Harga Komoditas Turun, Jateng Deflasi 0,28%
A
A
A
SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat pada Agustus 2016 terjadi deflasi sebesar 0,28% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 123,58 atau lebih rendah dibanding Juli 2016 yang mengalami inflasi 1,00% dengan IHK 123,93.
(Baca: Agustus Deflasi 0,02%, Terendah Sejak 2001)
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, komoditas yang memberikan sumbangan terhadap deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan masing-masing sebesar 0,21% diikuti kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau sebesar 0,02%.
"Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Agustus 2016 antara lain angkutan antar kota, daging ayam ras, gula pasir, tarif kereta api, telur ayam ras dan beberapa komoditas sayuran," ujarnya di Semarang, Kamis (1/9/2016).
Dia menjelaskan, deflasi tertinggi terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,51% diikuti Kota Kudus sebesar 0,48%, Tegal sebesar 0,45%, Kota Surakarta sebesar 0,25%. Sementara Kota Semarang mengalami deflasi sebesar 0,21% dan deflasi terendah terjadi di Kota Cilacap sebesar 0,18%.
Jam-jam menyebutkan, meski terjadi deflasi, sejumlah komoditas masih menunjukkan kenaikan harga pada beberapa kelompok, di antaranya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,77%, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,28%.
Selain itu, kenaikan juga terlihat pada kelompok kesehatan sebesar 0,26% dan kelompok sandang sebesar 0,13%. "Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah tarif listrik, cabai rawit, cabai merah, kentang dan sekolah dasar," ucapnya.
Dia menjelaskan, laju inflasi tahun kalender Agustus 2016 sebesar 1,43% lebih rendah dibanding inflasi tahun kalender Agustus 2015 yang mengalami inflasi sebesar 1,70%. Sedangkan laju inflasi secara year on year Agustus 2016 sebesar 2,46% lebih rendah dibanding laju inflasi Agustus 2015 yang mengalami inflasi sebesar 6,18%.
"Kita berharap, pada bulan-bulan ke depan harga relatif stabil, sehingga tidak ada gejolak inflasi," ucapnya.
Sementara, berdasarkan pantuan lapangan, sejumlah komoditi memang sudah mengalami penurunan harga. Harga telur ayam ras misalnya, yang sebelumnya sempat menyentuh harga di atas Rp20 ribu, saat ini hanya Rp18.500 per kilogram.
Sementara, harga daging ayam ras yang sebelumnya sempat Rp34 ribu per kg saat ini sudah kembali normal yakni Rp27.000 per kg. "Sekarang ini sudah relatif normal, kalau misalnya ada kenaikan paling tidak banyak dan sifatnya hanya sementara," kata Wati, salah seorang pedagang sembako di Pasar Bulu.
(Baca: Agustus Deflasi 0,02%, Terendah Sejak 2001)
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, komoditas yang memberikan sumbangan terhadap deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan masing-masing sebesar 0,21% diikuti kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau sebesar 0,02%.
"Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Agustus 2016 antara lain angkutan antar kota, daging ayam ras, gula pasir, tarif kereta api, telur ayam ras dan beberapa komoditas sayuran," ujarnya di Semarang, Kamis (1/9/2016).
Dia menjelaskan, deflasi tertinggi terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,51% diikuti Kota Kudus sebesar 0,48%, Tegal sebesar 0,45%, Kota Surakarta sebesar 0,25%. Sementara Kota Semarang mengalami deflasi sebesar 0,21% dan deflasi terendah terjadi di Kota Cilacap sebesar 0,18%.
Jam-jam menyebutkan, meski terjadi deflasi, sejumlah komoditas masih menunjukkan kenaikan harga pada beberapa kelompok, di antaranya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,77%, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,28%.
Selain itu, kenaikan juga terlihat pada kelompok kesehatan sebesar 0,26% dan kelompok sandang sebesar 0,13%. "Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah tarif listrik, cabai rawit, cabai merah, kentang dan sekolah dasar," ucapnya.
Dia menjelaskan, laju inflasi tahun kalender Agustus 2016 sebesar 1,43% lebih rendah dibanding inflasi tahun kalender Agustus 2015 yang mengalami inflasi sebesar 1,70%. Sedangkan laju inflasi secara year on year Agustus 2016 sebesar 2,46% lebih rendah dibanding laju inflasi Agustus 2015 yang mengalami inflasi sebesar 6,18%.
"Kita berharap, pada bulan-bulan ke depan harga relatif stabil, sehingga tidak ada gejolak inflasi," ucapnya.
Sementara, berdasarkan pantuan lapangan, sejumlah komoditi memang sudah mengalami penurunan harga. Harga telur ayam ras misalnya, yang sebelumnya sempat menyentuh harga di atas Rp20 ribu, saat ini hanya Rp18.500 per kilogram.
Sementara, harga daging ayam ras yang sebelumnya sempat Rp34 ribu per kg saat ini sudah kembali normal yakni Rp27.000 per kg. "Sekarang ini sudah relatif normal, kalau misalnya ada kenaikan paling tidak banyak dan sifatnya hanya sementara," kata Wati, salah seorang pedagang sembako di Pasar Bulu.
(izz)