Jumlah Transaksi dan Investor Pasar Modal di DIY Meningkat
A
A
A
YOGYAKARTA - Perkembangan investasi pasar modal di DIY sangat menggembirakan. Banyaknya galeri investasi yang dibuat Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan kampus-kampus yang ada di wilayah ini serta kerja sama sosialisasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdampak positif bagi iklim investasi pasar modal di DIY.
Kepala Perwakilan BEI DIY, Irfan Noor Riza mengungkapkan, investasi pasar modal merupakan sesuatu yang belum familiar bagi masyarakat terutama di DIY. Belum banyak masyarakat yang mengetahui dan memahami produk-produk dan juga cara bertransaksi di pasar modal.
"Tugas yang cukup berat bagi kami untuk memberikan pemahaman," ujar dia di Yogyakarta, Senin (26/12/2016).
Sejak hadir di Yogyakarta pada akhir 2009, jumlah pelaku pasar modal di DIY terus menunjukkan peningkatan. Namun, di periode awal tersebut pertumbuhan jumlah investor belum begitu besar mengingat keterbatasan sarana sosialisasi.
Mulai awal 2012, pihaknya berusaha menggencarkan membuat pojok investasi di kampus-kampus. Pihaknya membidik kampus untuk mengedukasi mengingat mahasiswa memiliki potensi tersembunyi di masa depan.
Meskipun, lanjut Irfan, ketika menjadi mahasiswa mereka memiliki keterbatasan dana untuk berinvestasi di pasar modal, tetapi diyakini suatu saat ketika sudah bekerja akan memiliki dana cukup untuk melakukan investasi.
Di samping itu, nantinya mahasiswa juga bisa menjadi agen untuk bersosialisasi di masyarakat. Minimal ketika mereka terjun ke masyarakat mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari kampus, para mahasiswa ini harapannya juga dapat menularkan pengetahuan tentang produk investasi pasar modal kepada masyarakat yang mereka tempati untuk KKN.
"Kalau dari transaksi jumlahnya pasti kecil, karena uang saku mahasiswa terbatas. Makanya Yogyakarta didominasi oleh transaksi retail," tuturnya.
Selain melalui mahasiswa, pihaknya juga bekerja sama dengan OJK melakukan sosialisasi produk-produk terkait dengan investasi pasar modal. Beberapa kali melakukan pameran produk investasi.
Tak hanya di kantor perwakilan OJK di DIY, tetapi pameran yang mereka lakukan juga ada di beberapa mal atau pusat perbelanjaan. Hasilnya cukup menggembirakan, karena dari sisi investor ataupun
transaksi mengalami peningkatan dibanding tahun lalu.
Dia mencatat, jumlah investor hingga November 2016 sebanyak 22.114 investor. Rata-rata transaksi setiap bulan juga bertumbuh, di mana pada 2015 hanya Rp250 milir dan saat initransaksi rata-rata Rp292 miliar per bulan. "Pastinya masih akan bertumbuh sampai akhir tahun nanti," ujarnya.
Kepala Perwakilan OJK DIY Fauzi Nugroho mengatakan, angka literasi investasi pasar modal tergolong kecil bahkan terkecil dibanding produk-produk lembaga jasa keuangan (LJK) lainnya. Sosialisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan angka literasi pasar saham kepada masyarakat.
"Tugas kita bersama untuk meningkatan masyarakat melek investasi agar terhindar dari investasi bodong," paparnya.
Kepala Perwakilan BEI DIY, Irfan Noor Riza mengungkapkan, investasi pasar modal merupakan sesuatu yang belum familiar bagi masyarakat terutama di DIY. Belum banyak masyarakat yang mengetahui dan memahami produk-produk dan juga cara bertransaksi di pasar modal.
"Tugas yang cukup berat bagi kami untuk memberikan pemahaman," ujar dia di Yogyakarta, Senin (26/12/2016).
Sejak hadir di Yogyakarta pada akhir 2009, jumlah pelaku pasar modal di DIY terus menunjukkan peningkatan. Namun, di periode awal tersebut pertumbuhan jumlah investor belum begitu besar mengingat keterbatasan sarana sosialisasi.
Mulai awal 2012, pihaknya berusaha menggencarkan membuat pojok investasi di kampus-kampus. Pihaknya membidik kampus untuk mengedukasi mengingat mahasiswa memiliki potensi tersembunyi di masa depan.
Meskipun, lanjut Irfan, ketika menjadi mahasiswa mereka memiliki keterbatasan dana untuk berinvestasi di pasar modal, tetapi diyakini suatu saat ketika sudah bekerja akan memiliki dana cukup untuk melakukan investasi.
Di samping itu, nantinya mahasiswa juga bisa menjadi agen untuk bersosialisasi di masyarakat. Minimal ketika mereka terjun ke masyarakat mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari kampus, para mahasiswa ini harapannya juga dapat menularkan pengetahuan tentang produk investasi pasar modal kepada masyarakat yang mereka tempati untuk KKN.
"Kalau dari transaksi jumlahnya pasti kecil, karena uang saku mahasiswa terbatas. Makanya Yogyakarta didominasi oleh transaksi retail," tuturnya.
Selain melalui mahasiswa, pihaknya juga bekerja sama dengan OJK melakukan sosialisasi produk-produk terkait dengan investasi pasar modal. Beberapa kali melakukan pameran produk investasi.
Tak hanya di kantor perwakilan OJK di DIY, tetapi pameran yang mereka lakukan juga ada di beberapa mal atau pusat perbelanjaan. Hasilnya cukup menggembirakan, karena dari sisi investor ataupun
transaksi mengalami peningkatan dibanding tahun lalu.
Dia mencatat, jumlah investor hingga November 2016 sebanyak 22.114 investor. Rata-rata transaksi setiap bulan juga bertumbuh, di mana pada 2015 hanya Rp250 milir dan saat initransaksi rata-rata Rp292 miliar per bulan. "Pastinya masih akan bertumbuh sampai akhir tahun nanti," ujarnya.
Kepala Perwakilan OJK DIY Fauzi Nugroho mengatakan, angka literasi investasi pasar modal tergolong kecil bahkan terkecil dibanding produk-produk lembaga jasa keuangan (LJK) lainnya. Sosialisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan angka literasi pasar saham kepada masyarakat.
"Tugas kita bersama untuk meningkatan masyarakat melek investasi agar terhindar dari investasi bodong," paparnya.
(izz)