Sektor Manufaktur Inggris Sentuh Level Tertinggi dalam Dua Tahun
A
A
A
LONDON - Aktivitas sektor manufaktur Inggris naik ke level tertinggi dua setengah tahun pada bulan Desember. Indeks Manufacturing PMI Inggris naik menjadi 56.1 pada bulan Desember, dibandingkan 53.6 pada bulan November 2016.
Seperti diketahui angka di atas 50 merupakan level ekspansi. Dilansir BBC, pelemahan poundsterling telah membantu peningkatan pesanan dari luar negeri dan menurut survei kondisi ini akan mulai menjadi pinjakan kuat pada tahun ini. Meski begitu diprediksi bahwa tekanan biaya yang dihadapi perushaaan masih tetap tinggi.
"Sektor manufaktur Inggris memulai 2017 dengan menjadi pinjakan yang kuat. Berdasarkan hubungan sejarah terhadap data output manufaktur, survei memberikan sinyal akan ada percepatan pertumbuhan mendekati 1,5%. Kecepatan ini akan mengejutkan pada awal tahun di tengah ketidakpastian sekitar EU referendum," terang Senior Ekonom IHS Markit Rob Dobson.
"Meningkatnya daya saing dipengaruhi pelemahan nilai tukar mata uang, tidak diragukan lagi akan menjadi kunci jadi pendorong terbaru. Sementara pasar domestik diperkirakan tetap menguat, ketika bisnis akan membaik," sambungnya.
Tercatat poundsterling masih stabil terhadap dollar Amerika Serikat (USD) dan berada di level 1.2289, meskipun data menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Inggris naik ke level tertinggi. Sedangkan euro jatuh ke posisi terendah satu minggu terhadap USDr, dengan EUR/USD turun 0.43% ke posisi 1.0409.
Data menunjukkan bahwa pabrik-pabrik Inggris mengakhiri tahun pada catatan kuat meskipun bulan Juni terjadi Brexit. Pada Desember, data PMI mencapai level tertinggi dalam 30 bulan dan survei Markit/CIPS menyatakan level pertumbuhan produksi pada bulan lalu menjadi yang terbaik dalam dua setengah tahun.
Perusahaan disebutkan mendapatkan peningkatan permintaan dari klien domestik dan luar negeri, dimana keduanya dibantu daya saing terdongkrak dari pelemahan poundsterling. Seperti diketahui pounds jatuh tajam terhadap mata uang lain pada tahun lalu seiring Brexit pada Juni yang menghasilkan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (UE).
Pelemahan pounds telah membuat barang asal Inggris menjadi lebih murah untuk pembeli dari luar negeri. Namun, penyusutan dari pound telah mendorong harga barang-barang impor, menjadi lebih tinggi. Survei menyatakan tekanan harga tetap meningkat di bulan Desember dan kenaikan harga bagi konsumen akan mendorong laju inflasi.
Seperti diketahui angka di atas 50 merupakan level ekspansi. Dilansir BBC, pelemahan poundsterling telah membantu peningkatan pesanan dari luar negeri dan menurut survei kondisi ini akan mulai menjadi pinjakan kuat pada tahun ini. Meski begitu diprediksi bahwa tekanan biaya yang dihadapi perushaaan masih tetap tinggi.
"Sektor manufaktur Inggris memulai 2017 dengan menjadi pinjakan yang kuat. Berdasarkan hubungan sejarah terhadap data output manufaktur, survei memberikan sinyal akan ada percepatan pertumbuhan mendekati 1,5%. Kecepatan ini akan mengejutkan pada awal tahun di tengah ketidakpastian sekitar EU referendum," terang Senior Ekonom IHS Markit Rob Dobson.
"Meningkatnya daya saing dipengaruhi pelemahan nilai tukar mata uang, tidak diragukan lagi akan menjadi kunci jadi pendorong terbaru. Sementara pasar domestik diperkirakan tetap menguat, ketika bisnis akan membaik," sambungnya.
Tercatat poundsterling masih stabil terhadap dollar Amerika Serikat (USD) dan berada di level 1.2289, meskipun data menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Inggris naik ke level tertinggi. Sedangkan euro jatuh ke posisi terendah satu minggu terhadap USDr, dengan EUR/USD turun 0.43% ke posisi 1.0409.
Data menunjukkan bahwa pabrik-pabrik Inggris mengakhiri tahun pada catatan kuat meskipun bulan Juni terjadi Brexit. Pada Desember, data PMI mencapai level tertinggi dalam 30 bulan dan survei Markit/CIPS menyatakan level pertumbuhan produksi pada bulan lalu menjadi yang terbaik dalam dua setengah tahun.
Perusahaan disebutkan mendapatkan peningkatan permintaan dari klien domestik dan luar negeri, dimana keduanya dibantu daya saing terdongkrak dari pelemahan poundsterling. Seperti diketahui pounds jatuh tajam terhadap mata uang lain pada tahun lalu seiring Brexit pada Juni yang menghasilkan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (UE).
Pelemahan pounds telah membuat barang asal Inggris menjadi lebih murah untuk pembeli dari luar negeri. Namun, penyusutan dari pound telah mendorong harga barang-barang impor, menjadi lebih tinggi. Survei menyatakan tekanan harga tetap meningkat di bulan Desember dan kenaikan harga bagi konsumen akan mendorong laju inflasi.
(akr)