2018, Pembangunan Jalur Selatan Jawa Selesai
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia gencar meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan di seluruh wilayah Indonesia, terutama jalur pantai selatan (Pansela) Jawa dan perbatasan. Tujuannya menciptakan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan.
Dalam dua tahun ke depan, jalur Pansela dari Banten hingga Jawa Timur akan tersambung. Pada 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) fokus menghubungkan jalur selatan Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
”Tahun 2017, kita targetkan Jateng dan DIY tembus sepenuhnya. Sebenarnya secara fungsi Pansela di kedua provinsi tersebut sudah tersambung, namun memang sebagian masih harus menggunakan jalan-jalan non nasional,” kata Direktur Pengembangan Jaringan Jalan (PJJ) Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga, Rachman Arief.
Arief menyebutkan, karena kondisi di lapangan jalan Pansela di Jateng dan DIY sudah terhubung secara fungsi, maka penanganan yang dilakukan Ditjen Bina Marga berupa realinyemen. Hal tersebut berbeda dengan penanganan Pansela di Jawa Timur (Jatim) yang merupakan konstruksi jalan baru, karena kondisinya memang belum ada jalannya.
Dari total 1.603 km jalur Pansela Jawa, masih ada 425,2 km yang belum tembus. Namun, seluruh jalur selatan di Banten sepanjang 175,1 km dan Jawa Barat sepanjang 417,4 km sudah tersambung.
Sedangkan untuk ruas Jateng, dari total 211,9 km, sepanjang 138,6 km di antaranya belum tembus. Begitu pula jalan pantai selatan sepanjang 65,8 km di DIY belum tembus dari total 121,7 km. Di Jawa Timur, dari 676,8 km jalan pantai selatan, 380,9 km di antaranya belum tersambung.
”Target utama untuk 2017 itu, pantai selatan Jawa akan tembus untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Untuk 2018 nanti, fokus di jalur pantai selatan bagian Jawa Timur, khusus yang Jawa Timur memang masih pekerjaan rumah buat kami. Mayoritas jalannya juga adalah jalan baru,” paparnya.
Total ruas jalan yang akan memakai dana IDB sepanjang 158,8 km, yakni perbatasan Jawa Barat-Patimuan-Tambakreja-Bantarsari (10,5 km), Jladri-Tambakmulyo (4,5 km), Jembatan Kretek 2 (0,55 km), Legundi-Panjan (4,7 km), Jerukduwel-Baran-Duwet (7 km), dan Munjungan-Prigi-perbatasan Tulungagung (27,46 km). Selanjutnya perbatasan Tulungagung-Serang (31,34 km), Serang-perbatasan Malang (33,68 km), Jarit-Puger (25,1 km), serta Puger-Sumberejo (14 km).
Megaproyek pembangunan jalur Pansela Jawa adalah salah satu program strategis nasional dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari pantai utara (Pantura) Jawa. Termasuk membuka keterisolasian wilayah sekaligus pemerataan kesejahteraan masyarakat wilayah selatan Jawa. Selain itu juga meningkatkan aksesibilitas daerah terpencil, membuka peluang bagi pengembangan kegiatan ekonomi, dan pemanfaatan sumber daya alam serta potensi objek wisata.
Melibatkan Masyarakat
Dalam pembangunan megaproyek Pansela, Kementerian PUPR akan melibatkan masyarakat lokal. Hal ini untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar.
Direktur Pengembangan Jaringan Jalan (PJJ) Ditjen Bina Marga Rachman Arief mengatakan, jalan sepanjang 1.602,99 km yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur ini dipastikan akan memaksimalkan tenaga kerja lokal. Tujuannya memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.
”Tentu kita akan memastikan tenaga kerja lokal memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Kita segera menggelar pelatihan pekerja konstruksi dengan melibatkan lintas ditjen sebelum pekerjaan jalan dilaksanakan sekitar Maret-April 2017. Kita akan latih masyarakat itu seperti saat kita bangun Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat). Ini akan kita kembangkan kerja sama dengan (Ditjen) Bina Konstruksi, ini harus kita lakukan, kita harus kolaborasi dengan eselon 1,” jelasnya.
Dia memastikan, pembangunan jalan Pansela bakal memberikan efek langsung bagi perekonomian masyarakat sekitar, baik saat prakonstruksi atau pascakonstruksi. Langkah konkret Kementerian PUPR memberdayakan masyarakat yaitu menggandeng kontraktor lokal dan menunjuk perusahaan lokal penyediaan material serta perlengkapan pembangunan. Selanjutnya merekrut tenaga kerja konstruksi sampai pengawasnya.
Rachman memastikan, setelah selesai pada 2018, keberadaan jalur Pansela akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Hal ini sekaligus menjadi penyeimbang perekonomian antara wilayah utara dan selatan. Dengan begitu, aksesibilitas daerah terpencil juga akan meningkat, membuka peluang bagi pengembangan kegiatan ekonomi, pemanfaatan sumber daya alam juga potensi objek wisata.
Untuk pengembangan Pansela Jawa, pemerintah mendapatkan pinjaman dari Islamic Development Bank (IDB). Dana ini akan digunakan untuk membangun jalan nasional baru di Pansel sepanjang 158,83 kilometer.
