Kesandung Skandal, Singapura Tutup Dua Bank Swiss
A
A
A
SINGAPURA - Otoritas Moneter Singapura (The Monetary Authority of Singapore/MAS) mengeluarkan perintah agar bank asal Swiss menghentikan aktivitas mereka, lantaran diduga kuat melanggar protokol keterbukaan terkait tindak pidana pencucian uang. Langkah tersebut diambil guna melakukan penyelidikan terhadap kedua bank tersebut terkait aliran uang skandal megakorupsi 1MDB.
Dilansir BBC, Selasa (11/10/2016) Falcon Private Bank Ltd telah kehilangan status operasional mereka, usai Kepala Cabang Falcon Bank Jens Sturznegger ditanggap oleh aparat kepolisian Singapura dalam satu pekan terakhir. Dalam sebuah keterangan resminya, MAS mengatakan Falcon Bank telah melangggar aturan soal pencucian uang dan pihak pengelola menunjukkan ketidakpahaman terkait aturan pengelolaan keuangan sesuai standar Singapura.
Lebih lanjut MAS menerangkan bahwa penyelidikan juga dilakukan kepada dua bank lokal yakni DBS dan UBS, yang dinilai telah gagal melakukan tugasnya secara efektif. Pada bulan Juli lalu, MAS mengumumkan rencana akan mengambil tindakan regulasi yang tergas terhadap bank-bank besar terkait keterlibatan mereka dengan skandal megakorupsi 1MDB.
Sebelumnya pada Mei lalu, bank BSI ditutup paksa karena menutup-nutupi adanya aliran dana 1MDB. Sebagai negara dikenal sangat melindungi bank, tindakan penutupan paksa oleh Singapura itu merupakan yang pertama kalinya dilakukan dalam 32 tahun terakhir.
Sementara DBS dan UBS sendiri turut didenda oleh otoritas moneter Singapura, dimana DBS wajib membayar USD726 ribu atas 10 jenis pelanggaran aturan, sedangkan UBS didenda 1,3 juta Dollar Singapura atas 13 pelanggaran. Semuanya akibat keduanya menerima aliran dana mencurigakan asal Malaysia.
Skandal 1MDB
Sebagai informasi 1MDB adalah badan usaha negara Malaysia yang dibentuk oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak pada tahun 2009, yang bertujuan menjadikan Kuala Lumpur menjadi pusat finansial dan meningkatkan perekonomian melalui investasi strategis. Namun 1MDB mulai menarik perhatian negatif pada 2015, setelah gagal melakukan pembayaran utang kepada pihak lain dan pemegang obligasi.
Pada bulan Juli, pihak berwenang Amerika Serikat yang turut menyelidiki mengatakan ada aliran uang yang masuk ke kantong pribadi setelah 1MDB mengalami kebangkrutan. Diyakini sebagian aliran dana mengalir ke rekening PM Najib Razak. Sedangkan pihak AS mengatakan total aset yang lari mencapai USD3,5 miliar.
Dilansir BBC, Selasa (11/10/2016) Falcon Private Bank Ltd telah kehilangan status operasional mereka, usai Kepala Cabang Falcon Bank Jens Sturznegger ditanggap oleh aparat kepolisian Singapura dalam satu pekan terakhir. Dalam sebuah keterangan resminya, MAS mengatakan Falcon Bank telah melangggar aturan soal pencucian uang dan pihak pengelola menunjukkan ketidakpahaman terkait aturan pengelolaan keuangan sesuai standar Singapura.
Lebih lanjut MAS menerangkan bahwa penyelidikan juga dilakukan kepada dua bank lokal yakni DBS dan UBS, yang dinilai telah gagal melakukan tugasnya secara efektif. Pada bulan Juli lalu, MAS mengumumkan rencana akan mengambil tindakan regulasi yang tergas terhadap bank-bank besar terkait keterlibatan mereka dengan skandal megakorupsi 1MDB.
Sebelumnya pada Mei lalu, bank BSI ditutup paksa karena menutup-nutupi adanya aliran dana 1MDB. Sebagai negara dikenal sangat melindungi bank, tindakan penutupan paksa oleh Singapura itu merupakan yang pertama kalinya dilakukan dalam 32 tahun terakhir.
Sementara DBS dan UBS sendiri turut didenda oleh otoritas moneter Singapura, dimana DBS wajib membayar USD726 ribu atas 10 jenis pelanggaran aturan, sedangkan UBS didenda 1,3 juta Dollar Singapura atas 13 pelanggaran. Semuanya akibat keduanya menerima aliran dana mencurigakan asal Malaysia.
Skandal 1MDB
Sebagai informasi 1MDB adalah badan usaha negara Malaysia yang dibentuk oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak pada tahun 2009, yang bertujuan menjadikan Kuala Lumpur menjadi pusat finansial dan meningkatkan perekonomian melalui investasi strategis. Namun 1MDB mulai menarik perhatian negatif pada 2015, setelah gagal melakukan pembayaran utang kepada pihak lain dan pemegang obligasi.
Pada bulan Juli, pihak berwenang Amerika Serikat yang turut menyelidiki mengatakan ada aliran uang yang masuk ke kantong pribadi setelah 1MDB mengalami kebangkrutan. Diyakini sebagian aliran dana mengalir ke rekening PM Najib Razak. Sedangkan pihak AS mengatakan total aset yang lari mencapai USD3,5 miliar.
(akr)