Agen Asuransi Jiwa Tak Hanya Menjual Produk
A
A
A
JAKARTA - Biaya berobat yang harus ditanggung masyarakat setiap tahun terus meningkat. Meski pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), namun hal itu tidak mampu menutupi biaya berobat yang harus ditanggung masyarakat.
Apalagi untuk masyarakat yang menderita penyakit berat, masih harus mengeluarkan biaya ekstra. Sebab, rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk pemerintah melalui BPJS Kesehatan terbatas dan tidak fleksibel. Masyarakat yang masuk dalam program JKN ini hanya boleh memilih satu fasilitas kesehatan untuk memperoleh rujukan dan tak bisa ke faskes lain. Keterbatasan itu, kerap dikeluhkan karena masyarakat tidak memiliki alternatif.
Di sisi lain, untuk membayar biaya berobat secara mandiri, masyarakat dihadapkan pada mahalnya biaya pengobatan yang menunjukkan tren meningkat. Hasil penelitian Medical Trends Around the World 2016 yang dirilis Mercer Marsh Benefits yang dilakukan di 49 negara di luar Amerika Serikat (AS) menunjukkan, kenaikan biaya berobat di Indonesia mencapai 11,8%.
Lebih tinggi dibandingkan dengan China (11,5%), Singapura (9,9%) dan Taiwan (10,1%). Kenaikan biaya berobat Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asia setelah Malaysia (17,3%) dan Vietnam (19,3%). Tingginya biaya berobat itu tentu saja berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah.
Salah satu solusi yang dimiliki masyarakat untuk memberikan jaminan biaya pengobatan, yakni asuransi jiwa yang dikelola oleh perusahaan asuransi jiwa swasta. Selain memberikan manfaat yang maksimal, umumnya, produk asuransi jiwa juga memberikan fleksibilitas akses kepada masyarakat untuk memilih layanan di fasilitas kesehatan.
Asuransi jiwa merupakan program perlindungan dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Jika dianalogikan, asuransi jiwa sering diandaikan sebagai payung di rumah, pelampung di kapal atau pesawat.
Di era modern seperti saat ini, asuransi jiwa sangat dibutuhkan, karena berguna pada saat tertentu tetapi seringkali tidak terpikirkan ketika keadaan aman. Asuransi jiwa dapat diandalkan terutama pada saat situasi yang tidak diinginkan terjadi dan sesorang tidak memiliki kesiapan saat itu juga secara finansial. Asuransi jiwa perlu dimiliki dengan tujuan agar kebutuhan ekonomi tidak terganggu akibat terjadinya risiko terhadap pencari nafkah selama masa-masa produktif, atau untuk persiapan hari tua yang bahagia dan sejahtera.
Sayang, meski industri asuransi jiwa di Indonesia tumbuh yang ditandai dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam berasuransi dengan indikator total klaim dan manfaat yang dibayarkan, namun jumlah peserta individu (pemegang polis) masih rendah. Dari sekitar 254 juta penduduk Indonesia, kurang dari 20 juta orang yang memiliki polis asuransi jiwa. Keengganan masyarakat untuk memiliki asuransi bisa jadi karena belum gencarnya pemerintah dan perusahaan asuransi memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya asuransi.
"Alasan masyarakat beragam, mulai dari ketidaktahuan apa itu asuransi jiwa hingga beranggapan bahwa prosedur klaim asuransi itu ribet," ujar Business Partner PT Allianz Life Indonesia, Imam Afsori di Jakarta Sabtu (31/12).
Padahal, kata dia, saat ini produk asuransi jiwa tak hanya menyangkut proteksi terhadap jiwa atau kesehatan seseorang tapi juga mencakup investasi untuk masa depan.
Imam, yang telah menjadi agen asuransi sejak 2011 ini mengungkapkan, saat ini agen asuransi diharapkan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memiliki asuransi jiwa.
"Jadi tidak hanya menjual produk, tapi kami memberikan edukasi kepada calon nasabah maupun yang sudah menjadi nasabah. Termasuk bagaimana prosedur klaim saat berobat jalan maupun rawat inap," katanya.
