Mendag Apresiasi Kemitraan Pakan di Breeding Sapi Wagyu Japfa
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukito memberikan apresiasi terhadap program Kemitraan Pakan sapi oleh Breeding & feedlot PT Austasia Stockfeed (Japfa Group). Menurutnya program kemitraan tersebut berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar lokasi usaha.
“Program Kemitraan pakan yang dilakukan oleh dunia usaha memberikan dampak positif kepada masyarakat di sekitar lokasi usaha. Saya juga meminta dukungan dari Bupati untuk juga menyediakan lahan dan mendorong petani di sekitar lokasi breeding untuk bermitra dengan Austasia,” Ujar Enggartiasto Lukita pada saat kunjungan ke Breeding PT Austasia Stockfeed (JAPFA Group).
Dorongan dari Mendag tersebut disambut positif oleh Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim dalam kesempatan tersebut. “Kami menyiapkan tiga desa di sektiar desa penyangga PT Austasia Stockfeed untuk bisa menjadi petani mitra yang menyediakan pakan."
Program kemitraan untuk penyediaan pakan sapi merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Austasia di sekitar lokasi usaha. Upaya penyediaan pakan tersebut merupakan komitmen untuk melibatkan dan memberikan ruang bagi petani di lokasi usaha untuk terlibat dalam rantai bisnis industri.
“Kami membina petani di sekitar lokasi usaha Japfa untuk membantu menyediakan pakan bagi usaha breeding dan Feedlot sapi di Jabung, Lampung Timur. Dukungan masyarakat terutama petani menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan kami membudidayakan sapi wagyu pertama di Indonesia,” ujar Safuan K, Head of Country Indonesia JAPFA Beef Division, dalam keterangan resminya, Rabu (21/9/2016).
Kegiatan usaha breeding PT Austasia Stockfeed merupakan satu-satunya yang mengembangkan sapi Wagyu secara komersial di Indonesia. Saat ini, Austasia telah memiliki 8.000 ekor indukan dan setidaknya 3.600 pedet (anak sapi) Wagyu. Produksi Austasia merupakan satu-satunya supplier wagyu lokal untuk kebutuhan Horeka (Hotel restoran dan katering) terbesar di Indonesia dengan merek Tokusen Wagyu.
“Saat ini kami hanya berfokus untuk memproduksi wagyu karena usaha breeding membutuhkan komitmen dan juga biaya produksi tinggi terutama untuk penyediaan pakan. Dengan memproduksi wagyu untuk kelas premium sehingga biaya pembiakan sapi selama lebih dari 2,5 tahun untuk menghasilkan 1 ekor sapi siap potong dapat ditutupi dengan harga jual yang baik,” ujar Safuan.
Mengingat berbagai kompleksitasnya, usaha breeding sapi membutuhkan komitmen yang tinggi dari para pengusaha. Karena untuk produksi sapi siap potong harus menunggu 2,5 tahun. kurun waktu tersebut membutuhkan waktu lebih lama apabila dibandingkan dengan proses penggemukan sapi yang hanya sekitar 4 bulan sudah bisa mendapatkan keuntungan.
“Breeding sapi membutuhkan waktu yang lama dan komitmen lebih dari para pengusaha, namun usaha ini penting untuk mendukung swasembada sapi,” ujar mendag Enggartiasto dalam kunjungannya di PT Austasia Stockfeed beberapa waktu lalu.
“Program Kemitraan pakan yang dilakukan oleh dunia usaha memberikan dampak positif kepada masyarakat di sekitar lokasi usaha. Saya juga meminta dukungan dari Bupati untuk juga menyediakan lahan dan mendorong petani di sekitar lokasi breeding untuk bermitra dengan Austasia,” Ujar Enggartiasto Lukita pada saat kunjungan ke Breeding PT Austasia Stockfeed (JAPFA Group).
Dorongan dari Mendag tersebut disambut positif oleh Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim dalam kesempatan tersebut. “Kami menyiapkan tiga desa di sektiar desa penyangga PT Austasia Stockfeed untuk bisa menjadi petani mitra yang menyediakan pakan."
Program kemitraan untuk penyediaan pakan sapi merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Austasia di sekitar lokasi usaha. Upaya penyediaan pakan tersebut merupakan komitmen untuk melibatkan dan memberikan ruang bagi petani di lokasi usaha untuk terlibat dalam rantai bisnis industri.
“Kami membina petani di sekitar lokasi usaha Japfa untuk membantu menyediakan pakan bagi usaha breeding dan Feedlot sapi di Jabung, Lampung Timur. Dukungan masyarakat terutama petani menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan kami membudidayakan sapi wagyu pertama di Indonesia,” ujar Safuan K, Head of Country Indonesia JAPFA Beef Division, dalam keterangan resminya, Rabu (21/9/2016).
Kegiatan usaha breeding PT Austasia Stockfeed merupakan satu-satunya yang mengembangkan sapi Wagyu secara komersial di Indonesia. Saat ini, Austasia telah memiliki 8.000 ekor indukan dan setidaknya 3.600 pedet (anak sapi) Wagyu. Produksi Austasia merupakan satu-satunya supplier wagyu lokal untuk kebutuhan Horeka (Hotel restoran dan katering) terbesar di Indonesia dengan merek Tokusen Wagyu.
“Saat ini kami hanya berfokus untuk memproduksi wagyu karena usaha breeding membutuhkan komitmen dan juga biaya produksi tinggi terutama untuk penyediaan pakan. Dengan memproduksi wagyu untuk kelas premium sehingga biaya pembiakan sapi selama lebih dari 2,5 tahun untuk menghasilkan 1 ekor sapi siap potong dapat ditutupi dengan harga jual yang baik,” ujar Safuan.
Mengingat berbagai kompleksitasnya, usaha breeding sapi membutuhkan komitmen yang tinggi dari para pengusaha. Karena untuk produksi sapi siap potong harus menunggu 2,5 tahun. kurun waktu tersebut membutuhkan waktu lebih lama apabila dibandingkan dengan proses penggemukan sapi yang hanya sekitar 4 bulan sudah bisa mendapatkan keuntungan.
“Breeding sapi membutuhkan waktu yang lama dan komitmen lebih dari para pengusaha, namun usaha ini penting untuk mendukung swasembada sapi,” ujar mendag Enggartiasto dalam kunjungannya di PT Austasia Stockfeed beberapa waktu lalu.
(dol)