Manggis Asal Pangandaran Tembus Ekspor
A
A
A
PANGANDARAN - Hasil bumi jenis manggis asal Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menjadi komoditas ekspor yang berhasil dikirim ke luar negeri. Namun saat ini kondisinya luput dari perhatian pemerintah.
Ketua Kamar dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Pangandaran Teddy Sonjaya mengatakan, saat ini manggis yang di ekspor ke luar negeri harus melalui pengepul besar di Tasikmalaya.
“Padahal manggis yang sering beredar dipasaran seperti di Tasikmalaya, Bogor, Subang dan Purwakarta, ada beberapa persen yang didatangkan dari Kabupaten Pangandaran,” kata Tedi, Kamis (12/1/2017).
Potensi produksi pertanian buah manggis di Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, saja bisa mencapai sekitar 300 ton per hari. Sayangnya petani manggis di wilayah tersebut kurang mendapat pembinaan produktifitas dan pemasaran.
“Karena lemahnya pengetahuan petani maka hasil bumi yang mereka miliki dibawa oleh para pengepul dan tengkulak dari berbagai daerah,” tambahnya.
Dibeberapa daerah seperti di Dusun Margajaya, produksi buah manggis mencapai 3 ton per hari, di Dusun Pangancraan 1,5 ton, Dusun Cibunian 2,5 ton, Dusun Cidawung 1 ton, Dusun Cikadu 1,5 ton, Dusun Karangkamal 0,5 ton, Dusun Balengbeng 0,5 ton.
“Bahkan pada hari biasa yang bukan musim manggis, hasil produksi manggis mencapai 10,5 ton per hari. Sedangkan bila sedang musimnya bisa mencapai 300 ton per hari,” papar Tedi.
Saat ini petani masih menggantungkan pemasaran buah manggis pada pengepul dan tengkulak yang oleh pengepul dan tengkulak kemudian menjualnya ke kota besar dan mengekspornya ke luar negeri.
“Namun sayangnya setiap kali musim panen raya tiba, 30 hingga 40 persen produksi manggis gagal dan membusuk akibat proses dan cara pemetikan yang dilakukan secara asal-asalan," ujarnya.
Saat ini pihaknya mulai memetakan daerah mana saja yang cocok untuk pengembangan kawasan buah manggis dan mencari solusi masa tanam buah manggis, lantaran sangat lama proses tanam hingga berbuahnya.
“Buah manggis asal Pangandaran ini telah tembus ekspor ke China dan sejumlah negara Timur Tengah, Taiwan, serta Australia,” pungkasnya.
Ketua Kamar dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Pangandaran Teddy Sonjaya mengatakan, saat ini manggis yang di ekspor ke luar negeri harus melalui pengepul besar di Tasikmalaya.
“Padahal manggis yang sering beredar dipasaran seperti di Tasikmalaya, Bogor, Subang dan Purwakarta, ada beberapa persen yang didatangkan dari Kabupaten Pangandaran,” kata Tedi, Kamis (12/1/2017).
Potensi produksi pertanian buah manggis di Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, saja bisa mencapai sekitar 300 ton per hari. Sayangnya petani manggis di wilayah tersebut kurang mendapat pembinaan produktifitas dan pemasaran.
“Karena lemahnya pengetahuan petani maka hasil bumi yang mereka miliki dibawa oleh para pengepul dan tengkulak dari berbagai daerah,” tambahnya.
Dibeberapa daerah seperti di Dusun Margajaya, produksi buah manggis mencapai 3 ton per hari, di Dusun Pangancraan 1,5 ton, Dusun Cibunian 2,5 ton, Dusun Cidawung 1 ton, Dusun Cikadu 1,5 ton, Dusun Karangkamal 0,5 ton, Dusun Balengbeng 0,5 ton.
“Bahkan pada hari biasa yang bukan musim manggis, hasil produksi manggis mencapai 10,5 ton per hari. Sedangkan bila sedang musimnya bisa mencapai 300 ton per hari,” papar Tedi.
Saat ini petani masih menggantungkan pemasaran buah manggis pada pengepul dan tengkulak yang oleh pengepul dan tengkulak kemudian menjualnya ke kota besar dan mengekspornya ke luar negeri.
“Namun sayangnya setiap kali musim panen raya tiba, 30 hingga 40 persen produksi manggis gagal dan membusuk akibat proses dan cara pemetikan yang dilakukan secara asal-asalan," ujarnya.
Saat ini pihaknya mulai memetakan daerah mana saja yang cocok untuk pengembangan kawasan buah manggis dan mencari solusi masa tanam buah manggis, lantaran sangat lama proses tanam hingga berbuahnya.
“Buah manggis asal Pangandaran ini telah tembus ekspor ke China dan sejumlah negara Timur Tengah, Taiwan, serta Australia,” pungkasnya.
(ven)