Penurunan Ekspor China Perparah Ekonomi Global
A
A
A
BEIJING - Penurunan ekspor China yang terjadi hingga Juli kemarin, menambahkan kekhawatiran atas prospek ekonomi global. Tercatat ekspor Negeri Tirai Bambu -julukan China- tersebut jatuh sebesar 4,4% dibandingkan tahun sebelumnya, setelah sempat membaik pada Juni yang berada di atas level 4,8%.
Meski begitu hasil pada bulan Juni masih lebih buruk daripada yang analis harapkan. Selain itu seperti dilansir BBCnews, Senin (8/8/2016) empor China juga mengalami pelemahan dari yang diperkirakan dengan pelemahan sebesar 12,5%.
Ketika China menjadi poin penting dalam ekonomi seluruh dunia, data terbaru ekspor dan impor diyakini bakal mempengaruhi pandangan secara global. Sejauh ini ekspor dari China sudah mengalami kejatuhan pada periode 12 sampai 13 bulan terakhir.
Ketidakpastian global, mulai dari harga komoditas yang masih dalam tren pelemahan ditambah krisis hutang Uni Eropa (UE) dan Inggris yang memilih meninggalkan keanggotaan UE terus membuat kegiatan ekonomi di seluruh dunia mengalami tekanan.
Ekonom dari Oxford Louis Kuijs menilai angka-angka di atas bukan menjadi pertanda bagi untuk memperlihatkan kondisi permintaan global, mengingat ekspor China mendapatkan manfaat dari mata uang yang lebih lemah. "Melihat ke depan, kami berharap data perdagangan tetap bersemangat dalam beberapa bulan mendatang. Kita ini ada momentum kebangkitan perdagangan global dan permintaan domestik Cina," jelasnya.
Berdasarkan mata uang dolar Amerika Serikat (USD), ekspor mengalami kejatuhan sebesar USD184,7 miliar sedangkan impor lebih rendah menjadi USD132,4 miliar. Ini membuat negara mencetak surplus perdagangan USD52,31 pada Juli.
Permintaan domestik yang lamban menunjukkan bahwa upaya Beijing untuk meningkatkan konsumsi untuk memacu pertumbuhan belum diterapkan. Meskipun akan sangat rumit, tapi diharapkan pertumbuhan ekonomi akan jadi lebih baik dari yang diharapkan pada kuartal kedua.
Meski begitu hasil pada bulan Juni masih lebih buruk daripada yang analis harapkan. Selain itu seperti dilansir BBCnews, Senin (8/8/2016) empor China juga mengalami pelemahan dari yang diperkirakan dengan pelemahan sebesar 12,5%.
Ketika China menjadi poin penting dalam ekonomi seluruh dunia, data terbaru ekspor dan impor diyakini bakal mempengaruhi pandangan secara global. Sejauh ini ekspor dari China sudah mengalami kejatuhan pada periode 12 sampai 13 bulan terakhir.
Ketidakpastian global, mulai dari harga komoditas yang masih dalam tren pelemahan ditambah krisis hutang Uni Eropa (UE) dan Inggris yang memilih meninggalkan keanggotaan UE terus membuat kegiatan ekonomi di seluruh dunia mengalami tekanan.
Ekonom dari Oxford Louis Kuijs menilai angka-angka di atas bukan menjadi pertanda bagi untuk memperlihatkan kondisi permintaan global, mengingat ekspor China mendapatkan manfaat dari mata uang yang lebih lemah. "Melihat ke depan, kami berharap data perdagangan tetap bersemangat dalam beberapa bulan mendatang. Kita ini ada momentum kebangkitan perdagangan global dan permintaan domestik Cina," jelasnya.
Berdasarkan mata uang dolar Amerika Serikat (USD), ekspor mengalami kejatuhan sebesar USD184,7 miliar sedangkan impor lebih rendah menjadi USD132,4 miliar. Ini membuat negara mencetak surplus perdagangan USD52,31 pada Juli.
Permintaan domestik yang lamban menunjukkan bahwa upaya Beijing untuk meningkatkan konsumsi untuk memacu pertumbuhan belum diterapkan. Meskipun akan sangat rumit, tapi diharapkan pertumbuhan ekonomi akan jadi lebih baik dari yang diharapkan pada kuartal kedua.
(akr)