Indeks Tendensi Konsumen Daerah Ini Tertinggi di Indonesia
A
A
A
YOGYAKARTA - Tingkat optimisme masyarakat Yogyakarta terhadap kondisi ekonomi ke depan dianggap tertinggi di seluruh Indonesia. Hal tersebut tercermin dari nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama triwulan ketiga 2016 tercatat sebesar 115,02. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibanding daerah-daerah lain sekelas Jakarta ataupun kota besar lainnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristianto mengungkapkan, angka ITK sebesar 115,02 tersebut menunjukkan jika persepsi konsumen atau rumah tangga terkiat dengan kondisi ekonomi mereka selama trriwulan berjalan berada pada taraf optimis. Angka ITK dianggap optimis jika berada di atas point 100. “Yogyakarta yang adem ayem ini membuat orang optimis dengan kondisi terkini,” paparnya.
Secara level, lanjut dia, optimisme konsumen selama triwulan III tahun 2016 ini mengalami peningkatan atau lebih optimis dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebelumnya, BPS mencatat angka ITK di Yogyakarta hanya sebesar 108,98. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong keetiga indeks penyusun yang berada di taraf optimis.
Indeks pendapatan kini yang mempresentasikan perkembangan jumlah pendapatan yang diterima oleh konsumen rumah tangga selama triwulan berjalan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat sebesar 118,45. Nilai indeks ini berada dalam taraf optimis artinya persepsi mayoritas konsumen dalam hal ini rumah tangga terkait dengan nilai nominal pendapatan yang diterima selama triwulan berjalan cenderung lebih meningkat dibanding dengan triwulan sebelumnya.
Persepsi konsumen terkait dengan pengaruh perubahan harga (inflasi) terhadap total konsumsi rumah tangga selama triwulan III 2016 tercatat sebesar 103,98. Dia menerangkan indeks ini masih berada pada taraf optimis, meskipun levelnya meengalami penurunan dibanding dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 114,83.
“Persepsi optimis terkait perubahan harga dipengaruhi oleh kondisi harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga yang secara agregat mengalami kenaikan harga yang relatif rendah,” terangnya.
Dia menambahkan selama ini, konsumsi barang dan jasa juga memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap level optimisme konsumen khususnya triwulan III karena nilainya mencapai 120,84. Dibandingkan dengan dua indeks penyusun ITK yang lain, level optimisme indeks volume konsumsi juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Persepsi optimisme konsumen terkait dengan volume konsumsi berbagai komdoitas barang dan jasa keebutuhan rumah tangga didorong oleh peningkatan kuantitas/volume maupun frekuensi konsumsi dari keelompok komoditas makanan dan non makanan berkaitan dengan masa pergantian tahun ajaran baru sekolah serta perayaan hari raya Idul Fitrri dan Idul Adha.
“Indeks konsumsi kelompok makanan tercatat sebesar 133,19 sementara kelompok makanan sebesar 117,31,” ujarnya.
Tiga indeks tersebut masing-masing adalah indeks pendapatan kini, indeks perubahan harga dan indeks volume konsumen barang dan jasa. Angka-angka kenaikan indeks tersebut mereka dapat dari survey yang dilakukan oleh BPS terhadap 400 rumah tangga di DIY. 400 rumah tangga yang disurvei tersebut merupakan bagian dari 14.640 rumah tangga yang masuk dalam daftar survey tendensi konsumen yang dilakukan oleh Satuan Kerja Nasional.
