Harga Minyak Merosot Imbas Keraguan Pemotongan Produksi
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak merosot pada perdagangan Kamis (5/1/2017), imbas dari keraguan produsen minyak yang akan sepenuhnya memotong produksi si emas hitam.
Harga minyak mentah berjangka, Brent International dibuka turun 18 sen ke USD56,28 per barel pada pukul 01:50 GMT.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan turun 10 sen menjadi USD53,16 per barel.
Mengutip dari Reuters, Kamis ini, para pedagang mengatakan penurunan harga minyak akibat kekhawatiran rencana OPEC dan produsen terkemuka lainnya untuk memotong pasokan minyak mentah. Beberapa diantara mereka ragu-ragu untuk melaksanakan penuh kesepakatan pemotongan produksi.
“Masih ada tanda tanya soal kesepakatan OPEC tersebut. Karena sepanjang sejarah mereka, tidak ada kesepakatan bulat soal pemotongan produksi. Bahkan hasil survei menyatakan sedikit yang berharap terjadinya kepatuhan penuh atas kesepakatan tersebut,” tulis Singapore Exchange (SGX) mengutip hasil dari survei para peserta.
SGX menambahkan bahwa tiga perempat dari mereka yang disurvei, menginginkan harga minyak pada kisaran USD50-USD60 per barel untuk 2017.
Turunnya harga si emas hitam, selain karena keraguan beberapa produsen, juga disebabkan oleh melemahnya indeks dolar Amerika Serikat. Padahal saat ini data penjualan mobil di AS sedang meningkat, dan biasanya membutuhkan konsumsi bahan bakar lebih tinggi.
“Dolar yang lebih lemah telah membantu menyebabkan harga minyak mentah turun. Selain itu karena American Petroleum Institute yang secara mengejutkan menarik 7,4 juta barel persediaan di akhir sesi,” kata Jeffrey Halley, analis senior di Oanda di Singapura.
Harga minyak mentah berjangka, Brent International dibuka turun 18 sen ke USD56,28 per barel pada pukul 01:50 GMT.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan turun 10 sen menjadi USD53,16 per barel.
Mengutip dari Reuters, Kamis ini, para pedagang mengatakan penurunan harga minyak akibat kekhawatiran rencana OPEC dan produsen terkemuka lainnya untuk memotong pasokan minyak mentah. Beberapa diantara mereka ragu-ragu untuk melaksanakan penuh kesepakatan pemotongan produksi.
“Masih ada tanda tanya soal kesepakatan OPEC tersebut. Karena sepanjang sejarah mereka, tidak ada kesepakatan bulat soal pemotongan produksi. Bahkan hasil survei menyatakan sedikit yang berharap terjadinya kepatuhan penuh atas kesepakatan tersebut,” tulis Singapore Exchange (SGX) mengutip hasil dari survei para peserta.
SGX menambahkan bahwa tiga perempat dari mereka yang disurvei, menginginkan harga minyak pada kisaran USD50-USD60 per barel untuk 2017.
Turunnya harga si emas hitam, selain karena keraguan beberapa produsen, juga disebabkan oleh melemahnya indeks dolar Amerika Serikat. Padahal saat ini data penjualan mobil di AS sedang meningkat, dan biasanya membutuhkan konsumsi bahan bakar lebih tinggi.
“Dolar yang lebih lemah telah membantu menyebabkan harga minyak mentah turun. Selain itu karena American Petroleum Institute yang secara mengejutkan menarik 7,4 juta barel persediaan di akhir sesi,” kata Jeffrey Halley, analis senior di Oanda di Singapura.
(ven)