World Economic Forum Bahas Robot Gantikan Pekerjaan Manusia
A
A
A
DAVOS - Pasar bebas dan perdagangan global telah disalahkan untuk banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dalam satu dekade terakhir, namun CEO global mengatakan penyebab utamnya adalah semakin maraknya penggunaan mesin. Pembahasan ini termasuk dalam pertemuan World Economic Forum (WEF) 2017 di Davos, Swiss.
Ketika pemimpin bisnis dunia yang berkumpul di WEF menikmati keuntungan dari peningkatan produktivitas akibat penerapan teknologi, tapi di sisi lain mereka juga memperingatkan bahwa hilangnya beberapa pekerjaan akibat teknologi perlu ditangani secara lebih serius. Topik ini menjadi perhatian serius, lantaran banyaknya pengurangan pekerja akibat penggunaan mesin hingga robot.
Mulai dari pengemudi taksi hingga pekerja profesional kesehatan, teknologi robotics sudah merambah semuanya dari mobil yang mampu berkendara sendiri tanpa sopir, hingga kecerdasan buatan dan 3-D berarti membuat lebih banyak jenis pekerjaan dibayangi risiko bakal hilang. Adidas misalnya bertujuan untuk menggunakan mesin cetak 3-D dalam pembuatan beberapa sepatu lari mereka.
"Pekerjaan akan hilang, pekerjaan akan berkembang dan revolusi ini akan menjadi kenyataan serta bakal mempengaruhi setiap orang tak terkecuali," ujar Kepala Eksekutif Hewlett Packard Enterprise Meg Whitman
Sementara beberapa pendukung Donald Trump dan Brexit menantikan harapan baru untuk kebijakan pemerintah yang dapat membuka lapangan pekerjaan ke Amerika atau industri Inggris. Ekonom memperkirakan 86% dari industri manufaktur bakal mengurangi pekerjaan karena efek penurunan produktivitas berdasarkan laporan risiko tahunan WEF.
"Teknologi adalah masalah besar dan kita tidak mengakui hal itu," ucap Ketua Konsultasi EY Mark Weinberger dalam percebatan yang ada kecenderungan untuk selalu menyalahkan mitra dagang.
Latar belakang politik mendorong CEO untuk mengambil tantangan pelatihan pekerja yang jauh lebih lama untuk mengimbangi pertumbuhan pesat serta kemajuan teknologi. "Saya pikir apa yang kita capai sekarang adalah mungkin harus menemukan alternatif dapat hidup kita," terang Chief Executive Microsoft Satya Nadella.
Selama dekade terakhir, lebih banyak pekerjaan telah kehilangan karena teknologi daripada faktor lainnya. Menurut beberapa pihak dibandingkan dengan memperkuat perbatasan untuk menghindari pendatang, dampak teknologi terhadap pekerjaan diyakini harus ditangani serius. Sementara itu teknologi canggih masih terlalu mahal, daripada tenaga kerja saat ini namun tidak menutup kemungkinan semuanya berubah.
Ketika pemimpin bisnis dunia yang berkumpul di WEF menikmati keuntungan dari peningkatan produktivitas akibat penerapan teknologi, tapi di sisi lain mereka juga memperingatkan bahwa hilangnya beberapa pekerjaan akibat teknologi perlu ditangani secara lebih serius. Topik ini menjadi perhatian serius, lantaran banyaknya pengurangan pekerja akibat penggunaan mesin hingga robot.
Mulai dari pengemudi taksi hingga pekerja profesional kesehatan, teknologi robotics sudah merambah semuanya dari mobil yang mampu berkendara sendiri tanpa sopir, hingga kecerdasan buatan dan 3-D berarti membuat lebih banyak jenis pekerjaan dibayangi risiko bakal hilang. Adidas misalnya bertujuan untuk menggunakan mesin cetak 3-D dalam pembuatan beberapa sepatu lari mereka.
"Pekerjaan akan hilang, pekerjaan akan berkembang dan revolusi ini akan menjadi kenyataan serta bakal mempengaruhi setiap orang tak terkecuali," ujar Kepala Eksekutif Hewlett Packard Enterprise Meg Whitman
Sementara beberapa pendukung Donald Trump dan Brexit menantikan harapan baru untuk kebijakan pemerintah yang dapat membuka lapangan pekerjaan ke Amerika atau industri Inggris. Ekonom memperkirakan 86% dari industri manufaktur bakal mengurangi pekerjaan karena efek penurunan produktivitas berdasarkan laporan risiko tahunan WEF.
"Teknologi adalah masalah besar dan kita tidak mengakui hal itu," ucap Ketua Konsultasi EY Mark Weinberger dalam percebatan yang ada kecenderungan untuk selalu menyalahkan mitra dagang.
Latar belakang politik mendorong CEO untuk mengambil tantangan pelatihan pekerja yang jauh lebih lama untuk mengimbangi pertumbuhan pesat serta kemajuan teknologi. "Saya pikir apa yang kita capai sekarang adalah mungkin harus menemukan alternatif dapat hidup kita," terang Chief Executive Microsoft Satya Nadella.
Selama dekade terakhir, lebih banyak pekerjaan telah kehilangan karena teknologi daripada faktor lainnya. Menurut beberapa pihak dibandingkan dengan memperkuat perbatasan untuk menghindari pendatang, dampak teknologi terhadap pekerjaan diyakini harus ditangani serius. Sementara itu teknologi canggih masih terlalu mahal, daripada tenaga kerja saat ini namun tidak menutup kemungkinan semuanya berubah.
(akr)