Ekonom Prediksi Inflasi Akhir Tahun 3,5%
A
A
A
JAKARTA - Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean memprediksi inflasi tahun ini sebesar 3,5%. Hal ini setelah melihat inflasi sampai Oktober 2016 secara year on year (yoy) naik sebesar 3,31% dibandingkan 3,07% pada September 2016.
"Estimasi kami untuk Oktober sebsar 3,1% secara yoy. Ini adalah tingkat inflasi tertinggi sejak Juni
2016, didorong komponen CPI fluktuatif, makanan jadi, dan perumahan dan utilitas," kata dia kepada KORAN SINDO di Jakarta, Rabu (2/11/2016).
Sementara, harga menurun untuk makanan mentah, pakaian, kesehatan, dan pendidikan, serta transportasi. Meski harga makanan mentah menurun, harga cabai masih meningkat dan penjualan makanan juga meningkat.
"Tambahan lagi, kita melihat bahwa perubahan suku bunga kebijakan dari BI rate ke 7-days reverse repo rate telah membawa kepada penurunan pada biaya jasa keuangan," paparnya.
Harga properti juga menyumbang inflasi umum pada Oktober 2016. Inflasi inti menurun lebih lanjut ke 3,08% yoy, dari 3,21% yoy pada September 2016. Inflasi inti mencerminkan pergerakan ekonomi secara umum. Sementara, target inflasi Bank Indonesia (BI) sepanjang 2016 ditetapkan pada kisaran 4% (± 1%) yoy.
Menurut dia, tingkat inflasi yang rendah disebutkan sebagai alasan utama ketika BI menurunkan suku bunga acuannya. "Lewat angka inflasi Oktober 2016 ini kami memperkirakan rata-rata tingkat inflasi 2016 akan hanya berkisar pada angka 3,5%," tukasnya.
"Estimasi kami untuk Oktober sebsar 3,1% secara yoy. Ini adalah tingkat inflasi tertinggi sejak Juni
2016, didorong komponen CPI fluktuatif, makanan jadi, dan perumahan dan utilitas," kata dia kepada KORAN SINDO di Jakarta, Rabu (2/11/2016).
Sementara, harga menurun untuk makanan mentah, pakaian, kesehatan, dan pendidikan, serta transportasi. Meski harga makanan mentah menurun, harga cabai masih meningkat dan penjualan makanan juga meningkat.
"Tambahan lagi, kita melihat bahwa perubahan suku bunga kebijakan dari BI rate ke 7-days reverse repo rate telah membawa kepada penurunan pada biaya jasa keuangan," paparnya.
Harga properti juga menyumbang inflasi umum pada Oktober 2016. Inflasi inti menurun lebih lanjut ke 3,08% yoy, dari 3,21% yoy pada September 2016. Inflasi inti mencerminkan pergerakan ekonomi secara umum. Sementara, target inflasi Bank Indonesia (BI) sepanjang 2016 ditetapkan pada kisaran 4% (± 1%) yoy.
Menurut dia, tingkat inflasi yang rendah disebutkan sebagai alasan utama ketika BI menurunkan suku bunga acuannya. "Lewat angka inflasi Oktober 2016 ini kami memperkirakan rata-rata tingkat inflasi 2016 akan hanya berkisar pada angka 3,5%," tukasnya.
(izz)