Secara nasional, level nilai ITK DIY pada triwulan III tahun 2016 berada di peringkat pertama di atas NTT sebesar 114,81 dan Jambi sebesar 114,22. Artinya, konsumen rumah tangga di DIY memiliki level optimisme yang paling tinggi terkait dengan kondisi ekonomi mereka. Nilai ITK pada level nasional dalam waktu yang sama rata-rata tercatat 108,22.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arif Budi Santosa mengatakan, kondisi ekonomi di Yogyakarta yang selalu tumbuh dalam 10 tahun terakhir membuat optimisme masyarakat juga tetap terjaga. Didukung dengan kondisi politik dan keamanan yang selalu terjaga dengan baik juga mengakibatkan optimisme warga DIY cukup bagus. “Memang cukup bagus. Sehingga harapannya iklim investasi juga tetap terjaga,” paparnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristianto mengungkapkan, angka ITK sebesar 115,02 tersebut menunjukkan jika persepsi konsumen atau rumah tangga terkiat dengan kondisi ekonomi mereka selama trriwulan berjalan berada pada taraf optimis. Angka ITK dianggap optimis jika berada di atas point 100. “Yogyakarta yang adem ayem ini membuat orang optimis dengan kondisi terkini,” paparnya.
Secara level, lanjut dia, optimisme konsumen selama triwulan III tahun 2016 ini mengalami peningkatan atau lebih optimis dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebelumnya, BPS mencatat angka ITK di Yogyakarta hanya sebesar 108,98. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong keetiga indeks penyusun yang berada di taraf optimis.
Indeks pendapatan kini yang mempresentasikan perkembangan jumlah pendapatan yang diterima oleh konsumen rumah tangga selama triwulan berjalan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat sebesar 118,45. Nilai indeks ini berada dalam taraf optimis artinya persepsi mayoritas konsumen dalam hal ini rumah tangga terkait dengan nilai nominal pendapatan yang diterima selama triwulan berjalan cenderung lebih meningkat dibanding dengan triwulan sebelumnya.
Persepsi konsumen terkait dengan pengaruh perubahan harga (inflasi) terhadap total konsumsi rumah tangga selama triwulan III 2016 tercatat sebesar 103,98. Dia menerangkan indeks ini masih berada pada taraf optimis, meskipun levelnya meengalami penurunan dibanding dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 114,83.
“Persepsi optimis terkait perubahan harga dipengaruhi oleh kondisi harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga yang secara agregat mengalami kenaikan harga yang relatif rendah,” terangnya.
Dia menambahkan selama ini, konsumsi barang dan jasa juga memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap level optimisme konsumen khususnya triwulan III karena nilainya mencapai 120,84. Dibandingkan dengan dua indeks penyusun ITK yang lain, level optimisme indeks volume konsumsi juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Persepsi optimisme konsumen terkait dengan volume konsumsi berbagai komdoitas barang dan jasa keebutuhan rumah tangga didorong oleh peningkatan kuantitas/volume maupun frekuensi konsumsi dari keelompok komoditas makanan dan non makanan berkaitan dengan masa pergantian tahun ajaran baru sekolah serta perayaan hari raya Idul Fitrri dan Idul Adha.
“Indeks konsumsi kelompok makanan tercatat sebesar 133,19 sementara kelompok makanan sebesar 117,31,” ujarnya.
Tiga indeks tersebut masing-masing adalah indeks pendapatan kini, indeks perubahan harga dan indeks volume konsumen barang dan jasa. Angka-angka kenaikan indeks tersebut mereka dapat dari survey yang dilakukan oleh BPS terhadap 400 rumah tangga di DIY. 400 rumah tangga yang disurvei tersebut merupakan bagian dari 14.640 rumah tangga yang masuk dalam daftar survey tendensi konsumen yang dilakukan oleh Satuan Kerja Nasional.
Secara nasional, level nilai ITK DIY pada triwulan III tahun 2016 berada di peringkat pertama di atas NTT sebesar 114,81 dan Jambi sebesar 114,22. Artinya, konsumen rumah tangga di DIY memiliki level optimisme yang paling tinggi terkait dengan kondisi ekonomi mereka. Nilai ITK pada level nasional dalam waktu yang sama rata-rata tercatat 108,22.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arif Budi Santosa mengatakan, kondisi ekonomi di Yogyakarta yang selalu tumbuh dalam 10 tahun terakhir membuat optimisme masyarakat juga tetap terjaga. Didukung dengan kondisi politik dan keamanan yang selalu terjaga dengan baik juga mengakibatkan optimisme warga DIY cukup bagus. “Memang cukup bagus. Sehingga harapannya iklim investasi juga tetap terjaga,” paparnya.
(akr)