Ditekan Barat, Bank Top Uni Eropa Ini Terpaksa Tinggalkan Rusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Raiffeisen Bank International (RBI) dari Austria salah satu pemberi pinjaman besar dari Barat akan meninggalkan Rusia pada Kuartal III-2024. Keputusan tersebut diumumkan CEO Johann Strobl menyusul tekanan dari regulator Uni Eropa.
Bank pemberi pinjaman yang berpusat di Wina ini mengatakan bahwa mereka mengharapkan untuk menerima permintaan dari Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mempercepat pengurangan bisnis mereka di Rusia. Rancangan persyaratan ECB menuntut RBI untuk memangkas pinjaman kepada nasabah sebesar 65% pada 2026 dan secara signifikan mengurangi pembayaran internasional yang berasal dari Rusia.
"Harapannya, implementasi akan dimulai pada kuartal ketiga. Kami sekarang akan menyusun rencana dan menganalisa apa yang dapat kami lakukan dan apa dampaknya," kata Strobl dalam sebuah conference call dikutip dari Russia Today, Minggu (5/5/2024).
Baca Juga: Anggota NATO: Gagasan Macron soal Ukraina Bisa Picu Perang Dunia III
Rencana proposal ECB jauh melampaui rencana RBI sendiri dan menambahkan bahwa proposal tersebut dapat berdampak buruk pada upaya pemberi pinjaman untuk menjual divisi Rusia. Berdasarkan laporan Kuartal I-2024 RBI Grup telah mengurangi pinjaman nasabahnya di Rusia sebesar 58% sejak puncaknya pada tahun 2022 menjadi USD6,2 miliar. Bank ini juga mencatatkan laba bersih USD691 juta dalam tiga bulan pertama tahun ini, dengan sekitar setengah dari laba tersebut berasal dari operasi di Rusia dan Belarusia.
"Kami mengambil pendekatan yang hati-hati, kami tidak mengurangi bisnis kami di Rusia dengan sangat cepat dan berusaha mempertahankan nilai aset agar dapat menjualnya," jelas Strobl.
RBI telah lama menolak tuntutan dari AS dan Uni Eropa untuk mempercepat keluar dari Rusia sementara para pejabat Austria telah menyatakan harapan untuk menghidupkan kembali hubungan dengan Moskow setelah konflik di Ukraina berakhir.
Dalam laporan terbarunya, RBI mengatakan bahwa mereka terus berupaya untuk menjual atau memisahkan diri dari anak perusahaannya di Rusia, dengan catatan bahwa kedua opsi tersebut memerlukan persetujuan dari otoritas Rusia dan Uni Eropa.
"Oleh karena itu, proses ini tidak sepenuhnya berada di tangan RBI sendiri, sehingga sulit untuk menentukan tanggal keluar dari Rusia," kata laporan itu.
Baca Juga: Tiru Taktik Iran, Begini Cara Cerdik Rusia Siasati Sanksi Barat
RBI adalah salah satu dari sedikit bank asing yang tetap berada di Rusia meskipun ada sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat sejak dimulainya konflik Ukraina pada 2022. Pemberi pinjaman memainkan peran penting dalam perekonomian Rusia memungkinkan pembayaran Euro dan Dolar ke dan dari negara tersebut.
Bank pemberi pinjaman yang berpusat di Wina ini mengatakan bahwa mereka mengharapkan untuk menerima permintaan dari Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mempercepat pengurangan bisnis mereka di Rusia. Rancangan persyaratan ECB menuntut RBI untuk memangkas pinjaman kepada nasabah sebesar 65% pada 2026 dan secara signifikan mengurangi pembayaran internasional yang berasal dari Rusia.
"Harapannya, implementasi akan dimulai pada kuartal ketiga. Kami sekarang akan menyusun rencana dan menganalisa apa yang dapat kami lakukan dan apa dampaknya," kata Strobl dalam sebuah conference call dikutip dari Russia Today, Minggu (5/5/2024).
Baca Juga: Anggota NATO: Gagasan Macron soal Ukraina Bisa Picu Perang Dunia III
Rencana proposal ECB jauh melampaui rencana RBI sendiri dan menambahkan bahwa proposal tersebut dapat berdampak buruk pada upaya pemberi pinjaman untuk menjual divisi Rusia. Berdasarkan laporan Kuartal I-2024 RBI Grup telah mengurangi pinjaman nasabahnya di Rusia sebesar 58% sejak puncaknya pada tahun 2022 menjadi USD6,2 miliar. Bank ini juga mencatatkan laba bersih USD691 juta dalam tiga bulan pertama tahun ini, dengan sekitar setengah dari laba tersebut berasal dari operasi di Rusia dan Belarusia.
"Kami mengambil pendekatan yang hati-hati, kami tidak mengurangi bisnis kami di Rusia dengan sangat cepat dan berusaha mempertahankan nilai aset agar dapat menjualnya," jelas Strobl.
RBI telah lama menolak tuntutan dari AS dan Uni Eropa untuk mempercepat keluar dari Rusia sementara para pejabat Austria telah menyatakan harapan untuk menghidupkan kembali hubungan dengan Moskow setelah konflik di Ukraina berakhir.
Dalam laporan terbarunya, RBI mengatakan bahwa mereka terus berupaya untuk menjual atau memisahkan diri dari anak perusahaannya di Rusia, dengan catatan bahwa kedua opsi tersebut memerlukan persetujuan dari otoritas Rusia dan Uni Eropa.
"Oleh karena itu, proses ini tidak sepenuhnya berada di tangan RBI sendiri, sehingga sulit untuk menentukan tanggal keluar dari Rusia," kata laporan itu.
Baca Juga: Tiru Taktik Iran, Begini Cara Cerdik Rusia Siasati Sanksi Barat
RBI adalah salah satu dari sedikit bank asing yang tetap berada di Rusia meskipun ada sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat sejak dimulainya konflik Ukraina pada 2022. Pemberi pinjaman memainkan peran penting dalam perekonomian Rusia memungkinkan pembayaran Euro dan Dolar ke dan dari negara tersebut.
(nng)