Edukasi, kata dia, dilakukan melalui pertemuan langsung maupun berkomunikasi melalui telepon. Agen asuransi saat ini bukan sekadar penjual produk asuransi saja, tapi juga berperan sebagai konsultan bagi masyarakat agar mendapatkan proteksi maksimal. "Bagaimana memperoleh benefit yang maksimal bagi pemegang polis, itu tujuan kami," ujarnya.
Tugas mulia seorang agen asuransi juga mengingatkan masyarakat tentang pentingnya proteksi asuransi untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya.
Termasuk memberikan edukasi dalam memilih proteksi asuransi,baik untuk jaminan kesehatan,jaminan hari tua, maupun jaminan kematian. Dimana asuransi memberikan proteksi sehingga seseorang terbebas dari perasaan takut dan beban pikiran karena biaya. Persepsi negatif yang masih kerap muncul di masyarakat terkait asuransi juga menjadi tantangan bagi para agen. Persepsi negatif ini umumnya terjadi karena kesalapahaman pemegang polis dengan perusahaan asuransi.
Misalnya, kesalah pahaman terkait prosedur klaim yang kerap dialami masyarakat. Hal itu bisa jadi karena kelalaian nasabah dalam memahami polis asuransi. Disinilah peran agen asuransi dibutuhkan. Yakni memberikan penjelasan secara detail kepada nasabah mengenai hak dan kewajibannya, sampai nasabah benar-benar paham tentang polis yang dimilikinya.
Agen asuransi harus membantu memberikan solusi yang terbaik untuk nasabah dan memastikan nasabah mengerti dan mengetahui apa saja proteksi yang dimilikinya,sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari.
‘’Agen asuransi itu perannya penting, kami sebagai pemegang polis tentu memiliki keterbatasan membaca ketentuan di dalam polis. Karena itu biasanya agen yang kami minta untuk menjelaskan secara detail,’’sebut Robby Cahyadi, seorang karyawan swasta.
Sebagai salah satu nasabah dari perusahaan asuransi jiwa, Robby memilih asuransi jiwa yang memiliki produk turunan berupa investasi. "Agen yang saya pilih mampu memberikan penjelasan tentang kewajiban dan benefit yang saya peroleh di produk ini dan sering menelpon untuk diskusi. Selama ini tidak ada masalah saat mengajukan klaim biaya berobat," ungkapnya.
Senior Agency Manager PT Prudential Life Assurance Merry Samiri mengatakan, tantangan yang dihadapi oleh seorang agen asuransi salah satunya penolakan dari calon nasabah. "Masih banyak masyarakat yang menolak diberikan penjelasan mengenai asuransi jiwa karena persepsi mengenai agen asuransi hanyalah sebagai tenaga penjual saja," ujarnya.
Pemahaman masyarakat tentang pentingnya asuransi jiwa , kata Merry, dinilai masih kurang. Sehingga perlu dilakukan edukasi secara terus menerus oleh para agen. "Tantangan agen asuransi ke depan yakni mengubah mindset masyarakat agar masyarakat paham bahwa asuransi itu penting untuk memproteksi seseorang dan keluarganya dari beragam musibah," cetusnya.
Seorang agen asuransi yang mumpuni dan handal harus rajin memberikan edukasi kepada calon nasabahnya. Apalagi, semua produk asuransi jiwa di Indonesia hampir sama jenisnya. Yang membedakan adalah pelayanan dan cara kerja dari agen-agennya. Agen asuransi yang handal dalam mejelaskan produknya akan membuat calon nasabah paham manfaat asuransi yang dipilih.
Pentingnya peran agen asuransi tentunya harus dibarengi dengan peningkatan jumlah agen asuransi jiwa. Sebab, hingga kuartal III 2016, jumlah agen asuransi jiwa yang memiliki sertifikasi baru mencapai 520 ribu orang dengan rata-rata pertumbuhan 15 persen per tahun. Padahal, agen asuransi juga berperan untuk menyokong pertumbuhan industri asuransi.
Agen merupakan salah satu aset terpenting bagi industri asuransi jiwa. Agen asuransi jiwa memiliki peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan industri asuransi di Tanah Air. Sebagai ujung tombak, agen asuransi mengemban tugas mulia untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi jiwa dan membantu mereka memiliki perencanaan keuangan dan meraih kesejahteraan di masa depan.
