Lima Tips Sukses dari Sang Raja Mode
A
A
A
BERBICARA pengusaha super kaya, nama Bill Gates dan Warren Buffet selalu berada di daftar teratas yang dibicarakan. Namun ada satu nama yang kini berupaya merebut takhta miliarder terkaya.
Namanya Amancio Ortega Gaona, 80 tahun, pengusaha Spanyol yang terkenal sebagai raja mode dunia. Dari tangannya lahir merek busana Zara, Massimo Dutti, Pull & Bear, Stradivarius, Bershka, dan mempekerjakan lebih dari 92.000 tenaga kerja.
Pekan lalu, ia menyalip pendiri Microsoft dari singgasana pengusaha terkaya di muka bumi, yang memang betah diduduki oleh Gates. Meski saham konglomerat ritek Ortega berfluktuasi, namun ia selalu berada di tiga besar pengusaha terkaya dunia.
Melansir CNBC, Sabtu (17/9/2016), kekayaan bersih Ortega ditaksir mencapai USD77 miliar (per Kamis). Bisnisnya membentang di 7.000 toko di hampir 100 negara di dunia. Tiga merek modenya: Zara, Massimo Dutti dan Pull & Bear mengumpulkan USD20 miliar pada tahun lalu.
Mendirikan bisnis mode sejak 1975 dengan brand Zara, Ortega dikenal pelit bicara kepada media massa. Namun kali ini ia memberi tips tentang cara meraih kesuksesan.
Berikut lima pelajaran meraih sukses dari Ortega yang mungkin bisa Anda terapkan:
Pelajaran 1: Kecepatan adalah segalanya.
Ketika Ortega mendirikan Zara pada 1975, ia membalikkan dunia ritel dengan jadwal yang agresif. Ia memasukkan model baru di gerai busananya lebih cepat daripada kompetitornya di pasar. Ia bahkan selalu memantau perkembangan tokonya dua kali seminggu dan merespons segala pesanan dalam waktu 48 jam.
Kecepatan ini menjadi ciri khas dari bisnis Ortega dalam menghadapi pesaingnya. Business Insider mencatat pesaingnya baru melansir mode baru sebulan kemudian di department store, tetapi Ortega sudah menaruh mode baru hanya dalam seminggu.
Pelajaran 2: Merespons keinginan pelanggan
"Pelanggan harus terus menjadi pusat utama perhatian. Baik dalam penciptaan koleksi busana dan desain toko kami, sistem logistik dan kegiatan lainnya," ujar Ortega.
Ketajaman mengamai apa yang orang pakai dan mendengarkan apa yang mereka inginkan adalah penting. Fortune pada 2013 bahkan menulis, Ortega selalu melacak para blogger dan mendengarkan pelanggannya. Hal ini membuatnya dapat menyesuaikan diri dengan tren busana setiap musimnya.
Pelajaran 3: Kontrol rantai pasokan.
Mayoritas perusahaan mode membuat pakaiannya di China karena biaya tenaga kerja murah, lain halnya dengan Ortega. Ia membuat produknya di daerah yang bisa ia kontrol, yaitu Spanyol, Portugal, dan Maroko. Pada 2012, The Economist melaporkan, Ortega selalu memantau bahan, pabrik, dan jahitan desain pakaiannya di jaringan toko-toko lokal. Rantai pasokan pun dipersingkat agar perusahaan dapat bereaksi cepat terhadap tren baru. Dengan cara itu, ia dapat mengisi gerai-gerainya sehingga pelanggan selalu mendapatkan produk baru.
Pelajaran 4: Tetap setia kepada akar Anda
Lahir dari keluarga ekonomi bawah, Ortega selalu tidak lupa pada akarnya. Ayahnya hanya seorang buruh kereta api, sedangkan ibunya pembantu rumah tangga. Ortega meninggalkan sekolah pada usia 14 tahun untuk bekerja. Hal ini dilakukan karena sebuah pemilik toko menolak memberi kredit kepada ibunya untuk membeli bahan makanan. Dalam biografinya yang ditulis Covadonga O'Shea berjudul "The Man From Zara" pada 2012, Ortega menceritakan tentang setia untuk hidup sederhana.
Meski berada di peringkat tiga orang terkaya dunia, menurut The Telegraph, ia tidak pernah memiliki kantor. Ia hanya duduk di sebuah meja di Inditex, di kampung halamannya di La Coruña, berbicara dengan desainer, pegawai pabrik, dan pembeli. "Dia suka bekerja bersama karyawannya," kata O'Shea.
Bahkan, kini di usia 80 tahun, Ortega masih pergi ke pabriknya hampir setiap hari. Ia tidak pernah berhenti bekerja dan mendengar ide-ide baru dari karyawannya.
Pelajaran 5: Jangan pernah berhenti berinovasi
"Berpuas diri adalah hal terburuk bagi setiap orang," ucap Ortega di hadapan pada profesor bisnis pada 2007. Karena sukses, kata dia, tidak pernah dijamin.
Untuk itu, ia mengaku tidak pernah membiarkan dirinya untuk berpuas diri terhadap apa yang telah dilakukan. Selalu mencoba menanamkan diri kepada orang-orang disekitarnya untuk selalu tumbuh. "Tumbuh atau mati," tambahnya lagi. Dan dalam berinovasi, jangan terpaku pada hasil tetapi bertumbuhlah terus.
