RAPP Target Jadi Produsen Kertas Terbesar Kedua di Dunia
A
A
A
PELALAWAN - PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menargetkan tahun depan akan memproduksi kertas sebanyak 1,1 juta ton per tahun. Jika nantinya terwujud, RAPP akan menjadi produsen kertas terbesar kedua di dunia.
Produsen kertas terbesar di dunia saat ini dipegang oleh International paper (IP) asal Amerika Serikat. Rencana RAPP untuk menguasai pasar internasional tersebut akan bisa terealisasi setelah mereka menyelesaikan pabrik ketiga di Pelalawan, Riau.
"Pabrik yang baru ini sudah dalam tahap penyelesaian. Tahun depan, Januari, kemungkinan pabrik yang baru tersebut bisa berproduksi untuk menambah volume produksi kertas kita," kata Finishing Manager RAPP Wahyu Setiady di kawasan Pelalawan, Riau.
Lebih lanjut dia menerangkan sejauh ini, produksi kertas yang mampu dihasilkan sekitar 850.000 ton per tahun. Perusahaan menurutnya akan terus menggenjot produksi kertas sehingga nantinya mampu memenuhi pasar internasional.
Selama ini, pabrik terus berproduksi secara penuh selama 24 jam yang dibagi menjadi tiga shift. "Kami saat ini memiliki dua mesin, yang semi otomatis dan full otomatis," jelasnya.
Alasan RAPP sengaja mempertahankan mesin semi otomatis adalah demi memberdayakan masyarakat sekitar. Ada total 144 karyawan yang bekerja mengoperasikan mesin semi otomatis tersebut. Padahal secara hasil produksi yang dihasilkan mesin otomatis jauh lebih besar dari semi otomatis.
Sebagai perbandingan, produksi mesin otomatis mampu berproduksi 25 box setiap satu menit. Sedangkan jika manual, tentu tergantung kecepatan para pekerja yang tentu tidak bisa stabil. "Kalau manual kan bisa tergantung mood pekerjanya. Tapi, dibandingkan mesin ya pasti jauh," jelasnya.
RAPP sendiri memproduksi tiga jenis kertas yang tidak saja dijual ke dalam negeri, tapi sebagian besar telah diekspor ke banyak negara. Tiga jenis kertas yang diproduksi tersebut yaitu customer roll, cut size,dan folio.
"Kami telah mengekspor kertas ke 75 negara seperti Amerika Serikat, Australia, India, jepang, China, negara-negara Timur Tengah dan banyak negara lain. Mereka biasanya memproduksi kertas berdasarkan pesanan mereka termasuk mengenai ketebalan, ukurannya hingga mereknya," papar Wahyu.
Selain memproduksi kertas, RAPP juga membuat sendiri bubur kertas (pulp). Dari 2,8 juta ton pulp yang diproduksi oleh RAPP, 20% digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik kertas sendiri. Sedangkan, sisanya diekspor ke tidak kurang dari 20 negara terutama ke China. "Berdasarkan prosentase, RAPP memenuhi sekitar 7% kebutuhan pulp di seluruh dunia," kata Asisten Manajer Komunikasi RAPP, Budhi Firmansyah.
Dan dengan jumlah produksi tersebut, RAPP merupakan produsen pulp terbesar kesembilan dunia. Kapasitas produksi pulp ini ke depan akan terus ditingkatkan seiring dengan makin tingginya permintaan pasar. Budhi mengungkapkan produksi pulp akan terus diupayakan untuk dipakai dalam memenuhi kebutuhan pabrik kertas sendiri yang produksinya makin meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut data Kementerian Perindustrian, kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing–masing sebesar 7,93 juta ton/tahun pulp dan 12,98 juta ton/tahun kertas dengan realisasi produksi 6,4 juta ton/tahun pulp dan 10,4 ton/tahun kertas. Capaian tersebut membuat Indonesia menjadi produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia dimana industri pulp menempati peringkat 9 dan industri kertas peringkat 6, sementara di Asia menempati peringkat ke 3 untuk industri pulp maupun kertas.
Ekspansi ke Serat Rayon
Sementara itu, rencana RAPP untuk melakukan ekspansi usaha ke serat rayon atau kain sintetis tampaknya sangat serius. Melalui PT Sateri Viscose Internasional (SVI), RAPP telah memulai pembangunan pabrik serat rayon tersebut dengan target beroperasi tahun 2018. Dari pantauan KORAN SINDO yang kemarin berkunjung ke lokasi, aktivitas pembangunan pabrik memang sangat tinggi.
Para pekerja hingga mobil-mobil yang mengangkut bahan bangunan terlihat hilir mudik di kawasan pabrik yang memiliki nilai investasi sebesar USD1 miliar atau sekitar Rp13 triliun tersebut. Patok-patok fondasi dari pabrik telah terpasang. "Pembangunan pabrik rayon ini mungkin akan memakan waktu setahun lebih. Kami berharap tahun 2018, pabrik ini sudah bisa berproduksi," papar Budhi.
