Stok Langka, Harga Elpiji 3 Kg Ditemukan Melonjak 95%
A
A
A
SENGKANG - Harga gas elpiji 3 kilogram (kg) di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan mengalami lonjakan tajam ketika terjadi kelangkaan. Harga gas dengan tabung hijau ini menembus harga Rp30.000 per tabung, sementara harge eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah hanya Rp15.500 per tabung.
Kenaikan ini terjadi di tengah kelangkaan gas elpiji 3 kg, sehingga membuat warga kesulitan mendapatkan gas bersubsidi tersebut. "Kalaupun ada yang kami dapat harganya sangat mahal, yakni Rp25 ribu hingga Rp30 ribu," kata salah seorang warga, Nani.
Dia menambahkan sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 kg, bahkan terkadang membuat ibu rumah tangga harus beralih ke kayu bakar. "Mau pake elpiji yang besar kami tidak punya tabung, kami ini orang miskin. Untuk itu kami berharap pemerintah menyikapi kelangkaan tabung ini," jelasnya.
Menindaklanjuti keluhan masyarakat terkait kelangkaan gas 3 Kg, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Wajo melakukan sidak ke tiga agen LPG pada tingkat pangkalan dan pengecer. Berdasarkan pantauan di lapangan, kelangkaan tersebut disebabkan karena peningkatan kebutuhan masyarakat.
Sekretaris TPID Kabupaten Wajo Muh Arwes mengatakan, kelangkaan gas elpiji 3 kilogram ini karena adanya peningkatan kebutuhan masyarakat. "Peningkatan kebutuhan ini terjadi karena adanya peralihan penggunaan dari kebutuhan rumah tangga menjadi bahan bakar pompanisasi," ungkap Arwes.
Dia menjelaskan laporan masyarakat yang diterima harga gas 3 kg mencapai Rp20.000 hingga Rp25.000 Bahkan ada yang mencapai sampai Rp30 ribu pertabung. Padahal harga HET dipangkalan hanya Rp15.500 ribu per tabung.
Arwes mengharapkan kepada agen untuk mewanti-wanti para pangkalan untuk tidak menjual gas elpiji 3 kilogram di atas harga eceran tertinggi (HET). "Kita harapkan agar pangkalan tidak menjual diatas harga HET. Dan kita di TPID akan selalu melakukan pemantauan setiap hari," tegasnya.
Sementara Kabag Perekonomian Setda Wajo ini menambahkan bahwa, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Pertamina untuk penambahan kuota. Namun pihak pertamina meminta untuk pengawasan dalam penyalurannya.
Kenaikan ini terjadi di tengah kelangkaan gas elpiji 3 kg, sehingga membuat warga kesulitan mendapatkan gas bersubsidi tersebut. "Kalaupun ada yang kami dapat harganya sangat mahal, yakni Rp25 ribu hingga Rp30 ribu," kata salah seorang warga, Nani.
Dia menambahkan sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 kg, bahkan terkadang membuat ibu rumah tangga harus beralih ke kayu bakar. "Mau pake elpiji yang besar kami tidak punya tabung, kami ini orang miskin. Untuk itu kami berharap pemerintah menyikapi kelangkaan tabung ini," jelasnya.
Menindaklanjuti keluhan masyarakat terkait kelangkaan gas 3 Kg, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Wajo melakukan sidak ke tiga agen LPG pada tingkat pangkalan dan pengecer. Berdasarkan pantauan di lapangan, kelangkaan tersebut disebabkan karena peningkatan kebutuhan masyarakat.
Sekretaris TPID Kabupaten Wajo Muh Arwes mengatakan, kelangkaan gas elpiji 3 kilogram ini karena adanya peningkatan kebutuhan masyarakat. "Peningkatan kebutuhan ini terjadi karena adanya peralihan penggunaan dari kebutuhan rumah tangga menjadi bahan bakar pompanisasi," ungkap Arwes.
Dia menjelaskan laporan masyarakat yang diterima harga gas 3 kg mencapai Rp20.000 hingga Rp25.000 Bahkan ada yang mencapai sampai Rp30 ribu pertabung. Padahal harga HET dipangkalan hanya Rp15.500 ribu per tabung.
Arwes mengharapkan kepada agen untuk mewanti-wanti para pangkalan untuk tidak menjual gas elpiji 3 kilogram di atas harga eceran tertinggi (HET). "Kita harapkan agar pangkalan tidak menjual diatas harga HET. Dan kita di TPID akan selalu melakukan pemantauan setiap hari," tegasnya.
Sementara Kabag Perekonomian Setda Wajo ini menambahkan bahwa, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Pertamina untuk penambahan kuota. Namun pihak pertamina meminta untuk pengawasan dalam penyalurannya.
(akr)