”Khusus pantai selatan, kita mendapat pinjaman IDB untuk penanganan koridor sepanjang 158 km dengan alokasi USD250 juta (Rp3,2 triliun). Pembangunan Pansela Jawa telah tercantum dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah 2015-2019 dengan judul kegiatan Construction Development of Trans South-South Java,” ujarnya. [syarif wibowo/info]
Dalam dua tahun ke depan, jalur Pansela dari Banten hingga Jawa Timur akan tersambung. Pada 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) fokus menghubungkan jalur selatan Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
”Tahun 2017, kita targetkan Jateng dan DIY tembus sepenuhnya. Sebenarnya secara fungsi Pansela di kedua provinsi tersebut sudah tersambung, namun memang sebagian masih harus menggunakan jalan-jalan non nasional,” kata Direktur Pengembangan Jaringan Jalan (PJJ) Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga, Rachman Arief.
Arief menyebutkan, karena kondisi di lapangan jalan Pansela di Jateng dan DIY sudah terhubung secara fungsi, maka penanganan yang dilakukan Ditjen Bina Marga berupa realinyemen. Hal tersebut berbeda dengan penanganan Pansela di Jawa Timur (Jatim) yang merupakan konstruksi jalan baru, karena kondisinya memang belum ada jalannya.
Dari total 1.603 km jalur Pansela Jawa, masih ada 425,2 km yang belum tembus. Namun, seluruh jalur selatan di Banten sepanjang 175,1 km dan Jawa Barat sepanjang 417,4 km sudah tersambung.
Sedangkan untuk ruas Jateng, dari total 211,9 km, sepanjang 138,6 km di antaranya belum tembus. Begitu pula jalan pantai selatan sepanjang 65,8 km di DIY belum tembus dari total 121,7 km. Di Jawa Timur, dari 676,8 km jalan pantai selatan, 380,9 km di antaranya belum tersambung.
”Target utama untuk 2017 itu, pantai selatan Jawa akan tembus untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Untuk 2018 nanti, fokus di jalur pantai selatan bagian Jawa Timur, khusus yang Jawa Timur memang masih pekerjaan rumah buat kami. Mayoritas jalannya juga adalah jalan baru,” paparnya.
Total ruas jalan yang akan memakai dana IDB sepanjang 158,8 km, yakni perbatasan Jawa Barat-Patimuan-Tambakreja-Bantarsari (10,5 km), Jladri-Tambakmulyo (4,5 km), Jembatan Kretek 2 (0,55 km), Legundi-Panjan (4,7 km), Jerukduwel-Baran-Duwet (7 km), dan Munjungan-Prigi-perbatasan Tulungagung (27,46 km). Selanjutnya perbatasan Tulungagung-Serang (31,34 km), Serang-perbatasan Malang (33,68 km), Jarit-Puger (25,1 km), serta Puger-Sumberejo (14 km).
Megaproyek pembangunan jalur Pansela Jawa adalah salah satu program strategis nasional dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari pantai utara (Pantura) Jawa. Termasuk membuka keterisolasian wilayah sekaligus pemerataan kesejahteraan masyarakat wilayah selatan Jawa. Selain itu juga meningkatkan aksesibilitas daerah terpencil, membuka peluang bagi pengembangan kegiatan ekonomi, dan pemanfaatan sumber daya alam serta potensi objek wisata.
Melibatkan Masyarakat
Dalam pembangunan megaproyek Pansela, Kementerian PUPR akan melibatkan masyarakat lokal. Hal ini untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar.
Direktur Pengembangan Jaringan Jalan (PJJ) Ditjen Bina Marga Rachman Arief mengatakan, jalan sepanjang 1.602,99 km yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur ini dipastikan akan memaksimalkan tenaga kerja lokal. Tujuannya memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.
”Tentu kita akan memastikan tenaga kerja lokal memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Kita segera menggelar pelatihan pekerja konstruksi dengan melibatkan lintas ditjen sebelum pekerjaan jalan dilaksanakan sekitar Maret-April 2017. Kita akan latih masyarakat itu seperti saat kita bangun Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat). Ini akan kita kembangkan kerja sama dengan (Ditjen) Bina Konstruksi, ini harus kita lakukan, kita harus kolaborasi dengan eselon 1,” jelasnya.
Dia memastikan, pembangunan jalan Pansela bakal memberikan efek langsung bagi perekonomian masyarakat sekitar, baik saat prakonstruksi atau pascakonstruksi. Langkah konkret Kementerian PUPR memberdayakan masyarakat yaitu menggandeng kontraktor lokal dan menunjuk perusahaan lokal penyediaan material serta perlengkapan pembangunan. Selanjutnya merekrut tenaga kerja konstruksi sampai pengawasnya.
Rachman memastikan, setelah selesai pada 2018, keberadaan jalur Pansela akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Hal ini sekaligus menjadi penyeimbang perekonomian antara wilayah utara dan selatan. Dengan begitu, aksesibilitas daerah terpencil juga akan meningkat, membuka peluang bagi pengembangan kegiatan ekonomi, pemanfaatan sumber daya alam juga potensi objek wisata.
Untuk pengembangan Pansela Jawa, pemerintah mendapatkan pinjaman dari Islamic Development Bank (IDB). Dana ini akan digunakan untuk membangun jalan nasional baru di Pansel sepanjang 158,83 kilometer.
”Khusus pantai selatan, kita mendapat pinjaman IDB untuk penanganan koridor sepanjang 158 km dengan alokasi USD250 juta (Rp3,2 triliun). Pembangunan Pansela Jawa telah tercantum dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah 2015-2019 dengan judul kegiatan Construction Development of Trans South-South Java,” ujarnya. [syarif wibowo/info]
(poe)