Angka Literasi Keuangan DIY Meningkat Drastis
A
A
A
YOGYAKARTA - Angka literasi dan inklusi keuangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercatat terus menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap industri keuangan semakin membaik.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY Fauzi Nugroho mengatakan, indeks literasi dan inklusi keuangan DIY pada survey 2013 tercatat di angka 27% dan 38,35%. Angka tersebut meningkat menjadi 38,55% dan 76,73% di tahun 2016 yang lalu.
OJK DIY terus berusaha mendorong peningkatan angka literasi dan inklusi dengan berbagai upaya. "Edukasi terus kami lakukan," ujarnya.
Lebih lanjut dia menerangkan upaya edukasi tersebut mereka lakukan dengan berbagai cara dan sosialisasi, salah satunya lewat jalur budaya. Di antaranya menggelar pameran di berbagai tempat, edukasi di tingkat sekolah, di Sekaten. Jalur budaya juga mereka laksanakan dengan menggelar acara ketoprak ataupun dagelan mataram.
Dengan menyasar ke kantong-kantong yang memiliki angka literasi dan inklusi rendah, upaya tersebut cukup berhasil bahkan lebih tinggi dibanding angka nasional. Tahun 2013 lalu, angka literasi dan inklusi nasional hanya 21,84 %dan 59,74%. Dan tahun 2016 lalu menunjukkan perbaikan karena menyentuh angka 29,66% dan 67,82%.
"Hal ini menunjukkan jika tingkat pemahaman dan utilitas keuangan DIY lebih tinggi dari rata-rata nasional, bahkan tertinggi dalam hal utilitas," paparnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY Fauzi Nugroho mengatakan, indeks literasi dan inklusi keuangan DIY pada survey 2013 tercatat di angka 27% dan 38,35%. Angka tersebut meningkat menjadi 38,55% dan 76,73% di tahun 2016 yang lalu.
OJK DIY terus berusaha mendorong peningkatan angka literasi dan inklusi dengan berbagai upaya. "Edukasi terus kami lakukan," ujarnya.
Lebih lanjut dia menerangkan upaya edukasi tersebut mereka lakukan dengan berbagai cara dan sosialisasi, salah satunya lewat jalur budaya. Di antaranya menggelar pameran di berbagai tempat, edukasi di tingkat sekolah, di Sekaten. Jalur budaya juga mereka laksanakan dengan menggelar acara ketoprak ataupun dagelan mataram.
Dengan menyasar ke kantong-kantong yang memiliki angka literasi dan inklusi rendah, upaya tersebut cukup berhasil bahkan lebih tinggi dibanding angka nasional. Tahun 2013 lalu, angka literasi dan inklusi nasional hanya 21,84 %dan 59,74%. Dan tahun 2016 lalu menunjukkan perbaikan karena menyentuh angka 29,66% dan 67,82%.
"Hal ini menunjukkan jika tingkat pemahaman dan utilitas keuangan DIY lebih tinggi dari rata-rata nasional, bahkan tertinggi dalam hal utilitas," paparnya.
(akr)