Produksi Minyak Turun, Bank Dunia Ramal Ekonomi Arab Saudi Anjlok Tahun Ini

Jum'at, 06 Oktober 2023 - 18:06 WIB
loading...
Produksi Minyak Turun,...
Bank Dunia memproyeksikan tahun ini ekonomi Arab Saudi akan mengalami kontraksi terdampak penurunan produksi minyak. FOTO/Reuters
A A A
JAKARTA - Bank Dunia memproyeksikan tahun ini ekonomi Arab Saudi akan mengalami kontraksi sebesar 0,9%. Berdasarkan laporan, Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan negara eksportir minyak terbesar di dunia ini turun drastis akibat penurunan produksi dan harga minyak.

Pertumbuhan keseluruhan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) juga diperkirakan akan melambat. Diperkirakan sebesar 1,9% pada tahun 2023, turun dari 6% tahun lalu dan lebih rendah dari 3% yang diperkirakan oleh Bank Dunia pada bulan April.



Arab Saudi, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia Arab, telah memangkas produksi minyak dimaksudkan untuk menstabilkan harga pasar dan tetap berada di bawah rata-rata tahun lalu sebesar USD100 per barel.

Pemerintah Arab Saudi memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) akan melambat menjadi 0,03% pada 2023, dari 8,7% tahun lalu, menurut revisi perkiraan yang dirilis oleh kementerian keuangan minggu lalu, yang hampir menghindari kontraksi.

Laporan terbaru Bank Dunia, yang dirilis pada hari Kamis, mengaitkan penurunan tiba-tiba dalam aktivitas ekonomi Saudi dengan tingkat produksi minyak yang lebih rendah di tengah-tengah harga yang lemah. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan PDB Saudi sebesar 2,9% pada tahun 2023 dalam pembaruannya di bulan April.

Pertumbuhan untuk enam anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang terdiri dari para eksportir minyak dan gas diperkirakan akan melambat menjadi 1% pada 2023, turun dari 7,3% tahun lalu, dan jauh di bawah 3,2% yang diperkirakan dalam pembaruan Bank Dunia pada bulan April. Diperkirakan akan pulih menjadi 3,6% pada 2024.

Ekonomi MENA sangat bervariasi antara GCC yang kaya, importir minyak yang sedang berkembang seperti Yordania, dan eksportir minyak yang sedang berkembang seperti Irak.

Namun, pemangkasan produksi minyak yang berkepanjangan tahun ini telah menyeimbangkan keadaan. Pertumbuhan di antara para importir minyak di kawasan ini diproyeksikan sebesar 3,6% tahun ini, turun dari 4,9% pada tahun 2022.

"Perbedaan ini diproyeksikan akan berakhir pada tahun 2023 dan 2024, membuat kisah dua MENA terhenti," menurut World Bank MENA Economic Update.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1577 seconds (0.1#10.140)