Sri Mulyani: Indonesia Punya Jejak Rekam Turunkan Kemiskinan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan Indonesia memiliki jejak rekam yang panjang dalam menurunkan kemiskinan. Hal ini terbukti selama beberapa waktu terakhir, angka kemiskinan Indonesia memang menurun meski tidak signifikan secara year on year (YoY).
Ani, begitu dia akrab disapa, mengatakan secara historis menurunkan kemiskinan di bawah angka 10% itu lebih sulit ketimbang dari 12% ke 11% atau 10%. Pasalnya banyak yang harus dikeroyok untuk kesejahteraan rakyat, untuk menekan ke bawah 10%.
"Indonesia memiliki jejak rekam yang panjang menurunkan kemiskinan. Kalau dari sisi komitmen, ada jejak rekam yang baik dari peralihan satu pemerintah ke pemerintah selanjutnya. Tapi ini sangat panjang tidak bisa langsung turun begitu saja," kata Menkeu Ani, di Gedung DPR RI, Kamis (8/9/2016) dini hari.
Untuk mengentaskan yang ke angka lebih bawah, kata dia, tidak sekadar dengan uang namun juga kesempatan dalam berbagai sektor salah satunya di sektor pendidikan. Seperti adagium bahwa kualitas pendidikan suatu bangsa mencerminkan kemajuan bangsa tersebut.
"Kualitas pendidikan tidak sebatas 20% dari APBN, namun juga apa yang mereka enyam di pendidikan itu sendiri," kata dia.
Selain itu di sektor kesehatan. Puskesmas dan rumah sakit, aksesnya hingga saat ini belum memadai ke remote area alias daerah terpencil. Kawasan tersebut belum terjamah akses kesehatan salah satu penyebabnya jarak yang terlalu jauh.
"Jadi mereka belum tentu bisa menjangkau itu. Belum lagi kalau saya bicara soal kekurangan gizi yang menyebabkan kerusakan otak," tegas dia.
Ani pun menjelaskan lebih lanjut, Indonesia khususnya Pemerintah harus belajar untuk teliti bukan hanya mengandalkan dari jumlah uang yang diberikan sebagai subsidi atau membangun program, namun bagaimana menyentuh masalah sampai akar.
"Makanya peran Pemda sangat penting untuk entaskan kemiskinan. Dan program-program yang kita lakukan tidak hanya mengandalkan kreatifitas semata namun juga efektif," pungkasnya.
Ani, begitu dia akrab disapa, mengatakan secara historis menurunkan kemiskinan di bawah angka 10% itu lebih sulit ketimbang dari 12% ke 11% atau 10%. Pasalnya banyak yang harus dikeroyok untuk kesejahteraan rakyat, untuk menekan ke bawah 10%.
"Indonesia memiliki jejak rekam yang panjang menurunkan kemiskinan. Kalau dari sisi komitmen, ada jejak rekam yang baik dari peralihan satu pemerintah ke pemerintah selanjutnya. Tapi ini sangat panjang tidak bisa langsung turun begitu saja," kata Menkeu Ani, di Gedung DPR RI, Kamis (8/9/2016) dini hari.
Untuk mengentaskan yang ke angka lebih bawah, kata dia, tidak sekadar dengan uang namun juga kesempatan dalam berbagai sektor salah satunya di sektor pendidikan. Seperti adagium bahwa kualitas pendidikan suatu bangsa mencerminkan kemajuan bangsa tersebut.
"Kualitas pendidikan tidak sebatas 20% dari APBN, namun juga apa yang mereka enyam di pendidikan itu sendiri," kata dia.
Selain itu di sektor kesehatan. Puskesmas dan rumah sakit, aksesnya hingga saat ini belum memadai ke remote area alias daerah terpencil. Kawasan tersebut belum terjamah akses kesehatan salah satu penyebabnya jarak yang terlalu jauh.
"Jadi mereka belum tentu bisa menjangkau itu. Belum lagi kalau saya bicara soal kekurangan gizi yang menyebabkan kerusakan otak," tegas dia.
Ani pun menjelaskan lebih lanjut, Indonesia khususnya Pemerintah harus belajar untuk teliti bukan hanya mengandalkan dari jumlah uang yang diberikan sebagai subsidi atau membangun program, namun bagaimana menyentuh masalah sampai akar.
"Makanya peran Pemda sangat penting untuk entaskan kemiskinan. Dan program-program yang kita lakukan tidak hanya mengandalkan kreatifitas semata namun juga efektif," pungkasnya.
(ven)