Pemerintah Sokong Pengembangan Bandara Blimbingsari
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan mendorong pengembangan Bandara Blimbingsari di Bayuwangi, Jawa Timur, dengan memperkuat landasan runway. Hal itu disampaikan Bupati Bayuwangi, Abdullah Azwar Anas usai bertemu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta.
”Menhub sangat mendukung pengembangan bandara Banyuwangi. Ada sejumlah anggaran yang dialokasikan untuk penebalan awal 2017,” ujar Abdullah di Kantor Kemenhub, Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
Selain pengembangan bandara, Kemenhub juga akan mendorong pesawat jenis Boeing 737-500 bisa beroperasi. Namun, kata dia, pesawat jenis Boeing tersebut baru bisa operasi setelah dilakukan penebalan runway landasan.
"Sebenarnya sudah bisa didarati pesawat Boeing, namun Kemenhub meminta supaya kami meningkatkan fasilitas udara berupa fasilitas petugas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran. Pemenuhan fasiitas itu, solusinya kami sewa dulu dari PT Angkasa Pura," ujar dia.
Dia berharap, bisa segera memenuhi masuknya pesawat Boeing ke wilayah Banyuwangi yang menghubungkan penerbangan dari Jakarta. Pihaknya juga melaporkan perkembangan pengerjaan tahap akhir terminal baru di Bandara Banyuwangi yang dibangun dengan biaya APBD Provinsi Jatim dan Banyuwangi. Terminal dengan arsitektur hijau dan mengakomodasi budaya lokal itu dijadwalkan beroperasi awal 2017.
Dikonsep nyaris tanpa AC, terminal dipastikan tetap sejuk dengan pengaturan sirkulasi udara, water treatment, dan beragam tanaman hingga ke atap terminal. Arsitekturnya mengadopsi model atap rumah khas Suku Osing (suku asli Banyuwangi) serta merawat budaya masyarakat setempat yang selalu berombongan saat melepas kerabatnya bepergian dengan menyediakan anjungan yang mengarah langsung ke landasan.
Dia menjelaskan, pihaknya berinisiatif membangun terminal baru dua tahun lalu tanpa menunggu bantuan Pemerintah Pusat karena kenaikan penumpang yang drastis. ”Ini model kerja sama pusat dan daerah yang perlu dikembangkan. Kami berinisiatif membangun terminal baru, Kemenhub mendukung aspek keselamatan penerbangannya. Sinergi pusat dan daerah sangat berarti bagi daerah,” ujar Anas.
Peresmian terminal baru, lanjut dia, cukup mendesak karena terminal yang ada saat ini tidak mampu menampung luberan penumpang. Sembari menunggu penyelesaian terminal baru, Kemenhub juga bakal merenovasi terminal lama dengan memperlebar ruang keberangkatan.
”Kemenhub akan memoles sedikit terminal lama agar penumpang tidak meluber hingga ke luar ruang keberangkatan. Kami mohon maaf karena selama ini penumpang harus menunggu dalam suasana yang kurang nyaman, karena kenaikan penumpang sangat signifikan dan terminal lama sudah tidak bisa menampung,” ujar Anas.
Sebagai informasi penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi memang melonjak hingga 1.308% dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015). Memasuki 2016, frekuensi penerbangan ke dan dari Banyuwangi juga bertambah dari semula dua kali dalam sehari menjadi tiga kali dalam sehari. Rutenya adalah Surabaya-Banyuwangi dan sebaliknya.
Dihubungi terpisah, Kepala Bagian Kerja sama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agoes Soebagio mengatakan, pemerintah daerah telah menyatakan kesiapannya untuk menyerahkan sebagian aset Bandara Blimbingsari untuk dikelola oleh satuan kerja bandara di lingkungan kemenhub Direktorat jenderal Perhubungan Udara.
"Saya kira, setelah pertemuan kemarin, sebagian aset pemerintah sudah akan diserahkan kepada kemenhub untuk dikelola dan dikembangkan dengan maksimal," kata dia kepada Koran SINDO.
Adapun, Kepala Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Dodi Sharma Cahyadi mengatakan, tahun depan untuk mempertebal runway bandara kebutuhan anggaran mencapai Rp50 miliar. Saat ini, kata Dodi, sebagian aset pemerintah daerah dari sisi udara diantaranya landasan pacu (runway) dan taxi apron telah diserahterimakan. Selanjutnya, pengembangan bandara akan dilakukan pada awal tahun depan memanfaatkan anggaran APBN.
"Saat ini memang ketebalan aspal landasan pacu masih 27 PCN. Dibutuhkan jadi butuh penebalan sekitar 20 centimeter lagi supaya bisa didarati Boeing 737-500," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa Bandara Blimbingsari didukung oleh pemerintah daerah setempat sebab, Banyuwangi menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata di Indonesia. "Ini terbukti karena Pemda setempat sangat bersemangat membangun sisi darat terminal melalui APBD. Nantinya setelah sisi udara diserahkan kepada pemerintah, menyusul sisi darat (terminal). Namun karena terminalnya masih diperluas, makanya akan menyusul," pungkas dia.
Bandara Blimbingsari merupakan bandara dibawah kelolaan Kemenhub melalui satuan kerja Unit Pelaksana Bandar Udara (UPBU). Adapun, pengembangan bandara UPBU, selanjutnya akan memanfaatkan angaran APBN setelah Pemda berinisiatif membangun dan mengembangkan sebagian bandara memanfaatkan anggaran APBD setempat.
