Perbankan Dinilai Kurang Terlibat di Industri Kreatif

Selasa, 14 Februari 2017 - 23:21 WIB
Perbankan Dinilai Kurang...
Perbankan Dinilai Kurang Terlibat di Industri Kreatif
A A A
YOGYAKARTA - Keberpihakan perbankan terhadap industri kreatif di Yogyakarta masih dianggap sangat kurang. Padahal potensi ekonomi di sektor industri kreatif ini sangat besar, apalagi kekuatan DIY justru berada di industri kreatif.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi B Sukamdani mengatakan, DIY sebenarnya memiliki potensi luar biasa di industri kreatif. Dari sisi sumber daya manusia (SDM), ketersediaan SDM berkualitas di wilayah ini sangat melimpah mengingat DIY adalah kota pelajar dengan jumlah siswa dan mahasiswa mencapai 400 ribu orang lebih.

"DIY memiliki SDM yang bergerak dibidang industri kreatif cukup banyak, dan itu bisa menjadi potensi tersendiri," katanya dalam Pertemuan Tahunan Pelaku Industri Jasa Keuangan Tahun 2017 di Hotel Sahid Jaya, Yogyakarta, Selasa (14/2/2017).

Selama ini, perbankan memang belum banyak melirik industri kreatif meski sudah memasuki era digitalisasi. Dia mencontohkan di Jakarta industri kreatif justru berkembang tanpa dukungan dari perbankan.

Pihaknya menginginkan agar yang terjadi di Jakarta juga tidak terjadi di DIY. Karena itu, kalangan perbankan sudah seharusnya melirik industri kreatif ini untuk dibiayai.

Industri kreatif seperti film Disney, sebenarnya ongkos produksinya tidak mencapai Rp100 juta namun mampu memberikan penghasilan mencapai triliunan rupiha. Dia meyakini di tangan orang-orang kreatif yang dimiliki DIY, ongkos produksi bisa ditekan lebih banyak agi, sehingga mampu memberikan nilai tambah lebih besar.

Rektor STIMIK AMIKOM Yogyakarta Suyanto mengungkapkan, potensi industri kreatif di Yogyakarta sebenarnya sangat besar. Karena itu, STIMIK AMIKOM memiliki sembilan amar usaha yang sebagian besar berbasis teknologi.

Bahkan ada salah satu amar usaha yang telah menguasai tehnologi sistem pembayaran di 10 bandara di Indonesia. "Hanya DIY dan Juanda yang belum," ucapnya.

Tak hanya itu, STIMIK Amikom juga sudah mampu memproduksi film animasi. Dengan biaya produksi sekitar Rp56 miliar, film tersebut sudah mampu mendapatkan penghasilan di atas angka Rp2 triliun.
Hal itu menunjukkan potensi yang diperlihatkan industri kreatif sebenarnya sangat besar.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0690 seconds (0.1#10.140)