Industri Kreatif Diharapkan Jadi Penggerak Perekonomian Nasional
A
A
A
JAKARTA - Hari Musik Nasional diharapkan dapat menjadi momentum kebangkitan industri musik di Tanah Air. Semangat itu pula yang kini tengah digalakkan oleh para pemangku kepentingan di industri kreatif termasuk industri musik, mulai dari artis musik, pengusaha, pemerintah, hingga komunitas penikmat musik.
Pengamat Musik Aldo Sianturi mengatakan bahwa belakangan ini industri musik di Indonesia memang tengah bebenah diri. Mengingat, segmen pendengar musik di Indonesia memiliki perbedaan karakter. ‘’Yang merugikan industri musik di Tanah Air adalah mental gratisan. Sehingga pembelian dalam bentuk fisik berupa CD menurun,’’ujarnya dalam diskusi “Industri Musik Nasional Menghadapi Persaingan Ekonomi dan Industri Kreatif Asia” di Jakarta, Kamis (9/3/2017).
Konsumsi musik melalui media digital, diakui Aldo, juga dapat dibuktikan dari tingginya publik Indonesia yang men-download musik di media digital. Sayangnya, musik yang di download dari media digital, 70%-nya adalah musik Barat. “Sementara itu, etalase untuk mendisplay musik-musik Indonesia semakin minim. Jalur distribusi konvensional seperti toko-toko musik makin terbatas, karena banyak yang tutup,” tegasnya.
Untuk artis papan atas seperti Raisa dan Slank misalnya, pendapatan mereka dari media digital mencapai 20 ribu Euro hingga 25 ribu Euro per kuartal. Dari nilai tersebut, 70%-nya berasal dari Youtube. “Untuk itu, sudah saatnya indsutri musik di Indonesia bebenah diri,” harapnya.
Deputi Hak Kekayaan Intelektual Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ary Juliano mengatakan, pada dasarnya pemerintah sangat mendukung kebangkitan industri kreatif dan musik di Tanah Air. Untuk itu, kata dia, Presiden Joko Widodo juga berharap industri musik nasional dapat menjadi tuan di negerinya sendiri. Salah satu wujud nyata yang sudah dilakukan pemerintah melalui Bekraf adalah dengan mendukung Ambon sebagai City of Music atau kota musik.
“Kami berusaha menjadikan musik sebagai penggerak ekonomi. Misalnya, dengan mendukung terbangunnya infrastruktur yang dibutuhkan Ambon sebagai City of Music. Harapannya, Ambon sebagai destinasi wisata musik dapat terwujud di tahun 2019,” tutup Ary.
Salah satu musisi, Glenn Fredly, mengatakan, industri musik di Indonesia masih belum sustain. Produk bajakan pun masih sulit diperangi. Oleh karena itu, butuh kesadaran dari semua pihak untuk membangun ekosistem musik yang sehat. