Peternak Ungkap Populasi Sapi Lokal Makin Terkikis
A
A
A
JAKARTA - Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengungkapkan, populasi sapi lokal saat ini semakin terkikis. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa pada 2011 jumlah sapi lokal sekitar 14,5 juta ekor dan pada 2013 menurun menjadi 12,5 juta ekor.
(Baca: Peternak Sapi di Ambang Kehancuran Terimbas Impor Daging Kerbau)
Ketua PPSKI Teguh Boediono menilai, merosotnya populasi sapi lokal terjadi karena pemerintah tidak cermat dalam menghitung jumlah produksi sapi dalam negeri dan sapi impor.
"Di situ terjadi penurunan yang harusnya naik. Berarti ada pengurasan. Kenapa? Kalau kami beranggapan waktu itu pemerintah kurang cermat dalam menghitung berapa sebenarnya produksi dalam negeri dan impor," kata dia dalam Roundtable Discussion Koran SINDO di A One Hotel, Jakarta, Rabu (21/9/216).
Menurutnya, program swasembada daging sapi yang mulai digaungkan sejak periode Presiden SBY juga berkontribusi pada penurunan populasi sapi lokal. Pada 2009, pemerintah menargetkan impor daging sapi sekitar 50 ribu ton, namun faktanya yang diimpor sebanyak 765 ribu sapi bakalan dan 120 ribu ton daging beku.
"Impor kita sekitar 765 ribu sapi bakalan, 120 ribu ton daging beku atau setara 250 ribu ton," imbuh dia.
Teguh menuturkan, pemerintah pada saat itu mengklaim bahwa kontribusi sapi lokal terhadap pemenuhan daging sapi nasional mencapai 60%. Padahal, populasi sapi lokal di Tanah Air tinggal 12,5 juta ekor.
"Konsekuensinya waktu itu terjadi pengurasan sampai pemotongan sapi betina produktif. Rata-rata 1 juta ekor sapi produktif per tahun," pungkasnya.
(Baca: Peternak Sapi di Ambang Kehancuran Terimbas Impor Daging Kerbau)
Ketua PPSKI Teguh Boediono menilai, merosotnya populasi sapi lokal terjadi karena pemerintah tidak cermat dalam menghitung jumlah produksi sapi dalam negeri dan sapi impor.
"Di situ terjadi penurunan yang harusnya naik. Berarti ada pengurasan. Kenapa? Kalau kami beranggapan waktu itu pemerintah kurang cermat dalam menghitung berapa sebenarnya produksi dalam negeri dan impor," kata dia dalam Roundtable Discussion Koran SINDO di A One Hotel, Jakarta, Rabu (21/9/216).
Menurutnya, program swasembada daging sapi yang mulai digaungkan sejak periode Presiden SBY juga berkontribusi pada penurunan populasi sapi lokal. Pada 2009, pemerintah menargetkan impor daging sapi sekitar 50 ribu ton, namun faktanya yang diimpor sebanyak 765 ribu sapi bakalan dan 120 ribu ton daging beku.
"Impor kita sekitar 765 ribu sapi bakalan, 120 ribu ton daging beku atau setara 250 ribu ton," imbuh dia.
Teguh menuturkan, pemerintah pada saat itu mengklaim bahwa kontribusi sapi lokal terhadap pemenuhan daging sapi nasional mencapai 60%. Padahal, populasi sapi lokal di Tanah Air tinggal 12,5 juta ekor.
"Konsekuensinya waktu itu terjadi pengurasan sampai pemotongan sapi betina produktif. Rata-rata 1 juta ekor sapi produktif per tahun," pungkasnya.
(izz)