Industri Kreatif Pendukung Automotif Menjanjikan
A
A
A
JAKARTA - Industri kreatif di Yogyakarta terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terus terjadi di wilayah ini. Salah satu yang menyimpan potensi cukup besar namun belum banyak dilirik pemerintah setempat adalah industri kreatif berbasis automotif.
Geliat mulai dari pernak-pernik, aksesoris, kustom (modifikasi) hingga miniature armada mulai banyak bermunculan di wilayah ini. Seperti yang diungkapkan Ketua komunitas pemilik mobil tua asal Amerika Serikat (Hotrodiningrat) Arif Jamil.
Sejak belasan tahun lalu, industri kreatif berbasis automotif di Yogyakarta mulai menunjukkan geliatnya. Para pecinta automotif tak sekadar berambisi memiliki kendaraan sesuai standar yang dikeluarkan pabrik, mereka menginginkan yang lebih.
"Banyak yang mulai melakukan modifikasi untuk mendapatkan tampilan sesuai dengan selera," paparnya.
Awalnya, para pecinta modifikasi (custom) selalu berburu onderdil kendaraan mereka baik sepeda motor maupun mobil yang sesuai dengan keinginan mereka, entah original (asli) ataupun KW (tiruan).
Namun, biasanya tidak banyak ditemukan karena memang tidak ada pabrikan yang memproduksinya, membuat mereka menjadi kreatif. Para pecinta automotif akhirnya melakukan berbagai upaya termasuk memodifikasi yang sudah ada untuk mendapatkan sesuatu seperti keinginan mereka.
Hal itulah yang menjadikan mereka lebih kreatif karena mampu menciptakan sesuatu yang ternyata memiliki nilai jual cukup tinggi. Sejak saat itu, industri kreatif automotif mulai menjadi tren.
Tak terkecuali pecinta Hotrod, sebuah seni custom mobil tua asal Amerika Serikat. Sejak 2005, komunitas pecinta motor tua mulai mencari rongsokan mobil-mobil pabrikan Amerika Serikat untuk mereka benahi dan bisa dihidupkan kembali.
Karena keterbatasan itu, akhirnya mereka justru bisa menciptakan onderdil atau sparepart seperti aslinya. "Kami sudah bisa membuat atap mobil, velg ataupun spion. Tetapi baru berdasarkan pesanan," terangnya.
Setelah belakangan mulai trend, mulai banyak bermunculan berbagai aksesoris pendukung lainnya yang akhirnya menjadi sebuah industri. Merchandise seperti kaos, topi, stiker ataupun barang-barang lain banyak diproduksi dan banyak diserap pecinta automotif.
Menurutnya, jika dirupiahkan, maka menurut Arif nilainya akan sangat fantastis. Dia mencontohkan, saat ini untuk mencari bahan mobil yang akan dimodifikasi sesuai selera harganya bisa mencapai Rp100 juta lebih. Belum ongkos untuk membuat onderdil ataupun mendatangkan onderdil lain dari Amerika Serikat, tentu nilainya tidak sedikit.
Hal inilah yang membuat industri ini hanya sedikit pemainnya. "Dukungan pemerintah kini sangat kami butuhkan," tuturnya.
Public Relations Jogja City Mall Fandi Sutanto mengakui jika industri automotif sangat potensial untuk digarap, terutama pendukungnya. Hal tersebut tercermin dalam ajang yang digelar di Hall Pasar Jogja yang berada di Lantai 1 Jogja City Mall.
Hall tersebut akhir pekan ini dipadati dengan miniatur bus hasil koleksi dari komunitas Small is Sexy (SIS). "Small is Sexy merupakan komunitas pecinta transportasi bus yang mewujudkan rasa cinta mereka naik bus dan moda transportasi bus dengan membuat versi miniaturnya. Anggota dari komunitas ini bukan berasal dari pengusaha bus ataupun awak bus, tapi mereka adalah orang-orang yang sangat menggandrungi miniatur bus," ungkapnya.
Tidak hanya satu atau dua jenis bus saja yang dipamerkan, melainkan berbagai miniatur bus beragam jenis dan ukuran serta nama perusahaan otobus (PO). Mulai dari Bus Patas, Bus Pariwisata, Bahkan Bus Antar kota antar propinsi-pun ada di sini.
