Isu Bankable Dinilai Jadi Penyebab Kontrak PLTGU Jawa 1 Mandek
A
A
A
JAKARTA - Isu bankable dalam proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1 dinilai bukan persoalan sederhana, yang menurut ekonom dari State Bank of India (SBI) Rizal Yamin sangat complicated dan merupakan fenomena gunung es. Menurutnya isu bankability membuat proyek ini menjadi mandek, sehingga mengganggu mega proyek listrik pemerintah yakni 35.000 megawatt (MW).
"Dari sekian banyak isu yang terkait dengan bankability, yang paling berat adalah yang berkaitan dengan jaminan atau kepastian pasokan (liquefied natural gas/LNG), untuk pembangkit listrik," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (12/1/2017).
Dia juga mengingatkan adanya kasus yang berkaitan dengan bankability, di antaranya, belum lama ini, bank asal Prancis menarik diri dari pembiayaan konsorsium perusahaan yang membangun salah satu PLTU di Indonesia. "Bank tersebut berkomitmen tidak bersedia lagi membiayai proyek pembangkit energi berbasis batu bara di seluruh dunia karena alasan lingkungan," jelasnya
Lebih lanjut Rizal menerangkan jika Indonesia sampai gagal memahami mengenai pentingnya bankability dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk itu, bisa-bisa proyek kelistrikan di Indonesia tidak akan didanai oleh pihak perbankan lagi.
Ada dugaan molornya kontrak PLTGU Jawa 1 juga karena tidak ada jaminan pasokan gas alam cair (LNG) yang sangat fundamental. Hal ini diyakini kemudian menyebabkan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) belum dapat ditandatangani dan proyek menjadi terkatung-katung.
Menurutnya ketersediaan pasokan LNG tersebut sangat penting bagi bank yang akan menyediakan dana untuk membiayai proyek pembangkit listrik berkapasitas 2 x 800 megawatt (MW) tersebut. "Ketidakpastian pasokan LNG merupakan mismanagement dalam proses tender PLTGU Jawa 1, sehingga proyek ini tidak bankability," kata dia.
Rizal menambahkan kondisi ini sejak awal sudah diindikasikan oleh para pemberi pinjaman (lenders) dan akhirnya menjadi kenyataan, sehingga proyek belum juga berjalan. "Padahal, dari sudut nilai investasi, proyek PLTGU Jawa 1 tergolong besar, sekitar USD 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun," jelas dia.
Seperti diketahui, tender megaproyek PLTGU Jawa 1 diikuti sejumlah peserta. Sebut saja Pertamina-Marubeni-Sojitz yang kabarnya menjadi pemenang tender ini serta konsorsium Mitsubishi Corp-JERA-PT Rukun Raharja Tbk-PT Pembangkitan Jawa Bali. Kemudian, konsorsium PT Adaro Energi Tbk-Sembcorp Utilities PTY Ltd, dan konsorsium PT Medco Power Generation Indonesia-PT Medco Power Indonesia-Kepco-dan Nebras Power.
"Dari sekian banyak isu yang terkait dengan bankability, yang paling berat adalah yang berkaitan dengan jaminan atau kepastian pasokan (liquefied natural gas/LNG), untuk pembangkit listrik," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (12/1/2017).
Dia juga mengingatkan adanya kasus yang berkaitan dengan bankability, di antaranya, belum lama ini, bank asal Prancis menarik diri dari pembiayaan konsorsium perusahaan yang membangun salah satu PLTU di Indonesia. "Bank tersebut berkomitmen tidak bersedia lagi membiayai proyek pembangkit energi berbasis batu bara di seluruh dunia karena alasan lingkungan," jelasnya
Lebih lanjut Rizal menerangkan jika Indonesia sampai gagal memahami mengenai pentingnya bankability dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk itu, bisa-bisa proyek kelistrikan di Indonesia tidak akan didanai oleh pihak perbankan lagi.
Ada dugaan molornya kontrak PLTGU Jawa 1 juga karena tidak ada jaminan pasokan gas alam cair (LNG) yang sangat fundamental. Hal ini diyakini kemudian menyebabkan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) belum dapat ditandatangani dan proyek menjadi terkatung-katung.
Menurutnya ketersediaan pasokan LNG tersebut sangat penting bagi bank yang akan menyediakan dana untuk membiayai proyek pembangkit listrik berkapasitas 2 x 800 megawatt (MW) tersebut. "Ketidakpastian pasokan LNG merupakan mismanagement dalam proses tender PLTGU Jawa 1, sehingga proyek ini tidak bankability," kata dia.
Rizal menambahkan kondisi ini sejak awal sudah diindikasikan oleh para pemberi pinjaman (lenders) dan akhirnya menjadi kenyataan, sehingga proyek belum juga berjalan. "Padahal, dari sudut nilai investasi, proyek PLTGU Jawa 1 tergolong besar, sekitar USD 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun," jelas dia.
Seperti diketahui, tender megaproyek PLTGU Jawa 1 diikuti sejumlah peserta. Sebut saja Pertamina-Marubeni-Sojitz yang kabarnya menjadi pemenang tender ini serta konsorsium Mitsubishi Corp-JERA-PT Rukun Raharja Tbk-PT Pembangkitan Jawa Bali. Kemudian, konsorsium PT Adaro Energi Tbk-Sembcorp Utilities PTY Ltd, dan konsorsium PT Medco Power Generation Indonesia-PT Medco Power Indonesia-Kepco-dan Nebras Power.
(akr)