Laba Bersih Bank BTN 2016 Melejit 41,49% Jadi Rp2,61 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sepanjang tahun lalu meraih laba bersih sebesar Rp2,61 triliun pada Desember 2016. Nilai tersebut melejit 41,49% secara tahunan dari perolehan laba bersih pada tahun sebelumnya senilai Rp1,85 triliun.
Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan, pencapaian positif tersebut ditopang kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan yang mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri. Raihan positif laba bersih Bank BTN juga diikuti kualitas aset yang terus membaik.
"Kami optimistis Bank BTN akan mampu melanjutkan kinerja positif tersebut tahun ini mengingat kondisi ekonomi mulai menunjukkan geliat positif serta berbagai kebijakan pemerintah dan regulator yang mendukung perkembangan sektor properti," ujar Maryono dalam Paparan Kinerja per 31 Desember 2016 Bank BTN di Menara BTN, Jakarta, Senin (13/2/2017).
Sementara, penyaluran kredit Bank BTN telah mencatatkan kenaikan sebesar 18,34% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp138,95 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp164,44 triliun di Desember 2016. Posisi pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri.
Pasalnya, Bank Indonesia (BI) dalam Analisis Uang Beredar M2 merekam, kredit perbankan nasional hanya naik 7,8% yoy pada Desember 2016. Kredit di sektor perumahan pun tercatat menjadi penyokong utama kenaikan pinjaman di Bank BTN.
Kredit yang menempati 89,97% porsi pinjaman di Bank BTN ini naik 18,43% yoy dari Rp124,92 triliun di akhir 2015 menjadi Rp147,94 triliun di periode sama tahun lalu. Kemudian, pertumbuhan terbesar di segmen ini berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang naik 30,57% yoy dari Rp43,52 triliun pada akhir Desember 2015 menjadi Rp56,83 triliun di Desember 2016.
Sementara, pertumbuhan penyaluran kredit yang positif tersebut juga turut mengerek nilai aset emiten bersandi saham BBTN naik. Per akhir tahun lalu, aset Bank BTN tumbuh 24,66% yoy dari Rp171,8 triliun menjadi Rp214,16 triliun. Dengan posisi tersebut, BBTN juga tercatat menjadi bank dengan aset terbesar ke-6 (bank only) di Indonesia.
Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) gross Bank BTN per Desember 2016 berhasil ditekan dari 3,42% menjadi 2,84%. NPL net pun membaik dari 2,11% pada Desember 2015 menjadi 1,85% di bulan yang sama tahun berikutnya.
Dana pihak ketiga (DPK) perseroan tumbuh di atas rata-rata industri. Per Desember 2016, Bank BTN berhasil menghimpun DPK senilai Rp160,19 triliun atau naik 25,4% yoy dari Rp127,74 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara, data bank sentral menunjukan perbankan nasional hanya mencatatkan pertumbuhan DPK per Desember 2016 sebesar 9,5% yoy.
Struktur DPK Bank BTN juga menguat dengan peningkatan porsi dana murah (current account and saving account/CASA) perseroan yang naik ke level 50,36% pada kuartal akhir 2016 dari 48,63% di periode yang sama tahun sebelumnya. Per Desember 2016, CASA Bank BTN tercatat senilai Rp80,68 triliun atau naik 29,85% dari Rp62,13 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya.
Pada akhir tahun lalu, perolehan laba bersih Bank BTN juga didukung margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik dari 4,87% pada Desember 2015 menjadi 4,98%. Peningkatan laba bersih BBTN juga didorong kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dan pendapatan operasional (profit from operating).
Pendapatan bunga bersih Bank BTN tercatat naik 20,17% yoy dari Rp6,86 triliun di akhir 2015 menjadi Rp8,25 triliun pada periode sama 2016. Kemudian, pendapatan operasional tumbuh 32,31% yoy dari Rp2,53 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp3,35 triliun di bulan yang sama tahun berikutnya.
Di sisi lain, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BBTN membaik dari 16,97% pada Desember 2015 menjadi 20,34% di Desember 2016. Perseroan mencatat peningkatan CAR tersebut disumbang revaluasi aset yang dilakukan Bank BTN pada April 2016.