Namanya Amancio Ortega Gaona, 80 tahun, pengusaha Spanyol yang terkenal sebagai raja mode dunia. Dari tangannya lahir merek busana Zara, Massimo Dutti, Pull & Bear, Stradivarius, Bershka, dan mempekerjakan lebih dari 92.000 tenaga kerja.
Pekan lalu, ia menyalip pendiri Microsoft dari singgasana pengusaha terkaya di muka bumi, yang memang betah diduduki oleh Gates. Meski saham konglomerat ritek Ortega berfluktuasi, namun ia selalu berada di tiga besar pengusaha terkaya dunia.
Melansir CNBC, Sabtu (17/9/2016), kekayaan bersih Ortega ditaksir mencapai USD77 miliar (per Kamis). Bisnisnya membentang di 7.000 toko di hampir 100 negara di dunia. Tiga merek modenya: Zara, Massimo Dutti dan Pull & Bear mengumpulkan USD20 miliar pada tahun lalu.
Mendirikan bisnis mode sejak 1975 dengan brand Zara, Ortega dikenal pelit bicara kepada media massa. Namun kali ini ia memberi tips tentang cara meraih kesuksesan.
Berikut lima pelajaran meraih sukses dari Ortega yang mungkin bisa Anda terapkan:
Pelajaran 1: Kecepatan adalah segalanya.
Ketika Ortega mendirikan Zara pada 1975, ia membalikkan dunia ritel dengan jadwal yang agresif. Ia memasukkan model baru di gerai busananya lebih cepat daripada kompetitornya di pasar. Ia bahkan selalu memantau perkembangan tokonya dua kali seminggu dan merespons segala pesanan dalam waktu 48 jam.
Kecepatan ini menjadi ciri khas dari bisnis Ortega dalam menghadapi pesaingnya. Business Insider mencatat pesaingnya baru melansir mode baru sebulan kemudian di department store, tetapi Ortega sudah menaruh mode baru hanya dalam seminggu.
Pelajaran 2: Merespons keinginan pelanggan
"Pelanggan harus terus menjadi pusat utama perhatian. Baik dalam penciptaan koleksi busana dan desain toko kami, sistem logistik dan kegiatan lainnya," ujar Ortega.
Ketajaman mengamai apa yang orang pakai dan mendengarkan apa yang mereka inginkan adalah penting. Fortune pada 2013 bahkan menulis, Ortega selalu melacak para blogger dan mendengarkan pelanggannya. Hal ini membuatnya dapat menyesuaikan diri dengan tren busana setiap musimnya.
Pelajaran 3: Kontrol rantai pasokan.
Mayoritas perusahaan mode membuat pakaiannya di China karena biaya tenaga kerja murah, lain halnya dengan Ortega. Ia membuat produknya di daerah yang bisa ia kontrol, yaitu Spanyol, Portugal, dan Maroko. Pada 2012, The Economist melaporkan, Ortega selalu memantau bahan, pabrik, dan jahitan desain pakaiannya di jaringan toko-toko lokal. Rantai pasokan pun dipersingkat agar perusahaan dapat bereaksi cepat terhadap tren baru. Dengan cara itu, ia dapat mengisi gerai-gerainya sehingga pelanggan selalu mendapatkan produk baru.
Pelajaran 4: Tetap setia kepada akar Anda
Lahir dari keluarga ekonomi bawah, Ortega selalu tidak lupa pada akarnya. Ayahnya hanya seorang buruh kereta api, sedangkan ibunya pembantu rumah tangga. Ortega meninggalkan sekolah pada usia 14 tahun untuk bekerja. Hal ini dilakukan karena sebuah pemilik toko menolak memberi kredit kepada ibunya untuk membeli bahan makanan. Dalam biografinya yang ditulis Covadonga O'Shea berjudul "The Man From Zara" pada 2012, Ortega menceritakan tentang setia untuk hidup sederhana.
Meski berada di peringkat tiga orang terkaya dunia, menurut The Telegraph, ia tidak pernah memiliki kantor. Ia hanya duduk di sebuah meja di Inditex, di kampung halamannya di La Coruña, berbicara dengan desainer, pegawai pabrik, dan pembeli. "Dia suka bekerja bersama karyawannya," kata O'Shea.
Bahkan, kini di usia 80 tahun, Ortega masih pergi ke pabriknya hampir setiap hari. Ia tidak pernah berhenti bekerja dan mendengar ide-ide baru dari karyawannya.
Pelajaran 5: Jangan pernah berhenti berinovasi
"Berpuas diri adalah hal terburuk bagi setiap orang," ucap Ortega di hadapan pada profesor bisnis pada 2007. Karena sukses, kata dia, tidak pernah dijamin.
Untuk itu, ia mengaku tidak pernah membiarkan dirinya untuk berpuas diri terhadap apa yang telah dilakukan. Selalu mencoba menanamkan diri kepada orang-orang disekitarnya untuk selalu tumbuh. "Tumbuh atau mati," tambahnya lagi. Dan dalam berinovasi, jangan terpaku pada hasil tetapi bertumbuhlah terus.
(ven)