"Kita berharap lebih banyak lagi masyarakat berasuransi, sehingga terlindungi saat terjadi risiko tak terduga seperti sakit, kecelakaan, dan meninggal dunia," kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim.
Apalagi untuk masyarakat yang menderita penyakit berat, masih harus mengeluarkan biaya ekstra. Sebab, rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk pemerintah melalui BPJS Kesehatan terbatas dan tidak fleksibel. Masyarakat yang masuk dalam program JKN ini hanya boleh memilih satu fasilitas kesehatan untuk memperoleh rujukan dan tak bisa ke faskes lain. Keterbatasan itu, kerap dikeluhkan karena masyarakat tidak memiliki alternatif.
Di sisi lain, untuk membayar biaya berobat secara mandiri, masyarakat dihadapkan pada mahalnya biaya pengobatan yang menunjukkan tren meningkat. Hasil penelitian Medical Trends Around the World 2016 yang dirilis Mercer Marsh Benefits yang dilakukan di 49 negara di luar Amerika Serikat (AS) menunjukkan, kenaikan biaya berobat di Indonesia mencapai 11,8%.
Lebih tinggi dibandingkan dengan China (11,5%), Singapura (9,9%) dan Taiwan (10,1%). Kenaikan biaya berobat Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asia setelah Malaysia (17,3%) dan Vietnam (19,3%). Tingginya biaya berobat itu tentu saja berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah.
Salah satu solusi yang dimiliki masyarakat untuk memberikan jaminan biaya pengobatan, yakni asuransi jiwa yang dikelola oleh perusahaan asuransi jiwa swasta. Selain memberikan manfaat yang maksimal, umumnya, produk asuransi jiwa juga memberikan fleksibilitas akses kepada masyarakat untuk memilih layanan di fasilitas kesehatan.
Asuransi jiwa merupakan program perlindungan dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Jika dianalogikan, asuransi jiwa sering diandaikan sebagai payung di rumah, pelampung di kapal atau pesawat.
Di era modern seperti saat ini, asuransi jiwa sangat dibutuhkan, karena berguna pada saat tertentu tetapi seringkali tidak terpikirkan ketika keadaan aman. Asuransi jiwa dapat diandalkan terutama pada saat situasi yang tidak diinginkan terjadi dan sesorang tidak memiliki kesiapan saat itu juga secara finansial. Asuransi jiwa perlu dimiliki dengan tujuan agar kebutuhan ekonomi tidak terganggu akibat terjadinya risiko terhadap pencari nafkah selama masa-masa produktif, atau untuk persiapan hari tua yang bahagia dan sejahtera.
Sayang, meski industri asuransi jiwa di Indonesia tumbuh yang ditandai dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam berasuransi dengan indikator total klaim dan manfaat yang dibayarkan, namun jumlah peserta individu (pemegang polis) masih rendah. Dari sekitar 254 juta penduduk Indonesia, kurang dari 20 juta orang yang memiliki polis asuransi jiwa. Keengganan masyarakat untuk memiliki asuransi bisa jadi karena belum gencarnya pemerintah dan perusahaan asuransi memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya asuransi.
"Alasan masyarakat beragam, mulai dari ketidaktahuan apa itu asuransi jiwa hingga beranggapan bahwa prosedur klaim asuransi itu ribet," ujar Business Partner PT Allianz Life Indonesia, Imam Afsori di Jakarta Sabtu (31/12).
Padahal, kata dia, saat ini produk asuransi jiwa tak hanya menyangkut proteksi terhadap jiwa atau kesehatan seseorang tapi juga mencakup investasi untuk masa depan.
Imam, yang telah menjadi agen asuransi sejak 2011 ini mengungkapkan, saat ini agen asuransi diharapkan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memiliki asuransi jiwa.
"Jadi tidak hanya menjual produk, tapi kami memberikan edukasi kepada calon nasabah maupun yang sudah menjadi nasabah. Termasuk bagaimana prosedur klaim saat berobat jalan maupun rawat inap," katanya.
Edukasi, kata dia, dilakukan melalui pertemuan langsung maupun berkomunikasi melalui telepon. Agen asuransi saat ini bukan sekadar penjual produk asuransi saja, tapi juga berperan sebagai konsultan bagi masyarakat agar mendapatkan proteksi maksimal. "Bagaimana memperoleh benefit yang maksimal bagi pemegang polis, itu tujuan kami," ujarnya.
