Habibie: Bangun Ekonomi Tak Bisa Tanpa Bank Merakyat
A
A
A
TANGERANG - Bank yang merakyat merupakan hal yang mutlak harus dimiliki dalam membangun perekonomian Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Presiden ketiga Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie saat mengunjungi BRI Digital di Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta. Dia menerangkan maksud dari bank merakyat ini adalah yang bisa melayani nasabah dari Sabang sampai Merauke dengan kualitas merata.
"Tidak bisa kita laksanakan pembangunan tanpa ada bank-bank merakyat. Bukan bank yang merongrong rakyat, itu dalam Bahasa Inggris namanya bad bank," ujar sosok yang dijuluki Bapak Teknologi Indonesia itu di Tangerang, Kamis (6/10/2016).
(Baca Juga: BJ Habibie Kunjungi BRI Digital di Terminal 3 Ultimate)
Menurutnya keberanian dirinya mengemukakan pendapat tersebut karena secara langsung turut ikut mengambil peran setelah perbankan Indonesia terdampak krisis ekonomi 1998. Dari kejadian itu, Habibie menyampaikan sudah membuat aturan yang memperkuat perbankan nasional.
"Saya berani katakan demikian karena saat peralihan dari Pak Harto, saya rata-rata bikin 1,33 Undang-undang (UU) tiap hari. Total lebih dari 700 UU dalam 517 hari, UU itu sampai hari ini adalah jejak jejak nyata agar kita tidak kepleset lagi," paparnya.
(Baca Juga: Coba Mesin Hybrid BRI Digital, BJ Habibie Bikin Kartu ATM)
Dia menambahkan jangan sampai tidak ada perubahan sama sekali ke arah lebih baik setelah lepas dari Orde Baru. Habibie menyebut dirinya mendapat kepercayaan dalam perubahan ke dalam kebebasan era reformasi.
"Supaya merdeka, kita sudah (merdeka) 1945. Kebebasan sudah dibuka, Orde Baru lepaskan itu, saya dapat kepercayaan mempersiapkan perubahan tersebut," pungkasnya.
"Tidak bisa kita laksanakan pembangunan tanpa ada bank-bank merakyat. Bukan bank yang merongrong rakyat, itu dalam Bahasa Inggris namanya bad bank," ujar sosok yang dijuluki Bapak Teknologi Indonesia itu di Tangerang, Kamis (6/10/2016).
(Baca Juga: BJ Habibie Kunjungi BRI Digital di Terminal 3 Ultimate)
Menurutnya keberanian dirinya mengemukakan pendapat tersebut karena secara langsung turut ikut mengambil peran setelah perbankan Indonesia terdampak krisis ekonomi 1998. Dari kejadian itu, Habibie menyampaikan sudah membuat aturan yang memperkuat perbankan nasional.
"Saya berani katakan demikian karena saat peralihan dari Pak Harto, saya rata-rata bikin 1,33 Undang-undang (UU) tiap hari. Total lebih dari 700 UU dalam 517 hari, UU itu sampai hari ini adalah jejak jejak nyata agar kita tidak kepleset lagi," paparnya.
(Baca Juga: Coba Mesin Hybrid BRI Digital, BJ Habibie Bikin Kartu ATM)
Dia menambahkan jangan sampai tidak ada perubahan sama sekali ke arah lebih baik setelah lepas dari Orde Baru. Habibie menyebut dirinya mendapat kepercayaan dalam perubahan ke dalam kebebasan era reformasi.
"Supaya merdeka, kita sudah (merdeka) 1945. Kebebasan sudah dibuka, Orde Baru lepaskan itu, saya dapat kepercayaan mempersiapkan perubahan tersebut," pungkasnya.
(akr)