Satya Heragandhi Hobi Fotografi dan Casual Traveler
A
A
A
SEJAK menempuh pendidikan di tingkat sekolah menengah atas, Direktur Utama Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi sangat mencintai dunia fotografi. Bahkan, pada saat menjadi mahasiswa di Universitas Indonensia (UI), pria kelahiran Semarang tersebut sempat mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bidang fotografi.
"Waktu kuliah saya sempat menjadi fotografer untuk sejumlah acara kawinan. Saya juga ikut klub fotografi di kampus," ujar Satya kepada KORAN SINDO di Kantor Jakpro, Jakarta, belum lama ini.
Di tengah kesibukannya yang cukup padat, pria berkaca mata ini juga kerap kali mengunjungi sejumlah negara untuk berwisata sekaligus menjalankan hobi fotografinya. Bersama keluarga tercinta, Satya sempat berkunjung ke Benua Eropa.
"Untuk saat ini yang menjadi model tetap adalah istri saya," katanya, sambil berkelakar.
Saat berwisata, Satya memilih tidak menggunakan jasa travel agent. Dia lebih senang berangkat sendiri karena lebih bebas. Satya menyebutnya sebagai gaya casual travel. Menurut Satya, dengan caranya itu ada kebebasan tersendiri dalam memilih lokasi wisata yang ingin dituju. Bahkan, pada saat berkunjung ke negara lain, pemilihan lokasi wisata dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu.
"Biasanya saya meminjam mobil dan mengendarai sendiri, saya menyukai wisata di pedesaan, karena ini adalah sisi lain dari negara yang kita kunjungi," ujar pria kelahiran 47 tahun silam tersebut.
Di saat berwisata ke sejumlah negara, Satya menangkap keindahan alam dan juga perbedaan budaya ke dalam sebuah lensa. Dengan mengamati budaya dari negara lain, dirinya memperoleh pengatahuan baru.
Di sisi lain, hal ini juga bisa membangun makna untuk orang lain karena bisa mempelajari kehidupan maupun budaya yang berbeda. "Pemahaman terhadap budaya dan fotografi membuat kita lebih kaya, sehingga kita bisa membangun makna untuk orang lain," terangnya.
Meskipun telah mempunyai ratusan hasil fotografi yang berkualitas, namun hingga saat ini Satya masih belum berpikir untuk memamerkan karyanya kepada khalayak ramai.
Namun, Satya mengungkapkan, yang menjadi kepuasannya adalah saat hasil jepretannya dihargai dan diapresiasi oleh orang lain.
"Buat saya kepuasannya didapat apabila ada orang yang menikmati foto itu, atau pada saat orang lain mengapresiasikannya. Saya belum berminat untuk menjual atau memamerkannya kepada umum," imbuhnya.
Satya juga berharap, dari hasil foto yang ditangkapnya melalui lensa bisa memotivasi orang untuk menuju ke lokasi itu langsung. Dari filosofi yang didapatnya dalam dunia fotografi, satu objek foto bisa mempunyai makna yang berbeda-beda bagi yang melihatnya.
"Tantangan utamanya yaitu bagaimana seorang fotografer bisa mengeluarkan jiwa dari hasil fotonya. Lalu, bagaimana jiwa itu diapresiasi, sehingga karakternya bisa keluar," jelas dia.
Selain kedua hobi tersebut, Satya juga gemar mengutak-atik barang elektronik seperti komputer dan lampu LED. Kegemarannya ini sendiri didapatkannya pada saat mempelajari Ilmu Kimia saat menuntaskan pendidikan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di UI.
"Harap saya jika ada waktu lebih banyak, saya akan kembali ke laboratorium untuk kembali menjadi inventor, karena bidang pendidikan saya sebelumnya di fisika," tutur pria yang pernah berkarier di General Electric Operation Indonesia selama 2005-2010 itu.
"Waktu kuliah saya sempat menjadi fotografer untuk sejumlah acara kawinan. Saya juga ikut klub fotografi di kampus," ujar Satya kepada KORAN SINDO di Kantor Jakpro, Jakarta, belum lama ini.
Di tengah kesibukannya yang cukup padat, pria berkaca mata ini juga kerap kali mengunjungi sejumlah negara untuk berwisata sekaligus menjalankan hobi fotografinya. Bersama keluarga tercinta, Satya sempat berkunjung ke Benua Eropa.
"Untuk saat ini yang menjadi model tetap adalah istri saya," katanya, sambil berkelakar.
Saat berwisata, Satya memilih tidak menggunakan jasa travel agent. Dia lebih senang berangkat sendiri karena lebih bebas. Satya menyebutnya sebagai gaya casual travel. Menurut Satya, dengan caranya itu ada kebebasan tersendiri dalam memilih lokasi wisata yang ingin dituju. Bahkan, pada saat berkunjung ke negara lain, pemilihan lokasi wisata dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu.
"Biasanya saya meminjam mobil dan mengendarai sendiri, saya menyukai wisata di pedesaan, karena ini adalah sisi lain dari negara yang kita kunjungi," ujar pria kelahiran 47 tahun silam tersebut.
Di saat berwisata ke sejumlah negara, Satya menangkap keindahan alam dan juga perbedaan budaya ke dalam sebuah lensa. Dengan mengamati budaya dari negara lain, dirinya memperoleh pengatahuan baru.
Di sisi lain, hal ini juga bisa membangun makna untuk orang lain karena bisa mempelajari kehidupan maupun budaya yang berbeda. "Pemahaman terhadap budaya dan fotografi membuat kita lebih kaya, sehingga kita bisa membangun makna untuk orang lain," terangnya.
Meskipun telah mempunyai ratusan hasil fotografi yang berkualitas, namun hingga saat ini Satya masih belum berpikir untuk memamerkan karyanya kepada khalayak ramai.
Namun, Satya mengungkapkan, yang menjadi kepuasannya adalah saat hasil jepretannya dihargai dan diapresiasi oleh orang lain.
"Buat saya kepuasannya didapat apabila ada orang yang menikmati foto itu, atau pada saat orang lain mengapresiasikannya. Saya belum berminat untuk menjual atau memamerkannya kepada umum," imbuhnya.
Satya juga berharap, dari hasil foto yang ditangkapnya melalui lensa bisa memotivasi orang untuk menuju ke lokasi itu langsung. Dari filosofi yang didapatnya dalam dunia fotografi, satu objek foto bisa mempunyai makna yang berbeda-beda bagi yang melihatnya.
"Tantangan utamanya yaitu bagaimana seorang fotografer bisa mengeluarkan jiwa dari hasil fotonya. Lalu, bagaimana jiwa itu diapresiasi, sehingga karakternya bisa keluar," jelas dia.
Selain kedua hobi tersebut, Satya juga gemar mengutak-atik barang elektronik seperti komputer dan lampu LED. Kegemarannya ini sendiri didapatkannya pada saat mempelajari Ilmu Kimia saat menuntaskan pendidikan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di UI.
"Harap saya jika ada waktu lebih banyak, saya akan kembali ke laboratorium untuk kembali menjadi inventor, karena bidang pendidikan saya sebelumnya di fisika," tutur pria yang pernah berkarier di General Electric Operation Indonesia selama 2005-2010 itu.
(dmd)