”Menhub sangat mendukung pengembangan bandara Banyuwangi. Ada sejumlah anggaran yang dialokasikan untuk penebalan awal 2017,” ujar Abdullah di Kantor Kemenhub, Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
Selain pengembangan bandara, Kemenhub juga akan mendorong pesawat jenis Boeing 737-500 bisa beroperasi. Namun, kata dia, pesawat jenis Boeing tersebut baru bisa operasi setelah dilakukan penebalan runway landasan.
"Sebenarnya sudah bisa didarati pesawat Boeing, namun Kemenhub meminta supaya kami meningkatkan fasilitas udara berupa fasilitas petugas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran. Pemenuhan fasiitas itu, solusinya kami sewa dulu dari PT Angkasa Pura," ujar dia.
Dia berharap, bisa segera memenuhi masuknya pesawat Boeing ke wilayah Banyuwangi yang menghubungkan penerbangan dari Jakarta. Pihaknya juga melaporkan perkembangan pengerjaan tahap akhir terminal baru di Bandara Banyuwangi yang dibangun dengan biaya APBD Provinsi Jatim dan Banyuwangi. Terminal dengan arsitektur hijau dan mengakomodasi budaya lokal itu dijadwalkan beroperasi awal 2017.
Dikonsep nyaris tanpa AC, terminal dipastikan tetap sejuk dengan pengaturan sirkulasi udara, water treatment, dan beragam tanaman hingga ke atap terminal. Arsitekturnya mengadopsi model atap rumah khas Suku Osing (suku asli Banyuwangi) serta merawat budaya masyarakat setempat yang selalu berombongan saat melepas kerabatnya bepergian dengan menyediakan anjungan yang mengarah langsung ke landasan.
Dia menjelaskan, pihaknya berinisiatif membangun terminal baru dua tahun lalu tanpa menunggu bantuan Pemerintah Pusat karena kenaikan penumpang yang drastis. ”Ini model kerja sama pusat dan daerah yang perlu dikembangkan. Kami berinisiatif membangun terminal baru, Kemenhub mendukung aspek keselamatan penerbangannya. Sinergi pusat dan daerah sangat berarti bagi daerah,” ujar Anas.
Peresmian terminal baru, lanjut dia, cukup mendesak karena terminal yang ada saat ini tidak mampu menampung luberan penumpang. Sembari menunggu penyelesaian terminal baru, Kemenhub juga bakal merenovasi terminal lama dengan memperlebar ruang keberangkatan.
”Kemenhub akan memoles sedikit terminal lama agar penumpang tidak meluber hingga ke luar ruang keberangkatan. Kami mohon maaf karena selama ini penumpang harus menunggu dalam suasana yang kurang nyaman, karena kenaikan penumpang sangat signifikan dan terminal lama sudah tidak bisa menampung,” ujar Anas.
Sebagai informasi penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi memang melonjak hingga 1.308% dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015). Memasuki 2016, frekuensi penerbangan ke dan dari Banyuwangi juga bertambah dari semula dua kali dalam sehari menjadi tiga kali dalam sehari. Rutenya adalah Surabaya-Banyuwangi dan sebaliknya.
Dihubungi terpisah, Kepala Bagian Kerja sama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agoes Soebagio mengatakan, pemerintah daerah telah menyatakan kesiapannya untuk menyerahkan sebagian aset Bandara Blimbingsari untuk dikelola oleh satuan kerja bandara di lingkungan kemenhub Direktorat jenderal Perhubungan Udara.
"Saya kira, setelah pertemuan kemarin, sebagian aset pemerintah sudah akan diserahkan kepada kemenhub untuk dikelola dan dikembangkan dengan maksimal," kata dia kepada Koran SINDO.
Adapun, Kepala Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Dodi Sharma Cahyadi mengatakan, tahun depan untuk mempertebal runway bandara kebutuhan anggaran mencapai Rp50 miliar. Saat ini, kata Dodi, sebagian aset pemerintah daerah dari sisi udara diantaranya landasan pacu (runway) dan taxi apron telah diserahterimakan. Selanjutnya, pengembangan bandara akan dilakukan pada awal tahun depan memanfaatkan anggaran APBN.
"Saat ini memang ketebalan aspal landasan pacu masih 27 PCN. Dibutuhkan jadi butuh penebalan sekitar 20 centimeter lagi supaya bisa didarati Boeing 737-500," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa Bandara Blimbingsari didukung oleh pemerintah daerah setempat sebab, Banyuwangi menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata di Indonesia. "Ini terbukti karena Pemda setempat sangat bersemangat membangun sisi darat terminal melalui APBD. Nantinya setelah sisi udara diserahkan kepada pemerintah, menyusul sisi darat (terminal). Namun karena terminalnya masih diperluas, makanya akan menyusul," pungkas dia.
Bandara Blimbingsari merupakan bandara dibawah kelolaan Kemenhub melalui satuan kerja Unit Pelaksana Bandar Udara (UPBU). Adapun, pengembangan bandara UPBU, selanjutnya akan memanfaatkan angaran APBN setelah Pemda berinisiatif membangun dan mengembangkan sebagian bandara memanfaatkan anggaran APBD setempat.
(ven)