Menurut Budhi, pembangunan serat rayon merupakan upaya perusahaan untuk mendukung industri tekstil nasional agar semakin maju. Dan bisnis ini memiliki prospek yang menjanjikan karena belum banyak perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksi serat rayon untuk membuat kain tersebut.
Produsen kertas terbesar di dunia saat ini dipegang oleh International paper (IP) asal Amerika Serikat. Rencana RAPP untuk menguasai pasar internasional tersebut akan bisa terealisasi setelah mereka menyelesaikan pabrik ketiga di Pelalawan, Riau.
"Pabrik yang baru ini sudah dalam tahap penyelesaian. Tahun depan, Januari, kemungkinan pabrik yang baru tersebut bisa berproduksi untuk menambah volume produksi kertas kita," kata Finishing Manager RAPP Wahyu Setiady di kawasan Pelalawan, Riau.
Lebih lanjut dia menerangkan sejauh ini, produksi kertas yang mampu dihasilkan sekitar 850.000 ton per tahun. Perusahaan menurutnya akan terus menggenjot produksi kertas sehingga nantinya mampu memenuhi pasar internasional.
Selama ini, pabrik terus berproduksi secara penuh selama 24 jam yang dibagi menjadi tiga shift. "Kami saat ini memiliki dua mesin, yang semi otomatis dan full otomatis," jelasnya.
Alasan RAPP sengaja mempertahankan mesin semi otomatis adalah demi memberdayakan masyarakat sekitar. Ada total 144 karyawan yang bekerja mengoperasikan mesin semi otomatis tersebut. Padahal secara hasil produksi yang dihasilkan mesin otomatis jauh lebih besar dari semi otomatis.
Sebagai perbandingan, produksi mesin otomatis mampu berproduksi 25 box setiap satu menit. Sedangkan jika manual, tentu tergantung kecepatan para pekerja yang tentu tidak bisa stabil. "Kalau manual kan bisa tergantung mood pekerjanya. Tapi, dibandingkan mesin ya pasti jauh," jelasnya.
RAPP sendiri memproduksi tiga jenis kertas yang tidak saja dijual ke dalam negeri, tapi sebagian besar telah diekspor ke banyak negara. Tiga jenis kertas yang diproduksi tersebut yaitu customer roll, cut size,dan folio.
"Kami telah mengekspor kertas ke 75 negara seperti Amerika Serikat, Australia, India, jepang, China, negara-negara Timur Tengah dan banyak negara lain. Mereka biasanya memproduksi kertas berdasarkan pesanan mereka termasuk mengenai ketebalan, ukurannya hingga mereknya," papar Wahyu.
Selain memproduksi kertas, RAPP juga membuat sendiri bubur kertas (pulp). Dari 2,8 juta ton pulp yang diproduksi oleh RAPP, 20% digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik kertas sendiri. Sedangkan, sisanya diekspor ke tidak kurang dari 20 negara terutama ke China. "Berdasarkan prosentase, RAPP memenuhi sekitar 7% kebutuhan pulp di seluruh dunia," kata Asisten Manajer Komunikasi RAPP, Budhi Firmansyah.
Dan dengan jumlah produksi tersebut, RAPP merupakan produsen pulp terbesar kesembilan dunia. Kapasitas produksi pulp ini ke depan akan terus ditingkatkan seiring dengan makin tingginya permintaan pasar. Budhi mengungkapkan produksi pulp akan terus diupayakan untuk dipakai dalam memenuhi kebutuhan pabrik kertas sendiri yang produksinya makin meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut data Kementerian Perindustrian, kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing–masing sebesar 7,93 juta ton/tahun pulp dan 12,98 juta ton/tahun kertas dengan realisasi produksi 6,4 juta ton/tahun pulp dan 10,4 ton/tahun kertas. Capaian tersebut membuat Indonesia menjadi produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia dimana industri pulp menempati peringkat 9 dan industri kertas peringkat 6, sementara di Asia menempati peringkat ke 3 untuk industri pulp maupun kertas.
Ekspansi ke Serat Rayon
Sementara itu, rencana RAPP untuk melakukan ekspansi usaha ke serat rayon atau kain sintetis tampaknya sangat serius. Melalui PT Sateri Viscose Internasional (SVI), RAPP telah memulai pembangunan pabrik serat rayon tersebut dengan target beroperasi tahun 2018. Dari pantauan KORAN SINDO yang kemarin berkunjung ke lokasi, aktivitas pembangunan pabrik memang sangat tinggi.
Para pekerja hingga mobil-mobil yang mengangkut bahan bangunan terlihat hilir mudik di kawasan pabrik yang memiliki nilai investasi sebesar USD1 miliar atau sekitar Rp13 triliun tersebut. Patok-patok fondasi dari pabrik telah terpasang. "Pembangunan pabrik rayon ini mungkin akan memakan waktu setahun lebih. Kami berharap tahun 2018, pabrik ini sudah bisa berproduksi," papar Budhi.
Menurut Budhi, pembangunan serat rayon merupakan upaya perusahaan untuk mendukung industri tekstil nasional agar semakin maju. Dan bisnis ini memiliki prospek yang menjanjikan karena belum banyak perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksi serat rayon untuk membuat kain tersebut.
(akr)