Tak Berlabel, Buah Impor Rawan Dikonsumsi Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan dari hasil survei masyarakat masih belum mendapatkan informasi detail mengenai buah impor yang beredar di pasar dalam negeri. Bahkan, beberapa di antaranya tidak berlabel sehingga membuat buah tersebut rawan untuk dikonsumsi masyarakat.
Peneliti YLKI Eva Rosita mengungkapkan, pihaknya telah melakukan survei pada lima pasar yang ada di Indonesia, di antaranya tiga ritel modern dan dua pasar tradisional. Survei yang dilakukan sepanjang September 2016 tersebut mengambil sampel 20 jenis buah, yang terdiri dari 11 buah impor dan sembilan buah lokal.
Dari hasil survei tersebut, kata Eva, setidaknya hanya 63% buah impor yang berlabel. Sementara buah lokal, hanya 36% buah di pasaran yang memiliki label.
"Informasi didapatkan minim, hanya informasi pada buah sendiri hanya 63%, lokal 36% yang diiketahui," ujarnya di Bakoel Koffie, Jakarta, Senin (5/12/2016).
Sedangkan informasi mengenai negara asal, tambah Eva, hanya 66% buah impor yang diketahui asal negaranya. "Hanya 66% produk buah impor yang diketahui asal negaranya. Itu pun tercantum buahnya. Masih bingung juga apakah benar-benar dari negara asal, atau bibitnya saja dan ditanam di sini," imbuhnya.
Sementara dari pengujian residu pestisida baik buah lokal dan impor tidak menujukkan ada residu pestisida jenis organofosfat. "Tidak terdeteksi pestisida namun kita ketahui macam-macam pestisida sangat banyak bukan hanya organofosfat, tapi pestisida lain bisa jadi karena belum diketahui," pungkasnya.
Peneliti YLKI Eva Rosita mengungkapkan, pihaknya telah melakukan survei pada lima pasar yang ada di Indonesia, di antaranya tiga ritel modern dan dua pasar tradisional. Survei yang dilakukan sepanjang September 2016 tersebut mengambil sampel 20 jenis buah, yang terdiri dari 11 buah impor dan sembilan buah lokal.
Dari hasil survei tersebut, kata Eva, setidaknya hanya 63% buah impor yang berlabel. Sementara buah lokal, hanya 36% buah di pasaran yang memiliki label.
"Informasi didapatkan minim, hanya informasi pada buah sendiri hanya 63%, lokal 36% yang diiketahui," ujarnya di Bakoel Koffie, Jakarta, Senin (5/12/2016).
Sedangkan informasi mengenai negara asal, tambah Eva, hanya 66% buah impor yang diketahui asal negaranya. "Hanya 66% produk buah impor yang diketahui asal negaranya. Itu pun tercantum buahnya. Masih bingung juga apakah benar-benar dari negara asal, atau bibitnya saja dan ditanam di sini," imbuhnya.
Sementara dari pengujian residu pestisida baik buah lokal dan impor tidak menujukkan ada residu pestisida jenis organofosfat. "Tidak terdeteksi pestisida namun kita ketahui macam-macam pestisida sangat banyak bukan hanya organofosfat, tapi pestisida lain bisa jadi karena belum diketahui," pungkasnya.
(dmd)