Triwulan III 2016, Arus Petikemas Pelindo III Meningkat 6%
A
A
A
JAKARTA - Realisasi jumlah arus barang dengan menggunakan kemasan peti kemas di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) pada triwulan III tahun 2016 mencapai 3.376.371 TEU's atau 2.754.799 boks. Hal ini meningkat 6% dibandingkan periode yang sama tahun 2015, yang tercatat 3.179.083 TEU's atau 2.596.661 boks.
Meski kondisi ekonomi dunia pada triwulan III masih belum stabil, dengan tingkat pertumbuhan yang tidak merata, namun nampaknya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap arus peti kemas di beberapa pelabuhan kawasan Indonesia tengah dan timur yang dikelola Pelindo III. "Arus peti kemas hingga triwulan III menunjukkan peningkatan 6% menunjukkan bahwa angkutan barang melalui transportasi laut menggunakan peti kemas masih menjadi primadona," kata Kepala Humas Pelindo III Edi Priyanto dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (9/11/2016).
Dari total arus peti kemas yang melalui pelabuhan yang dikelola Pelindo III tersebut, peti kemas domestik masih mendominasi, dengan persentase 57% atau tercatat 1.919.701 TEU's. Sedangkan jumlah peti kemas internasional tercatat 43% dengan jumlah peti kemas sebanyak 1.4.56.670 TEU's.
Pelindo III sendiri mengoperasikan 11 pelabuhan pada tujuh provinsi yang digunakan untuk melayani kegiatan bongkar muat peti kemas. Kesebelas pelabuhan tersebut di antaranya: Pelabuhan Tanjung Perak, Tanjung Emas Semarang, Banjarmasin, Tenau Kupang, Benoa, Sampit, Kotabaru, Lembar, Kumai, Maumere dan Bima.
Edi lebih lanjut merinci, realisasi arus peti kemas sampai dengan triwulan III tahun 2016 masih didominasi di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, dengan catatan 2.033.735 boks atau setara dengan 2.437.863 TEU's. Setelah Pelabuhan Tanjung Perak disusul Terminal Petikemas Semarang di Pelabuhan Tanjung Emas dengan catatan 286.163 boks atau setara dengan 455.885 TEU's.
Selanjutnya Pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tercatat realisasi arus peti kemas sebanyak 261.975 box atau setara 298.132 TEU's. Pelabuhan Tenau Kupang, Nusa Tenggara Timur, mencatat peningkatan besar. Pada 2011 lalu, tercatat hanya 57.149 TEU’s meningkat menjadi 99.064 TEU’s pada tahun 2015 lalu. Sampai dengan Triwulan III 2016 ini telah terealisir 74.694 boks atau setara dengan 78.972 TEU’s. Angka itu dalam satuan TEU’s menunjukkan peningkatan sebesar 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 68.653 TEU’s.
Terjadinya peningkatan arus peti kemas pada pelabuhan di wilayah Pelindo III, di samping menunjukkan adanya geliat perekonomian di kawasan timur Indonesia juga disebabkan oleh adanya tren kontainerisasi. Proses dalam melakukan kegiatan bongkar muat barang dengan menggunakan peti kemas lebih cepat dibanding dengan kemasan non peti kemas. Karena kegiatan bongkar muat tidak terlalu lama, maka secara otomatis menekan biaya operasi kapal di pelabuhan.
"Faktor keamanan atas barang yang ada di dalam peti kemas juga lebih terjamin dari kerusakan maupun pencurian karena memiliki pintu yang dapat dibuka dan dikunci, dapat digunakan sebagai gudang untuk menyimpan barang. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan pengiriman barang saat yang menggunakan kemasan peti kemas," pungkas Edi.
Meski kondisi ekonomi dunia pada triwulan III masih belum stabil, dengan tingkat pertumbuhan yang tidak merata, namun nampaknya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap arus peti kemas di beberapa pelabuhan kawasan Indonesia tengah dan timur yang dikelola Pelindo III. "Arus peti kemas hingga triwulan III menunjukkan peningkatan 6% menunjukkan bahwa angkutan barang melalui transportasi laut menggunakan peti kemas masih menjadi primadona," kata Kepala Humas Pelindo III Edi Priyanto dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (9/11/2016).
Dari total arus peti kemas yang melalui pelabuhan yang dikelola Pelindo III tersebut, peti kemas domestik masih mendominasi, dengan persentase 57% atau tercatat 1.919.701 TEU's. Sedangkan jumlah peti kemas internasional tercatat 43% dengan jumlah peti kemas sebanyak 1.4.56.670 TEU's.
Pelindo III sendiri mengoperasikan 11 pelabuhan pada tujuh provinsi yang digunakan untuk melayani kegiatan bongkar muat peti kemas. Kesebelas pelabuhan tersebut di antaranya: Pelabuhan Tanjung Perak, Tanjung Emas Semarang, Banjarmasin, Tenau Kupang, Benoa, Sampit, Kotabaru, Lembar, Kumai, Maumere dan Bima.
Edi lebih lanjut merinci, realisasi arus peti kemas sampai dengan triwulan III tahun 2016 masih didominasi di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, dengan catatan 2.033.735 boks atau setara dengan 2.437.863 TEU's. Setelah Pelabuhan Tanjung Perak disusul Terminal Petikemas Semarang di Pelabuhan Tanjung Emas dengan catatan 286.163 boks atau setara dengan 455.885 TEU's.
Selanjutnya Pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tercatat realisasi arus peti kemas sebanyak 261.975 box atau setara 298.132 TEU's. Pelabuhan Tenau Kupang, Nusa Tenggara Timur, mencatat peningkatan besar. Pada 2011 lalu, tercatat hanya 57.149 TEU’s meningkat menjadi 99.064 TEU’s pada tahun 2015 lalu. Sampai dengan Triwulan III 2016 ini telah terealisir 74.694 boks atau setara dengan 78.972 TEU’s. Angka itu dalam satuan TEU’s menunjukkan peningkatan sebesar 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 68.653 TEU’s.
Terjadinya peningkatan arus peti kemas pada pelabuhan di wilayah Pelindo III, di samping menunjukkan adanya geliat perekonomian di kawasan timur Indonesia juga disebabkan oleh adanya tren kontainerisasi. Proses dalam melakukan kegiatan bongkar muat barang dengan menggunakan peti kemas lebih cepat dibanding dengan kemasan non peti kemas. Karena kegiatan bongkar muat tidak terlalu lama, maka secara otomatis menekan biaya operasi kapal di pelabuhan.
"Faktor keamanan atas barang yang ada di dalam peti kemas juga lebih terjamin dari kerusakan maupun pencurian karena memiliki pintu yang dapat dibuka dan dikunci, dapat digunakan sebagai gudang untuk menyimpan barang. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan pengiriman barang saat yang menggunakan kemasan peti kemas," pungkas Edi.
(ven)