November 2016, Inflasi Manado Tertinggi di Indonesia
A
A
A
MANADO - Laju inflasi di Provinsi Sulawesi Utara di bulan November 2016 yang diwakilkan Kota Manado merupakan yang tertinggi se-Indonesia. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut merilis, angka inflasi Manado menyentuh angka 2,86%, dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,90% dan inflasi year on year sebesar 3,67%. Sebelumnya, pada Oktober 2016, inflasi kota Manado adalah yang terendah nasional yakni 0,01%.
"Inflasi di Manado pada November 2016 disebabkan terjadinya peningkatan indeks pada seluruh kelompok pengeluaran, yang didominasi kelompok bahan makanan sebesar 12,08%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tomat sayur, cabai rawit, bawang merah, lemon, angkutan udara, kembang kol, cabai merah, baju kaos tanpa kerah, cat tembok, kain gorden dan lain-lain," kata Kepala BPS Provinsi Sulut Moh Edi Mahmud, Kamis (1/12/2016).
Bulan-bulan sebelumnya di tahun 2016, angka inflasi di Kota Manado justru lebih terkendali. Bahkan secara berturut-turut sejak Januari hingga April 2016, secara bulanan Kota Manado mengalami deflasi.
Angka realisasi inflasi ini jauh lebih tinggi dari perkiraan Bank Indonesia sebelumnya. Kepala kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut, Peter Jacobs menyebut inflasi kali ini lebih dipengaruhi pergerakan harga kelompok volatile food. Sementara kelompok administered price (harga barang dan jasa yang diatur pemerintah) dan kelompok inti tercatat mengalami inflasi yang relatif lebih rendah.
"Secara khusus, inflasi pada November dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas tomat sayur. Akibat kondisi curah hujan yang tinggi, sehingga mempengaruhi produksi tomat sayur di wilayah penghasil, seperti Kabupaten Minahasa dan Minahasa Selatan," jelas Jacobs.
Laju inflasi yang terbilang tinggi ini, menjadi perhatian serius Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulut, terutama menghadapi bulan Desember dimana kecenderungan harga komoditas mengalami lonjakan kenaikan.
"Untuk bulan mendatang, resiko tekanan inflasi diperkirakan masih cukup tinggi. Kondisi cuaca yang kurang mendukung produksi komoditas bumbu-bumbuan, serta peningkatan tekanan permintaan jelang akhir tahun, diproyeksikan menjadi faktor pendorong inflasi di bulan Desember 2016. Namun, akhir tahun 2016 diproyeksikan angka inflasi tetap terkendali dan masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional yaitu 4±1% secara year on year," katanya.
Karenanya, berbagai upaya pengendalian inflasi seperti sidak pasar, operasi pasar oleh TPID di level provinsi dan kabupaten/kota akan terus ditingkatkan jelang perayaan Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.
Nantinya, fokus operasi pasar akan diarahkan untuk upaya pengendalian harga komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai rawit, bawang merah dan tomat sayur. Di samping itu, koordinasi bersama dengan aparat penegak hukum untuk mencegah terjadinya penimbunan komoditas bahan pokok oleh oknum yang dapat menyebabkan instabilitas harga.
"Inflasi di Manado pada November 2016 disebabkan terjadinya peningkatan indeks pada seluruh kelompok pengeluaran, yang didominasi kelompok bahan makanan sebesar 12,08%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tomat sayur, cabai rawit, bawang merah, lemon, angkutan udara, kembang kol, cabai merah, baju kaos tanpa kerah, cat tembok, kain gorden dan lain-lain," kata Kepala BPS Provinsi Sulut Moh Edi Mahmud, Kamis (1/12/2016).
Bulan-bulan sebelumnya di tahun 2016, angka inflasi di Kota Manado justru lebih terkendali. Bahkan secara berturut-turut sejak Januari hingga April 2016, secara bulanan Kota Manado mengalami deflasi.
Angka realisasi inflasi ini jauh lebih tinggi dari perkiraan Bank Indonesia sebelumnya. Kepala kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut, Peter Jacobs menyebut inflasi kali ini lebih dipengaruhi pergerakan harga kelompok volatile food. Sementara kelompok administered price (harga barang dan jasa yang diatur pemerintah) dan kelompok inti tercatat mengalami inflasi yang relatif lebih rendah.
"Secara khusus, inflasi pada November dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas tomat sayur. Akibat kondisi curah hujan yang tinggi, sehingga mempengaruhi produksi tomat sayur di wilayah penghasil, seperti Kabupaten Minahasa dan Minahasa Selatan," jelas Jacobs.
Laju inflasi yang terbilang tinggi ini, menjadi perhatian serius Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulut, terutama menghadapi bulan Desember dimana kecenderungan harga komoditas mengalami lonjakan kenaikan.
"Untuk bulan mendatang, resiko tekanan inflasi diperkirakan masih cukup tinggi. Kondisi cuaca yang kurang mendukung produksi komoditas bumbu-bumbuan, serta peningkatan tekanan permintaan jelang akhir tahun, diproyeksikan menjadi faktor pendorong inflasi di bulan Desember 2016. Namun, akhir tahun 2016 diproyeksikan angka inflasi tetap terkendali dan masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional yaitu 4±1% secara year on year," katanya.
Karenanya, berbagai upaya pengendalian inflasi seperti sidak pasar, operasi pasar oleh TPID di level provinsi dan kabupaten/kota akan terus ditingkatkan jelang perayaan Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.
Nantinya, fokus operasi pasar akan diarahkan untuk upaya pengendalian harga komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai rawit, bawang merah dan tomat sayur. Di samping itu, koordinasi bersama dengan aparat penegak hukum untuk mencegah terjadinya penimbunan komoditas bahan pokok oleh oknum yang dapat menyebabkan instabilitas harga.
(ven)