Asing Kuasai 62%, Pasar Modal RI Rentan Sentimen Pilpres AS
A
A
A
JAKARTA - Pengaruh Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) terhadap pasar modal Tanah Air menurut Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee lebih besar, ketimbang aksi demo 4 November. Besarnya sentimen eksternal, lantaran pasar saham Indonesia mayoritas dikuasai asing.
(Baca Juga: Dana Asing Kabur Rp200 Miliar di Tengah Demo 4 November)
Dia menambahkan efek Pilpres AS makin menguat ketika email salah satu calon Presiden yakni Hilary Clinton diretas. Kejadian itu dinilai menguntungkan pesaingnya Donald Trump dan membuat Pilpres AS makin sulit ditebak hasilnya.
"Pasar modal kita 62% dikuasai asing. Kedua, pasar lebih pengaruh ke Pilpres AS ketika FBI lakukan penyelidikan email Hilary Clinton. Suara ke Donald Trump makin besar, ini berpengaruh ke seluruh dunia, cukup besar pengaruh ke kita," ujarnya ketika dihubungi Sindonews di Jakarta, Jumat (4/11/2016).
(Baca Juga: Market Dalam Negeri Panik saat Donald Trump Unggul)
Lebih lanjut menurutnya, kondisi pasar saham masih akan terus bergejolak sampai 8 November ini ketika masyarakat AS menentukan pilihannya. Kendati demikian, menurutnya gejolak tersebut tidak terlalu bermasalah.
"Sampai 8 November tidak terlalu terkoreksi tapi agak volatile. Kita pikir pasar saham posisi agak turun tidak terlalu masalah bagi kita. Kalau indeks posisinya di atas terus sulit, enggak ada range perdagangan cukup lebar," paparnya.
Sementara gejolak lain yang terjadi di dalam negeri mulai dari terjadinya ledakan bom hingga demo, menurut dia hanya memberikan dampak negatif sesaat. Setelah semua selesai, biasanya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) akan kembali bergerak menguat atau rebound.
"Kalau kita cermati dari bom Bali, bom kedubes, awalnya ada bom orang pada takut. Pas ada bom tapi market malah rebound, naik. Jadi demo berakhir dengan baik, orang sudah belajar dari proses itu, pasar enggak takut demo kecuali anarkis," pungkasnya.
(Baca Juga: Dana Asing Kabur Rp200 Miliar di Tengah Demo 4 November)
Dia menambahkan efek Pilpres AS makin menguat ketika email salah satu calon Presiden yakni Hilary Clinton diretas. Kejadian itu dinilai menguntungkan pesaingnya Donald Trump dan membuat Pilpres AS makin sulit ditebak hasilnya.
"Pasar modal kita 62% dikuasai asing. Kedua, pasar lebih pengaruh ke Pilpres AS ketika FBI lakukan penyelidikan email Hilary Clinton. Suara ke Donald Trump makin besar, ini berpengaruh ke seluruh dunia, cukup besar pengaruh ke kita," ujarnya ketika dihubungi Sindonews di Jakarta, Jumat (4/11/2016).
(Baca Juga: Market Dalam Negeri Panik saat Donald Trump Unggul)
Lebih lanjut menurutnya, kondisi pasar saham masih akan terus bergejolak sampai 8 November ini ketika masyarakat AS menentukan pilihannya. Kendati demikian, menurutnya gejolak tersebut tidak terlalu bermasalah.
"Sampai 8 November tidak terlalu terkoreksi tapi agak volatile. Kita pikir pasar saham posisi agak turun tidak terlalu masalah bagi kita. Kalau indeks posisinya di atas terus sulit, enggak ada range perdagangan cukup lebar," paparnya.
Sementara gejolak lain yang terjadi di dalam negeri mulai dari terjadinya ledakan bom hingga demo, menurut dia hanya memberikan dampak negatif sesaat. Setelah semua selesai, biasanya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) akan kembali bergerak menguat atau rebound.
"Kalau kita cermati dari bom Bali, bom kedubes, awalnya ada bom orang pada takut. Pas ada bom tapi market malah rebound, naik. Jadi demo berakhir dengan baik, orang sudah belajar dari proses itu, pasar enggak takut demo kecuali anarkis," pungkasnya.
(akr)