekonomi. Ekonomi kita lemahnya dipasokan listrik," kata Sekjen Asosiasi Produsen Listik Swasta Indonesia (APLSI) Priamanaya Djan dalam rilisnya di Jakarta, Senin (8/8/2016).
Menurutnya, cukup sulit bagi pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pada level ideal bila pasokan listrik tidak mencukupi tiap tahun. "Kuartalan berikut akan berat kalau pasokan listrik melemah. Setrum ini bisa mengerem pertumbuhan (ekonomi) loh," ungkapnya.
Dia mengingatkan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5%-7%, Indonesia membutuhkan pasokan listrik baru sekitar 5.000-7.000 MW per tahun. Setiap tahun akan terjadi peningkatan konsumsi listrik rata-rata 10,1%.
Atas dasar itu, diproyeksikan kebutuhan listrik nasional sebesar 171 terawatt hour (TWh) akan menjadi 1.075 TWh pada 2031. Namun, dengan kapasitas listrik terpasang saat ini dan masih rendahnya pasokan listrik baru, Indonesia masih akan mengalami krisis listrik.
Sejalan dengan itu, Wakil Bendahara Umum APLSI Rizka Armadhana mengingatkan cadangan listrik Indonesia masih sangat rendah. Sehingga, rentan mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Dia mengatakan, cadangan listrik ideal sebuah negara sebesar 30%. Sementara, cadangan listrik nasional masih sangat rendah hanya 10%. "Kita bandingkan dengan cadangan listrik Singapura yang mencapai 100%. Dengan pencadangan yang tipis ini, Indonesia selalu terancam pemadaman dan ekonominya lagi yang kena," pungkas Rizka.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2016 di luar dugaan naik menembus 5,18% (year on year), dibanding triwulan I/2016 sebesar 4,91% dan triwulan II/2015 sebesar 4,66%. Pertumbuhan diperkirakan terus meningkat menjadi 5,2% pada kuartal III dan 5,3% pada kuartal IV tahun ini.
(izz)