RRC Dukung Globalisasi, Kubu Trump Sebut Perdagangan Bebas Harus Adil

Selasa, 17 Januari 2017 - 23:30 WIB
RRC Dukung Globalisasi,...
RRC Dukung Globalisasi, Kubu Trump Sebut Perdagangan Bebas Harus Adil
A A A
DAVOS - Keinginan Presiden Republik Rakyat China (RRC) Xi Jinping bertemu Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, batal terlaksana. Trump hanya mengutus perwakilan yang dipimpin oleh Anthony Scaramucci.

Keinginan China adalah ingin membahas masalah perdagangan bebas, dimana China menganggap kritik Trump selama ini sebagai sebuah perang dagang. Namun Scaramucci, yang seorang pengusaha juga asisten Trump, berujar bahwa pemerintahan baru AS tidak ingin melakukan perang dagang. “Saya percaya bahwa pemerintahan baru kami tidak berkeinginan melakukan perang dagang dengan siapa pun,” katanya di WEF, Davos, Swiss, seperti dilansir CNBC, Selasa (17/1/2017).

Pria asal Long Island, New York tersebut, menambahkan bahwa yang diinginkan oleh Trump adalah perdagangan bebas dan adil. Scaramucci yang berpredikat sebagai anggota eksekutif tim transisi Presiden AS terpilih, menerangkan bahwa globalisasi telah mendatangkan dampak negatif bagi Amerika sejak Perang Dunia II.

Kata-kata dari kubu Trump ini sekaligus menjawab pidato Presiden RRC Xi Jinping sebelumnya di forum Davos, bahwa globalisasi ekonomi perlu didukung dan telah menumbuhkan ekonomi di seluruh dunia. Dan kata Xi, perdagangan bebas tidak boleh disalahkan atas masalah yang terjadi di dunia.

Xi yang merupakan Kepala Negara China pertama yang tampil di pertemuan puncak Davos, ingin mempromosikan globalisasi yang inklusif serta memperingatkan bahwa pendekatan populis dapat menyebabkan perang dan kemiskinan. Dia memperingatkan bahwa tit-for-tat atas kontrol perdagangan tidak akan menguntungkan siapa pun.

“Tidak ada yang akan muncul sebagai pemenang dalam perang dagang global. Dan melakukan proteksionisme tidak ubahnya seperti mengunci diri dalam ruangan gelap,” tukas Xi.

Sementara itu, Scaramucci mengatakan globalisasi telah membuat cekung manufaktur Amerika, menyakiti kelas menengah Amerika dan melumpuhkan kelas pekerja Amerika. “Kami datang dengan kebijakan untuk mengubah itu. Kami meminta ini adalah saatnya menciptakan lebih banyak sinergi dalam perjanjian perdagangan bebas,” tegas dia.

Alumnus Harvard University ini menambahkan, bahwa ia menghormati China dan Presiden RRC dan sejatinya ingin menjalin hubungan yang fenomenal dengan Negeri Tirai Bambu. Namun, sambung dia, jika China tetap menekankan pada perdagangan bebas, mereka harus membuat sinergi karena jalan menuju globalisasi bagi dunia adalah melalui Amerika.

Karena itu, kubu Trump sekali lagi menegaskan pentingnya perdagangan bebas yang adil, yang juga memperhatikan nasib para kelas pekerja dan kelas menengah sehingga bisa membuat perdamaian dan kemakmuran yang lebih global.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6458 seconds (0.1#10.140)