Rumitnya Kondisi Ekonomi Dunia di Mata Sri Mulyani
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memandang perekonomian dunia saat ini sedang dalam kondisi rumit yang dapat mempengaruhi negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi global, salah satunya adalah geopoltik dengan ancaman yang dihadapi semakin kompleks.
(Baca Juga: Bisikan Bank Dunia untuk Tingkatkan Mutu Belanja Pemerintah)
Faktor yang menjadi perhatian di antaranya perlambatan ekonomi China, fluktuasi harga minyak mentah dunia dan kekhawatiran tentang keamanan geopolitik. Selain itu menjelang negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) alias Brexit ditambah rencana kebijakan proteksionis Presiden AS terpilih Donald Trump diyakini juga akan berimbas kepada negara emerging markets.
(Baca Juga: Bank Dunia: Reformasi Kebijakan Fiskal Tingkatkan Ekonomi RI)
Semua itu menyebabkan makin meningkatnya ketidakpastian tentang prospek pertumbuhan ekonomi global. Dalam pandangan Sri Mulyani, dia menyampaikan bahwa gejolak ekonomi dunia ini bukan hal baru. Namun, Indonesia dinilai sudah memiliki mental kuat agar tidak terpengaruh dampak dari kondisi perekonomian global.
"Lingkungan global, ketidakpastian pembangunan ekonomi, geopoltik global, ini enggak baru. Saya selalu katakan hidup memang rumit. Kita ubah yang rumit, dengan menyiapkan mental dan pengaruh lingkungan ekonomi global ke Indonesia dari sisi ekspor-impor, psikologi, persepsi, risiko," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/1/2017).
(Baca Juga: Menakar Ekonomi RI, Sri Mulyani Antisipasi Gejolak Global)
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menyampaikan, risiko gejolak perekonomian dunia yang berdampak ke negara berkembang hingga maju bisa dimengerti. Bahkan menurutnya banyak pihak juga setuju dengan kerumitan ini dan mulai melakukan antisipasi.
"Risiko Indonesia dan dunia dengan negara maju dan berkembang ini dapat dipahami dan diterima. Saya bertemu rekan bankir, peneliti yang memiliki pandangan tersendiri soal kerumitan ini," sambungnya.
Menurut dia, Indonesia harus tetap fokus agar tidak terseret perlambatan ekonomi dunia. Sebab, banyak hal yang akan mempengaruhi perekonomian negara berkembang.
"Indonesia harus memahami kerumitan ini, kalau kita menafsirkan banyak hal akan kehilangan fokus. Mulai dari lingkungan global, ekonomi, sosial, politik, dari ekonomi terlihat ekspor-impor, aliran modal serta risiko pengaruhi jalan sebagai satu negara dan satu perekonomian," tegas dia.
(Baca Juga: Bisikan Bank Dunia untuk Tingkatkan Mutu Belanja Pemerintah)
Faktor yang menjadi perhatian di antaranya perlambatan ekonomi China, fluktuasi harga minyak mentah dunia dan kekhawatiran tentang keamanan geopolitik. Selain itu menjelang negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) alias Brexit ditambah rencana kebijakan proteksionis Presiden AS terpilih Donald Trump diyakini juga akan berimbas kepada negara emerging markets.
(Baca Juga: Bank Dunia: Reformasi Kebijakan Fiskal Tingkatkan Ekonomi RI)
Semua itu menyebabkan makin meningkatnya ketidakpastian tentang prospek pertumbuhan ekonomi global. Dalam pandangan Sri Mulyani, dia menyampaikan bahwa gejolak ekonomi dunia ini bukan hal baru. Namun, Indonesia dinilai sudah memiliki mental kuat agar tidak terpengaruh dampak dari kondisi perekonomian global.
"Lingkungan global, ketidakpastian pembangunan ekonomi, geopoltik global, ini enggak baru. Saya selalu katakan hidup memang rumit. Kita ubah yang rumit, dengan menyiapkan mental dan pengaruh lingkungan ekonomi global ke Indonesia dari sisi ekspor-impor, psikologi, persepsi, risiko," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/1/2017).
(Baca Juga: Menakar Ekonomi RI, Sri Mulyani Antisipasi Gejolak Global)
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menyampaikan, risiko gejolak perekonomian dunia yang berdampak ke negara berkembang hingga maju bisa dimengerti. Bahkan menurutnya banyak pihak juga setuju dengan kerumitan ini dan mulai melakukan antisipasi.
"Risiko Indonesia dan dunia dengan negara maju dan berkembang ini dapat dipahami dan diterima. Saya bertemu rekan bankir, peneliti yang memiliki pandangan tersendiri soal kerumitan ini," sambungnya.
Menurut dia, Indonesia harus tetap fokus agar tidak terseret perlambatan ekonomi dunia. Sebab, banyak hal yang akan mempengaruhi perekonomian negara berkembang.
"Indonesia harus memahami kerumitan ini, kalau kita menafsirkan banyak hal akan kehilangan fokus. Mulai dari lingkungan global, ekonomi, sosial, politik, dari ekonomi terlihat ekspor-impor, aliran modal serta risiko pengaruhi jalan sebagai satu negara dan satu perekonomian," tegas dia.
(akr)