Rupiah Diprediksi Kandas Pada Awal Tahun 2017
A
A
A
JAKARTA - Pergerakan rupiah pada awal perdagangan tahun 2017 diprediksi belum akan beranjak dari zona merah. Minimnya sentimen dari dalam negeri membuat harapan laju rupiah dapat memanfaatkan momentum mulai menguatnya laju Yen terhadap USD bakal kandas dimana mata uang Garuda -julukan rupiah- cenderung melemah.
"Harapan kami, pelemahan rupiah kembali dapat lebih terbatas," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada kepada SINDOnews di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Diperkirakan olehnya, rupiah akan bergerak dengan kisaran support Rp13.485/USD dan resisten Rp13.420/USD. Sementara, bersamaan dengan laju IHSG yang melemah di akhir perdagangan, laju rupiah pun jelang pergantian tahun masih bergerak sideways cenderung melemah. Masih minimnya sentimen positif, membuat laju rupiah berada di zona merah.
Pernyataan positif dari Bank Indonesia (BI) melalui Gubernur Agus Martowardojo, bahwa BI menyatakan inflasi tahun ini bisa di bawah 3,0%, lebih baik dari target yang diperkirakan sebelumnya antara 3,0% hingga 5,0%. Setelah pada pekan ketiga Desember ini hanya mencapai 0,31% (month to month) dan secara tahunan (year on year) 2,91% kurang direspon positif pelaku pasar.
"Kemungkinan penilaian stabilnya angka inflasi akan membuat tingkat suku bunga acuan tidak akan mengalami kenaikan sehingga kurang menjadi pendorong rupiah. Di sisi lain, meski laju USD cenderung sedikit melemah terhadap Yen namun, tidak mampu dimanfaatkan rupiah untuk menguat signifikan," paparnya.
Di sisi lain pada akhir 2016, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup variatif, ketika euro melonjak ke posisi tertinggi. Sedangkan Yuan China diperkirakan mengakhiri tahun dengan turun hampir 7% terhadap USD, sehingga menjadi kinerja terburuk mata uang Asia tahun 2016.
Data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tahun 2016 berakhir pada level Rp13.436/USD. Posisi ini menguat dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.473/USD.
"Harapan kami, pelemahan rupiah kembali dapat lebih terbatas," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada kepada SINDOnews di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Diperkirakan olehnya, rupiah akan bergerak dengan kisaran support Rp13.485/USD dan resisten Rp13.420/USD. Sementara, bersamaan dengan laju IHSG yang melemah di akhir perdagangan, laju rupiah pun jelang pergantian tahun masih bergerak sideways cenderung melemah. Masih minimnya sentimen positif, membuat laju rupiah berada di zona merah.
Pernyataan positif dari Bank Indonesia (BI) melalui Gubernur Agus Martowardojo, bahwa BI menyatakan inflasi tahun ini bisa di bawah 3,0%, lebih baik dari target yang diperkirakan sebelumnya antara 3,0% hingga 5,0%. Setelah pada pekan ketiga Desember ini hanya mencapai 0,31% (month to month) dan secara tahunan (year on year) 2,91% kurang direspon positif pelaku pasar.
"Kemungkinan penilaian stabilnya angka inflasi akan membuat tingkat suku bunga acuan tidak akan mengalami kenaikan sehingga kurang menjadi pendorong rupiah. Di sisi lain, meski laju USD cenderung sedikit melemah terhadap Yen namun, tidak mampu dimanfaatkan rupiah untuk menguat signifikan," paparnya.
Di sisi lain pada akhir 2016, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup variatif, ketika euro melonjak ke posisi tertinggi. Sedangkan Yuan China diperkirakan mengakhiri tahun dengan turun hampir 7% terhadap USD, sehingga menjadi kinerja terburuk mata uang Asia tahun 2016.
Data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tahun 2016 berakhir pada level Rp13.436/USD. Posisi ini menguat dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.473/USD.
(akr)