Jokowi Lakukan Peletakan Batu Pertama SUTT 70 kV di Nias
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangka peningkatan infrastruktur kelistrikan di Pulau Nias, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama untuk Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kilo Volt Nias-Teluk Dalam di Idanoi, Nias, Sumatera Utara.
Pembangunan SUTT 70 Kv sepanjang 110 km sangat penting guna meningkatkan keandalan pasokan listrik bagi warga Nias. Dalam kegiatan tersebut, Jokowi didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno, Gubernur Sumatera Utara Teuku Erry dan Direktur Utama PLN Sofyan Basir beserta Jajaran Direksi PLN.
Peletakan batu pertama ini sebagai tanda dimulainya seluruh pengerjaan pembangunan SUTT 70 kV yang rencananya selesai pada April 2017. Nantinya, saluran tegangan tinggi ini akan terdiri dari 393 tower, dimana saat ini tanah yang telah dibebaskan sebanyak 172 tower.
Dengan dibangunnya SUTT diharapkan bisa meningkatkan keandalan pasokan, peningkatan efisiensi penghantaran daya listrik serta meningkatkan rasio elektrifikasi di Pulau Nias.
"Hadirnya SUTT 70 kV sangat penting bagi pelayanan listrik warga Nias, karena transmisi ini lebih handal jika dibandingkan dengan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV. Artinya listrik yang diterima warga akan lebih baik, serta bisa membuka peluang untuk pelanggan baru. Sehingga diharapkan meningkatkan rasio elektrifikasi di Pulau Nias,” ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Jumat (19/8/2016).
SUTT juga bermanfaat dalam meningkatkan penyaluran daya listrik sehingga listrik yang dihasilkan dari MPP di Idanoi dapat disalurkan hingga ke wilayah Teluk Dalam. Dimana sebelumnya, penyaluran hanya untuk area Gunung Sitoli karena keterbatasan kemampuan jaringan.
Selain melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan SUTT 70 kV, Presiden Jokowi beserta rombongan juga melakukan kunjungan ke Mobile Power Plan (MPP) Nias 1x25 MW. Kunjungan ini bermaksud untuk melihat perkembangan pembangunan MPP yang sebelumnya telah dilakukan peletakan batu pertama oleh Presiden pada 1 Juni lalu.
Saat ini, perkembangan keseluruhan untuk MPP Nias 1x25 MW telah mencapai 59% dan diperkirakan akan beroperasi pada akhir Oktober 2016. Selain menambah pasokan listrik hingga 25 MW, manfaat lain dari MPP yakni mengurangi pemakaian pembangkit listrik tenaga diesel yang artinya dapat mengefisienkan biaya pokok produksi listrik.
Namun yang terpenting dari pembangunan MPP Nias 1x25 MW adalah membuka peluang menambah jumlah pelanggan dan pemenuhan kebutuhan akan listrik yang setiap harinya semakin meningkat. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Saat ini sistem kelistrikan di Pulau Nias ditopang dari pembangkit diesel di Gunung Sitoli dan Teluk Dalam dengan total daya mampu sebesar 33,15 MW, sementara untuk beban puncak di sistem Nias saat ini mencapai 24,02 MW. Untuk kedepannya, demi meningkatkan rasio elektrifikasi, PLN berencana menambah pembangkit listrik di Nias yakni PLTMG 25 MW.
Adapun seluruh pembangunan infratruktur kelistrikan ini masuk dalam program 35.000 MW, demi mewujudkan peningkatan ratio elektrifikasi seperti yang tertuang dalam Program Nawacita Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Saat ini PLN sedang konsentrasi untuk melakukan percepatan mengejar target 35.000 MW, tentunya hal ini tidak lepas dari dukungan pemerintah, masyarakat dan stakeholder," pungkas Sofyan.
Pembangunan SUTT 70 Kv sepanjang 110 km sangat penting guna meningkatkan keandalan pasokan listrik bagi warga Nias. Dalam kegiatan tersebut, Jokowi didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno, Gubernur Sumatera Utara Teuku Erry dan Direktur Utama PLN Sofyan Basir beserta Jajaran Direksi PLN.
Peletakan batu pertama ini sebagai tanda dimulainya seluruh pengerjaan pembangunan SUTT 70 kV yang rencananya selesai pada April 2017. Nantinya, saluran tegangan tinggi ini akan terdiri dari 393 tower, dimana saat ini tanah yang telah dibebaskan sebanyak 172 tower.
Dengan dibangunnya SUTT diharapkan bisa meningkatkan keandalan pasokan, peningkatan efisiensi penghantaran daya listrik serta meningkatkan rasio elektrifikasi di Pulau Nias.
"Hadirnya SUTT 70 kV sangat penting bagi pelayanan listrik warga Nias, karena transmisi ini lebih handal jika dibandingkan dengan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV. Artinya listrik yang diterima warga akan lebih baik, serta bisa membuka peluang untuk pelanggan baru. Sehingga diharapkan meningkatkan rasio elektrifikasi di Pulau Nias,” ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Jumat (19/8/2016).
SUTT juga bermanfaat dalam meningkatkan penyaluran daya listrik sehingga listrik yang dihasilkan dari MPP di Idanoi dapat disalurkan hingga ke wilayah Teluk Dalam. Dimana sebelumnya, penyaluran hanya untuk area Gunung Sitoli karena keterbatasan kemampuan jaringan.
Selain melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan SUTT 70 kV, Presiden Jokowi beserta rombongan juga melakukan kunjungan ke Mobile Power Plan (MPP) Nias 1x25 MW. Kunjungan ini bermaksud untuk melihat perkembangan pembangunan MPP yang sebelumnya telah dilakukan peletakan batu pertama oleh Presiden pada 1 Juni lalu.
Saat ini, perkembangan keseluruhan untuk MPP Nias 1x25 MW telah mencapai 59% dan diperkirakan akan beroperasi pada akhir Oktober 2016. Selain menambah pasokan listrik hingga 25 MW, manfaat lain dari MPP yakni mengurangi pemakaian pembangkit listrik tenaga diesel yang artinya dapat mengefisienkan biaya pokok produksi listrik.
Namun yang terpenting dari pembangunan MPP Nias 1x25 MW adalah membuka peluang menambah jumlah pelanggan dan pemenuhan kebutuhan akan listrik yang setiap harinya semakin meningkat. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Saat ini sistem kelistrikan di Pulau Nias ditopang dari pembangkit diesel di Gunung Sitoli dan Teluk Dalam dengan total daya mampu sebesar 33,15 MW, sementara untuk beban puncak di sistem Nias saat ini mencapai 24,02 MW. Untuk kedepannya, demi meningkatkan rasio elektrifikasi, PLN berencana menambah pembangkit listrik di Nias yakni PLTMG 25 MW.
Adapun seluruh pembangunan infratruktur kelistrikan ini masuk dalam program 35.000 MW, demi mewujudkan peningkatan ratio elektrifikasi seperti yang tertuang dalam Program Nawacita Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Saat ini PLN sedang konsentrasi untuk melakukan percepatan mengejar target 35.000 MW, tentunya hal ini tidak lepas dari dukungan pemerintah, masyarakat dan stakeholder," pungkas Sofyan.
(ven)