"Pencapaian kinerja 2016 didukung komitmen dan kerja keras seluruh manajemen mencapai target serta menerapkan berbagai transformasi yang dicanangkan perseroan," kata Maryono.
Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan, pencapaian positif tersebut ditopang kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan yang mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri. Raihan positif laba bersih Bank BTN juga diikuti kualitas aset yang terus membaik.
"Kami optimistis Bank BTN akan mampu melanjutkan kinerja positif tersebut tahun ini mengingat kondisi ekonomi mulai menunjukkan geliat positif serta berbagai kebijakan pemerintah dan regulator yang mendukung perkembangan sektor properti," ujar Maryono dalam Paparan Kinerja per 31 Desember 2016 Bank BTN di Menara BTN, Jakarta, Senin (13/2/2017).
Sementara, penyaluran kredit Bank BTN telah mencatatkan kenaikan sebesar 18,34% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp138,95 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp164,44 triliun di Desember 2016. Posisi pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri.
Pasalnya, Bank Indonesia (BI) dalam Analisis Uang Beredar M2 merekam, kredit perbankan nasional hanya naik 7,8% yoy pada Desember 2016. Kredit di sektor perumahan pun tercatat menjadi penyokong utama kenaikan pinjaman di Bank BTN.
Kredit yang menempati 89,97% porsi pinjaman di Bank BTN ini naik 18,43% yoy dari Rp124,92 triliun di akhir 2015 menjadi Rp147,94 triliun di periode sama tahun lalu. Kemudian, pertumbuhan terbesar di segmen ini berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang naik 30,57% yoy dari Rp43,52 triliun pada akhir Desember 2015 menjadi Rp56,83 triliun di Desember 2016.
Sementara, pertumbuhan penyaluran kredit yang positif tersebut juga turut mengerek nilai aset emiten bersandi saham BBTN naik. Per akhir tahun lalu, aset Bank BTN tumbuh 24,66% yoy dari Rp171,8 triliun menjadi Rp214,16 triliun. Dengan posisi tersebut, BBTN juga tercatat menjadi bank dengan aset terbesar ke-6 (bank only) di Indonesia.
Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) gross Bank BTN per Desember 2016 berhasil ditekan dari 3,42% menjadi 2,84%. NPL net pun membaik dari 2,11% pada Desember 2015 menjadi 1,85% di bulan yang sama tahun berikutnya.
Dana pihak ketiga (DPK) perseroan tumbuh di atas rata-rata industri. Per Desember 2016, Bank BTN berhasil menghimpun DPK senilai Rp160,19 triliun atau naik 25,4% yoy dari Rp127,74 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara, data bank sentral menunjukan perbankan nasional hanya mencatatkan pertumbuhan DPK per Desember 2016 sebesar 9,5% yoy.
Struktur DPK Bank BTN juga menguat dengan peningkatan porsi dana murah (current account and saving account/CASA) perseroan yang naik ke level 50,36% pada kuartal akhir 2016 dari 48,63% di periode yang sama tahun sebelumnya. Per Desember 2016, CASA Bank BTN tercatat senilai Rp80,68 triliun atau naik 29,85% dari Rp62,13 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya.
Pada akhir tahun lalu, perolehan laba bersih Bank BTN juga didukung margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik dari 4,87% pada Desember 2015 menjadi 4,98%. Peningkatan laba bersih BBTN juga didorong kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dan pendapatan operasional (profit from operating).
Pendapatan bunga bersih Bank BTN tercatat naik 20,17% yoy dari Rp6,86 triliun di akhir 2015 menjadi Rp8,25 triliun pada periode sama 2016. Kemudian, pendapatan operasional tumbuh 32,31% yoy dari Rp2,53 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp3,35 triliun di bulan yang sama tahun berikutnya.
Di sisi lain, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BBTN membaik dari 16,97% pada Desember 2015 menjadi 20,34% di Desember 2016. Perseroan mencatat peningkatan CAR tersebut disumbang revaluasi aset yang dilakukan Bank BTN pada April 2016.
"Pencapaian kinerja 2016 didukung komitmen dan kerja keras seluruh manajemen mencapai target serta menerapkan berbagai transformasi yang dicanangkan perseroan," kata Maryono.
(izz)