Umumnya, miniatur bus terbuat dari material kayu, tetapi ada juga dari bahan baku resin. Tak selalu membuat sendiri, bus-bus yang dimiliki para anggota komunitas ini sebagian besar dipesan dari perajin miniatur dari berbagai kota.
Geliat mulai dari pernak-pernik, aksesoris, kustom (modifikasi) hingga miniature armada mulai banyak bermunculan di wilayah ini. Seperti yang diungkapkan Ketua komunitas pemilik mobil tua asal Amerika Serikat (Hotrodiningrat) Arif Jamil.
Sejak belasan tahun lalu, industri kreatif berbasis automotif di Yogyakarta mulai menunjukkan geliatnya. Para pecinta automotif tak sekadar berambisi memiliki kendaraan sesuai standar yang dikeluarkan pabrik, mereka menginginkan yang lebih.
"Banyak yang mulai melakukan modifikasi untuk mendapatkan tampilan sesuai dengan selera," paparnya.
Awalnya, para pecinta modifikasi (custom) selalu berburu onderdil kendaraan mereka baik sepeda motor maupun mobil yang sesuai dengan keinginan mereka, entah original (asli) ataupun KW (tiruan).
Namun, biasanya tidak banyak ditemukan karena memang tidak ada pabrikan yang memproduksinya, membuat mereka menjadi kreatif. Para pecinta automotif akhirnya melakukan berbagai upaya termasuk memodifikasi yang sudah ada untuk mendapatkan sesuatu seperti keinginan mereka.
Hal itulah yang menjadikan mereka lebih kreatif karena mampu menciptakan sesuatu yang ternyata memiliki nilai jual cukup tinggi. Sejak saat itu, industri kreatif automotif mulai menjadi tren.
Tak terkecuali pecinta Hotrod, sebuah seni custom mobil tua asal Amerika Serikat. Sejak 2005, komunitas pecinta motor tua mulai mencari rongsokan mobil-mobil pabrikan Amerika Serikat untuk mereka benahi dan bisa dihidupkan kembali.
Karena keterbatasan itu, akhirnya mereka justru bisa menciptakan onderdil atau sparepart seperti aslinya. "Kami sudah bisa membuat atap mobil, velg ataupun spion. Tetapi baru berdasarkan pesanan," terangnya.
Setelah belakangan mulai trend, mulai banyak bermunculan berbagai aksesoris pendukung lainnya yang akhirnya menjadi sebuah industri. Merchandise seperti kaos, topi, stiker ataupun barang-barang lain banyak diproduksi dan banyak diserap pecinta automotif.
Menurutnya, jika dirupiahkan, maka menurut Arif nilainya akan sangat fantastis. Dia mencontohkan, saat ini untuk mencari bahan mobil yang akan dimodifikasi sesuai selera harganya bisa mencapai Rp100 juta lebih. Belum ongkos untuk membuat onderdil ataupun mendatangkan onderdil lain dari Amerika Serikat, tentu nilainya tidak sedikit.
Hal inilah yang membuat industri ini hanya sedikit pemainnya. "Dukungan pemerintah kini sangat kami butuhkan," tuturnya.
Public Relations Jogja City Mall Fandi Sutanto mengakui jika industri automotif sangat potensial untuk digarap, terutama pendukungnya. Hal tersebut tercermin dalam ajang yang digelar di Hall Pasar Jogja yang berada di Lantai 1 Jogja City Mall.
Hall tersebut akhir pekan ini dipadati dengan miniatur bus hasil koleksi dari komunitas Small is Sexy (SIS). "Small is Sexy merupakan komunitas pecinta transportasi bus yang mewujudkan rasa cinta mereka naik bus dan moda transportasi bus dengan membuat versi miniaturnya. Anggota dari komunitas ini bukan berasal dari pengusaha bus ataupun awak bus, tapi mereka adalah orang-orang yang sangat menggandrungi miniatur bus," ungkapnya.
Tidak hanya satu atau dua jenis bus saja yang dipamerkan, melainkan berbagai miniatur bus beragam jenis dan ukuran serta nama perusahaan otobus (PO). Mulai dari Bus Patas, Bus Pariwisata, Bahkan Bus Antar kota antar propinsi-pun ada di sini.
Umumnya, miniatur bus terbuat dari material kayu, tetapi ada juga dari bahan baku resin. Tak selalu membuat sendiri, bus-bus yang dimiliki para anggota komunitas ini sebagian besar dipesan dari perajin miniatur dari berbagai kota.
(izz)