Industri Jamu Didorong Ganjar Pranowo Kembangkan Inovasi

Rabu, 19 Oktober 2016 - 00:11 WIB
Industri Jamu Didorong...
Industri Jamu Didorong Ganjar Pranowo Kembangkan Inovasi
A A A
SEMARANG - Pelaku industri jamu menurut Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo harus melakukan inovasi dan juga diversifikasi (keanekaragaman) produk, mengingat potensi yang sangat besar pasar baik domestik maupun global. Dia menerangkan pelaku industri Jamu harus bisa menjali kemitraan dengan berbagai pihak untuk menghasilkan produk Jamu yang beraneka ragam.

“Untuk mengeksplorasi bahan baku yang sangat banyak di Jawa Tengah pelaku industri jamu perlu ada kerja sama dengan akademisi seperti perwakilan dari perguruan tinggi untuk melakukan riset atau pengembangan produk dari bahan baku yang tersedia supaya lebih bervariasi,” ujar Ganjar usai membuka Musyawarah Daerah (Musda) Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Jateng, di Hotel Grasia, Semarang.

Dia menambahkan diversifikasi produk dan inovasi menjadi hal penting agar bisa masuk ke pasar modern. Selain melakukan inovasi produk, Ganjar juga minta kepada para pelaku usaha industri jamu untuk menjaga kualitas dan meningkatkan kualitas produk. “Hari ini kualitas bagus, besok mulai main-main dicampur-campur. Jangan seperti itu, dengan begitu justru akan menghancurkan industri jamu kita,” sambungnya.

Di sisi lain dia mengakui apabila selama ini kualitas masih menjadi permasalahan industri jamu di Jateng. Diterangkan banyak pelaku usaha jamu, utamanya sektor usaha kecil yang masih belum bisa meningkatkan standar kualitasnya. Oleh karena itu dia mengklaim pemerintah akan terus melakukan pendampingan dan edukasi kepada para pelaku usaha jamu di Jawa Tengah.

Direktur Industri Jamu dan Farmasi PT Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat dalam kesempatan yang sama mengakui, potensi pasar industri jamu di Indonesia masih sangat besar. Apalagi, Indonesia memiliki sumber bahan baku yang cukup banyak yang masih bisa dikembangkan.

Lanjut dia salah satu tantangan industri jamu adalah terkait dengan proses dan sistem yang kurang efisien. Di Indonesia, kebanyakan pabrik jamu tidak efisien dalam mengolah produknya, dimana masih banyak yang mencampurkan proses produksi bahan baku dengan formulanya.

"Kalau ingin sukses, industri jamu harus bisa memisahkan antara pabrik bahan baku jamu dengan formulanya, sehingga semua bisa diproses bersama untuk efisiensi produksi," tegas Irwan.

Sementara Ketua GP Jamu Jateng Nyoto Wardoyo menambahkan, pengusaha jamu dituntut lebih kreatif lagi menghasilkan produk jamu. Mereka disarankan bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam memproduksi jamu yang lebih inovatif.

"Jadi, sangat perlu dikembangkan dengan beraneka ragam produk. Misalnya, ice cream jamu, yoghurt jamu, jus jamu atau berbagai macam minuman es yang dicampur jamu. Bahkan, adapula jus temulawak yang dipercaya bagus untuk kesehatan," ujarnya.

Dia mengaku, kondisi pasar industri jamu di Jawa Tengah pada 2016 ini masih tetap tumbuh, meski pencapainnya tidak sebesar tahun lalu.

“Sampai akhir tahun 2016 nanti, kami memproyeksikan omzet industri jamu secara nasional berkisar Rp20 triliun. Jumlah tersebut tumbuh tipis dibanding pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp17 triliun. Adapun kontribusi pasar ekspor sampai saat ini menyumbang 15-20 %,” paparnya.

Sedangkan khusus di wilayah Jawa Tengah sendiri, lanjut Nyoto, sampai saat ini masih menjadi barometer obat tradisional di Indonesia. Pangsa pasar industri jamu di provinsi ini mencapai 60% terhadap nasional.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0906 seconds (0.1#10.140)