Realisasi Kecil, Jokowi Khawatirkan Proyek Listrik 35.000 MW
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengkhawatirkan perkembangan pembangunan proyek kelistrikan 35.000 megawatt (MW). Pasalnya, setelah hampir dua tahun berjalan, realisasinya masih sangat kecil.
Dia mengaku menerima informasi bahwa realisasi proyek prestisius tersebut masih jauh dari rencana. Saat ini, pembangkit listrik yang mulai beroperasi (commercial operation date) baru mencapai 36% dari target akumulatif tahun ini.
"Sedangkan realisasi pembangkit COD dari program FTP (Fast Track Programme) 1 dan 2 serta reguler yang merupakan bagian dari program 7.000 MW baru mencapai 83% dari target sampai 2016 atau 53% dari target keseluruhan. Dengan demikian realisasi pembangkit listrik COD sampai 24 Oktober 2016 masih 9,4% dari target keseluruhan," beber Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (1/11/2016).
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini tak mengerti kendala yang terjadi selama ini di lapangan. Pasalnya, investor berbondong-bondong antre untuk menggarap megaproyek tersebut, sayangnya realisasi di lapangan masih minim.
"Investor antre, tapi realisasinya di lapangan kecil. Tolong dikoreksi angka ini kalau memang ada yang tidak betul," imbuh dia.
Jokowi meminta Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan untuk menjabarkan kendala dan hambatan yang terjadi di lapangan, sehingga realisasi dari proyek kelistrikan 35.000 MW masih minim.
Data yang dimilikinya, 71 dari 109 proyek pembangkit masih dalam tahap perencanaan dan 52 proyek Independent Power Producer (IPP) yang telah memperoleh Power Purchasing Agreement (PPA) hingga saat ini belum mencapai tahap pembiayaan akhir (financial closing).
"Saya ingin tahu kendalanya apa, saya minta semua dievaluasi satu per satu. Sehingga, kita mengetahui di mana masalahnya sehingga segera diselesaikan di lapangan," tegas mantan wali kota Solo itu.
Dia menambahkan, proyek kelistrikan 35.000 MW ini juga tidak boleh mengabaikan energi baru dan terbarukan (EBT). Pengusaha membeli ini ingin agar energi terbarukan mendapat prioritas dalam megaproyek prestisius tersebut.
"Kita berikan prioritas ke geothermal, pembangkit sampah, hidro dan mikrohidro. Karena, kita juga harus memanfaatkan seluruh potensi pembangkit listrik yang ada," tandas Jokowi.
Dia mengaku menerima informasi bahwa realisasi proyek prestisius tersebut masih jauh dari rencana. Saat ini, pembangkit listrik yang mulai beroperasi (commercial operation date) baru mencapai 36% dari target akumulatif tahun ini.
"Sedangkan realisasi pembangkit COD dari program FTP (Fast Track Programme) 1 dan 2 serta reguler yang merupakan bagian dari program 7.000 MW baru mencapai 83% dari target sampai 2016 atau 53% dari target keseluruhan. Dengan demikian realisasi pembangkit listrik COD sampai 24 Oktober 2016 masih 9,4% dari target keseluruhan," beber Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (1/11/2016).
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini tak mengerti kendala yang terjadi selama ini di lapangan. Pasalnya, investor berbondong-bondong antre untuk menggarap megaproyek tersebut, sayangnya realisasi di lapangan masih minim.
"Investor antre, tapi realisasinya di lapangan kecil. Tolong dikoreksi angka ini kalau memang ada yang tidak betul," imbuh dia.
Jokowi meminta Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan untuk menjabarkan kendala dan hambatan yang terjadi di lapangan, sehingga realisasi dari proyek kelistrikan 35.000 MW masih minim.
Data yang dimilikinya, 71 dari 109 proyek pembangkit masih dalam tahap perencanaan dan 52 proyek Independent Power Producer (IPP) yang telah memperoleh Power Purchasing Agreement (PPA) hingga saat ini belum mencapai tahap pembiayaan akhir (financial closing).
"Saya ingin tahu kendalanya apa, saya minta semua dievaluasi satu per satu. Sehingga, kita mengetahui di mana masalahnya sehingga segera diselesaikan di lapangan," tegas mantan wali kota Solo itu.
Dia menambahkan, proyek kelistrikan 35.000 MW ini juga tidak boleh mengabaikan energi baru dan terbarukan (EBT). Pengusaha membeli ini ingin agar energi terbarukan mendapat prioritas dalam megaproyek prestisius tersebut.
"Kita berikan prioritas ke geothermal, pembangkit sampah, hidro dan mikrohidro. Karena, kita juga harus memanfaatkan seluruh potensi pembangkit listrik yang ada," tandas Jokowi.
(izz)