Harga BBM di Inggris Makin Mahal Usai OPEC Bekukan Produksi
A
A
A
LONDON - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Inggris telah meningkat ke posisi tertinggi sejak Juli 2015, melanjutkan lonjakan pada bulan Desember, lalu. Harga rata-rata bensin meningkat pada level 117.23 di akhir bulan, diikuti harga diesel yang mencapai 119.63 seperti dirilis data RAC.
Seperti dilansir BBC, Kamis (5/1/2017) harga kedua jenis bahan bakar tersebut tercatat telah meningkat secara signifikan, setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) sepakat untuk membekukan produksi minyak mereka dalam upaya menjaga pasokan internasional. Minyak mentah berjangka Brent telah melompat sebesar 10% pada 30 November, dimana OPEC setuju untuk memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.
Imbas dari keputusan OPEC untuk mengurangi produksi dan diikuti oleh produsen dunia lainnya yakni negara Non-OPEC telah membuat harga minyak dunia meningkat dua kali lipat dibandingkan setahun lalu. Harga minyak dunia telah bangkit dari posisi terendah pada Januari 2016 di level USD27,88 per barel menjadi lebih dari USD55 per barel bulan ini.
Pelemahan nilai tukar mata uang Poundsterling setelah referendum Brexit yang memutuskan Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa (UE) juga sedikit banyak berpengaruh mengerek harga BBM di Inggris, karena minyak biasa dihitung dengan harga dalam dolar Amerika Serikat (USD). Di tengah pemotongan produksi minyak oleh OPEC, diprediksi oleh RAC kenaikan harga BBM Inggris dalam dua pekan mendatang akan meningkat ke level 118 untuk bensi dan diesel mencapai 121p per liter.
Setelah itu, diterangkan harga minyak akan kembali ditentukan apakah Rusia secara khusus akan mengikuti pemotongan produksi bersama dengan OPEC. Sebelumnya Rusia sempat berjanji akan mengurangi produksi mereka sebanyak 600.000 barel per hari, tapi kemudian tidak konsisten dengan menolak bekerja sama dalam upaya mengendalikan pasokan minyak dunia.
"Sejauh ini kenaikan harga yang kita lihat murni karena pengumuman OPEC dan negara-negara Non-OPEC di akhir November lalu, untuk sepakat memulai memotong produksi minyak bulan ini. Semuanya saat ini tergantung pada kekuatan kesepakatan masing-masing negara untuk mematuhi perjanjian tersebut. Sementara Rusia terus meningkatkan produksi hingga mendekati rekor tertinggi," ujar juru bicara RAC Simon Williams.
Selama beberapa bulan berikutnya, harga BBM diyakini bakal ditentukan oleh peristiwa politik seperti kebijakan yang diperkenalkan Presiden AS Donald Trump dan keberhasilan negosiasi Brexit, yang dimulai pada bulan Maret. Kedua diyakini juga akan berpengaruh terhadap nilai poundsterling terhadap USD. Beberapa ahli percaya harga minyak dapat naik hingga ke level USD60 per barel atau lebih tahun ini.
Seperti dilansir BBC, Kamis (5/1/2017) harga kedua jenis bahan bakar tersebut tercatat telah meningkat secara signifikan, setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) sepakat untuk membekukan produksi minyak mereka dalam upaya menjaga pasokan internasional. Minyak mentah berjangka Brent telah melompat sebesar 10% pada 30 November, dimana OPEC setuju untuk memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.
Imbas dari keputusan OPEC untuk mengurangi produksi dan diikuti oleh produsen dunia lainnya yakni negara Non-OPEC telah membuat harga minyak dunia meningkat dua kali lipat dibandingkan setahun lalu. Harga minyak dunia telah bangkit dari posisi terendah pada Januari 2016 di level USD27,88 per barel menjadi lebih dari USD55 per barel bulan ini.
Pelemahan nilai tukar mata uang Poundsterling setelah referendum Brexit yang memutuskan Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa (UE) juga sedikit banyak berpengaruh mengerek harga BBM di Inggris, karena minyak biasa dihitung dengan harga dalam dolar Amerika Serikat (USD). Di tengah pemotongan produksi minyak oleh OPEC, diprediksi oleh RAC kenaikan harga BBM Inggris dalam dua pekan mendatang akan meningkat ke level 118 untuk bensi dan diesel mencapai 121p per liter.
Setelah itu, diterangkan harga minyak akan kembali ditentukan apakah Rusia secara khusus akan mengikuti pemotongan produksi bersama dengan OPEC. Sebelumnya Rusia sempat berjanji akan mengurangi produksi mereka sebanyak 600.000 barel per hari, tapi kemudian tidak konsisten dengan menolak bekerja sama dalam upaya mengendalikan pasokan minyak dunia.
"Sejauh ini kenaikan harga yang kita lihat murni karena pengumuman OPEC dan negara-negara Non-OPEC di akhir November lalu, untuk sepakat memulai memotong produksi minyak bulan ini. Semuanya saat ini tergantung pada kekuatan kesepakatan masing-masing negara untuk mematuhi perjanjian tersebut. Sementara Rusia terus meningkatkan produksi hingga mendekati rekor tertinggi," ujar juru bicara RAC Simon Williams.
Selama beberapa bulan berikutnya, harga BBM diyakini bakal ditentukan oleh peristiwa politik seperti kebijakan yang diperkenalkan Presiden AS Donald Trump dan keberhasilan negosiasi Brexit, yang dimulai pada bulan Maret. Kedua diyakini juga akan berpengaruh terhadap nilai poundsterling terhadap USD. Beberapa ahli percaya harga minyak dapat naik hingga ke level USD60 per barel atau lebih tahun ini.
(akr)