Sarinah Siap Jual Produk UKM di Makkah
A
A
A
JAKARTA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang ritel, PT Sarinah bekerja sama dengan perusahaan yang beroperasi di Timur Tengah, Al-Burhan Trading berencana membuka outlet di Makkah, Saudi Arabia pada kuartal III/2017. Gerai tersebut akan berisi produk-produk usaha kecil dan menengah (UKM) dari Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyambut baik kerja sama kedua perusahaan tersebut. Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Mereka akan membuka outlet Sarinah untuk produk-produk Indonesia. Untuk awal di Mekkah. Yang dijual bisa produk kerajinan, bisa makanan, dan produk-produk halal yang lain, kan banyak," kata Darmin di Jakarta, Jumat (3/3/2017).
Darmin berharap, kerja sama ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia ke Saudi Arabia. Pasalnya, neraca perdagangan Indonesia dengan Saudi Arabia mengalami defisit pada tahun lalu sebesar USD1,39 miliar. Tidak hanya itu, nilai ekspor Indonesia ke Saudi Arabia tahun lalu juga hanya USD1,33 miliar atau setara 0,009% dari total ekspor 2016 yang mencapai USD144,43 miliar.
"Memang kita perlu sinergi, kita perlu mengubah mata rantai yang dibangun. Karena itu, kita tidak usah yang besar-besar, wah, yang penting konkret. Kita bisa mulai sekarang, sehingga kemudian bisa bergerak lebih jauh," imbuhnya.
Direktur Utama PT Sarinah Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa menargetkan, gerai di Mekkah sudah bisa beroperasi paling lambat akhir tahun ini. Pola gerai yang akan digunakan yaitu Sarinah akan bertindak sebagai pengepul produk UKM karena kuantitas ekspor tiap produk UKM biasanya sedikit.
"Kita juga akan mengoordinasi produk-produk UKM binaan BUMN lainnya, termasuk nanti akan disertifikasi yang dibantu Sucofindo," tuturnya.
Putu mengatakan, Mekkah akan menjadi awal bagi Sarinah sebelum memutuskan ekspansi ke kota-kota lain di Timur Tengah. Dia pun berharap, ukuran outlet di Sarinah bisa membesar karena pasar di sana cukup prospetif, termasuk banyak warga asal Indonesia yang melaksanakan ibadah haji atau umrah.
"Kalau dimungkinkan kita kembangkan dengan toko yang lebih besar dengan jenama Sarinah di Timur Tengah. Jadi bila sukses di Mekkah ini akan disebarkan ke kota lain seperti Jeddah, juga lainnya di Dubai, Yordania, dan lain-lain," ucap Putu.
Sebelumnya, Gubernur Otoritas UKM Kerajaan Saudi Arabia Saudi Ghassan Al Sulaiman mengungkapkan ketertarikannya dengan industri fesyen Indonesia, khususnya busana Muslim.
Menurut dia, hal ini bisa terus dikembangkan bersamaan dengan busana tradisional Indonesia. "Bukan semata-mata untuk kalangan Muslim saja, melainkan bisa untuk semua kalangan," ujarnya.
Ghassan mengatakan, negaranya saat ini tengah membuat kota modern yang disebut King Abdullah Economic City yang berada di tepi Laut Merah. Dia berharap, produk-produk UKM Indonesia menjadi bagian dari kota tersebut.
"Kami juga ingin melakukan kerja sama dalam mengembangkan UKM yang berdaya saing dan berbasis teknologi," kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyambut baik kerja sama kedua perusahaan tersebut. Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Mereka akan membuka outlet Sarinah untuk produk-produk Indonesia. Untuk awal di Mekkah. Yang dijual bisa produk kerajinan, bisa makanan, dan produk-produk halal yang lain, kan banyak," kata Darmin di Jakarta, Jumat (3/3/2017).
Darmin berharap, kerja sama ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia ke Saudi Arabia. Pasalnya, neraca perdagangan Indonesia dengan Saudi Arabia mengalami defisit pada tahun lalu sebesar USD1,39 miliar. Tidak hanya itu, nilai ekspor Indonesia ke Saudi Arabia tahun lalu juga hanya USD1,33 miliar atau setara 0,009% dari total ekspor 2016 yang mencapai USD144,43 miliar.
"Memang kita perlu sinergi, kita perlu mengubah mata rantai yang dibangun. Karena itu, kita tidak usah yang besar-besar, wah, yang penting konkret. Kita bisa mulai sekarang, sehingga kemudian bisa bergerak lebih jauh," imbuhnya.
Direktur Utama PT Sarinah Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa menargetkan, gerai di Mekkah sudah bisa beroperasi paling lambat akhir tahun ini. Pola gerai yang akan digunakan yaitu Sarinah akan bertindak sebagai pengepul produk UKM karena kuantitas ekspor tiap produk UKM biasanya sedikit.
"Kita juga akan mengoordinasi produk-produk UKM binaan BUMN lainnya, termasuk nanti akan disertifikasi yang dibantu Sucofindo," tuturnya.
Putu mengatakan, Mekkah akan menjadi awal bagi Sarinah sebelum memutuskan ekspansi ke kota-kota lain di Timur Tengah. Dia pun berharap, ukuran outlet di Sarinah bisa membesar karena pasar di sana cukup prospetif, termasuk banyak warga asal Indonesia yang melaksanakan ibadah haji atau umrah.
"Kalau dimungkinkan kita kembangkan dengan toko yang lebih besar dengan jenama Sarinah di Timur Tengah. Jadi bila sukses di Mekkah ini akan disebarkan ke kota lain seperti Jeddah, juga lainnya di Dubai, Yordania, dan lain-lain," ucap Putu.
Sebelumnya, Gubernur Otoritas UKM Kerajaan Saudi Arabia Saudi Ghassan Al Sulaiman mengungkapkan ketertarikannya dengan industri fesyen Indonesia, khususnya busana Muslim.
Menurut dia, hal ini bisa terus dikembangkan bersamaan dengan busana tradisional Indonesia. "Bukan semata-mata untuk kalangan Muslim saja, melainkan bisa untuk semua kalangan," ujarnya.
Ghassan mengatakan, negaranya saat ini tengah membuat kota modern yang disebut King Abdullah Economic City yang berada di tepi Laut Merah. Dia berharap, produk-produk UKM Indonesia menjadi bagian dari kota tersebut.
"Kami juga ingin melakukan kerja sama dalam mengembangkan UKM yang berdaya saing dan berbasis teknologi," kata dia.
(izz)