AS Hengkang, TPP Tak Lagi Menarik untuk Indonesia

Jum'at, 27 Januari 2017 - 17:22 WIB
AS Hengkang, TPP Tak...
AS Hengkang, TPP Tak Lagi Menarik untuk Indonesia
A A A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menegaskan, Indonesia saat ini tak perlu lagi mengkaji peluang untuk masuk dalam kerja sama kemitraan trans pasifik (Trans Pacific Partnership/TPP). Pasalnya, Amerika Serikat (AS) sebelumnya telah secara resmi hengkang dari TPP yang diyakini membuat perjanjian dagang itu tidak lagi bergigi.

(Baca Juga: AS Resmi Keluar dari Perjanjian Dagang TPP)

Ketua Umum Kadin Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, selama ini keinginan Indonesia untuk masuk dalam kemitraan TPP adalah agar perdagangan Indonesia dengan AS menjadi lebih mudah. Sebab dengan menjadi anggota TPP, maka Indonesia tidak dikenakan bea masuk jika ingin memasukkan produk ke Negeri Paman Sam -julukan AS- tersebut.

"Orang AS saja keluar. Ngapain ikut TPP. Karena rencana kita ikut TPP adalah agar kita bisa melakukan trade lebih baik tanpa adanya barrier dari tarif dan lain-lain, sehingga kita dapat berkompetisi dengan negara lain seperti Vietnam," katanya di Gedung CSIS, Jakarta, Jumat (27/1/2017).

(Baca Juga: AS Tinggalkan TPP, RI Diminta Genjot Kerja Sama dengan ASEAN)

Apalagi, sambung Rosan, Indonesia juga telah memiliki perjanjian dagang dengan banyak negara di dunia. Misalnya European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU-CEPA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

"Itu mungkin yang bisa ditingkatkan dalam rangka meningkatkan perdagangan kita dengan China. Karena dengan China, perdagangan kita minusnya cukup lumayan. Jadi setiap kebijakan Trump harus dilihat dari dua sisi. Tidak selalu kebijakan dampaknya negatif, walaupun dari Trump mengatakan American First, Inward looking, proteksionisme," imbuh dia.

Menurutnya, hengkangnya AS dari TPP pun menjadi peluang untuk Indonesia meningkatkan daya saing produknya. Pasalnya, Indonesia selama ini kalah saing dengan Vietnam karena mereka merupakan anggota TPP, sehingga lebih mudah memasukkan produknya.

"Ekspor kita ke US nomor satu itu garmen. Baru kemudian disusul alas kaki, rubber dan lain-lain. Sehingga dengan ini kan berarti level playing fieldnya sama nih dengan Vietnam. Yang dulu kita musti bayar tarif, terus Vietnam nol. Sekarang sama-sama bayar. Jadi hal seperti itu yang membuat kita bisa lebih kompetitif lagi," tegasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0880 seconds (0.1#10.140)