Tugas mulia seorang agen asuransi juga mengingatkan masyarakat tentang pentingnya proteksi asuransi untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya.
Termasuk memberikan edukasi dalam memilih proteksi asuransi,baik untuk jaminan kesehatan,jaminan hari tua, maupun jaminan kematian. Dimana asuransi memberikan proteksi sehingga seseorang terbebas dari perasaan takut dan beban pikiran karena biaya. Persepsi negatif yang masih kerap muncul di masyarakat terkait asuransi juga menjadi tantangan bagi para agen. Persepsi negatif ini umumnya terjadi karena kesalapahaman pemegang polis dengan perusahaan asuransi.
Misalnya, kesalah pahaman terkait prosedur klaim yang kerap dialami masyarakat. Hal itu bisa jadi karena kelalaian nasabah dalam memahami polis asuransi. Disinilah peran agen asuransi dibutuhkan. Yakni memberikan penjelasan secara detail kepada nasabah mengenai hak dan kewajibannya, sampai nasabah benar-benar paham tentang polis yang dimilikinya.
Agen asuransi harus membantu memberikan solusi yang terbaik untuk nasabah dan memastikan nasabah mengerti dan mengetahui apa saja proteksi yang dimilikinya,sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari.
‘’Agen asuransi itu perannya penting, kami sebagai pemegang polis tentu memiliki keterbatasan membaca ketentuan di dalam polis. Karena itu biasanya agen yang kami minta untuk menjelaskan secara detail,’’sebut Robby Cahyadi, seorang karyawan swasta.
Sebagai salah satu nasabah dari perusahaan asuransi jiwa, Robby memilih asuransi jiwa yang memiliki produk turunan berupa investasi. "Agen yang saya pilih mampu memberikan penjelasan tentang kewajiban dan benefit yang saya peroleh di produk ini dan sering menelpon untuk diskusi. Selama ini tidak ada masalah saat mengajukan klaim biaya berobat," ungkapnya.
Senior Agency Manager PT Prudential Life Assurance Merry Samiri mengatakan, tantangan yang dihadapi oleh seorang agen asuransi salah satunya penolakan dari calon nasabah. "Masih banyak masyarakat yang menolak diberikan penjelasan mengenai asuransi jiwa karena persepsi mengenai agen asuransi hanyalah sebagai tenaga penjual saja," ujarnya.
Pemahaman masyarakat tentang pentingnya asuransi jiwa , kata Merry, dinilai masih kurang. Sehingga perlu dilakukan edukasi secara terus menerus oleh para agen. "Tantangan agen asuransi ke depan yakni mengubah mindset masyarakat agar masyarakat paham bahwa asuransi itu penting untuk memproteksi seseorang dan keluarganya dari beragam musibah," cetusnya.
Seorang agen asuransi yang mumpuni dan handal harus rajin memberikan edukasi kepada calon nasabahnya. Apalagi, semua produk asuransi jiwa di Indonesia hampir sama jenisnya. Yang membedakan adalah pelayanan dan cara kerja dari agen-agennya. Agen asuransi yang handal dalam mejelaskan produknya akan membuat calon nasabah paham manfaat asuransi yang dipilih.
Pentingnya peran agen asuransi tentunya harus dibarengi dengan peningkatan jumlah agen asuransi jiwa. Sebab, hingga kuartal III 2016, jumlah agen asuransi jiwa yang memiliki sertifikasi baru mencapai 520 ribu orang dengan rata-rata pertumbuhan 15 persen per tahun. Padahal, agen asuransi juga berperan untuk menyokong pertumbuhan industri asuransi.
Agen merupakan salah satu aset terpenting bagi industri asuransi jiwa. Agen asuransi jiwa memiliki peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan industri asuransi di Tanah Air. Sebagai ujung tombak, agen asuransi mengemban tugas mulia untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi jiwa dan membantu mereka memiliki perencanaan keuangan dan meraih kesejahteraan di masa depan.
"Kita berharap lebih banyak lagi masyarakat berasuransi, sehingga terlindungi saat terjadi risiko tak terduga seperti sakit, kecelakaan, dan meninggal dunia," kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim.
(dmd)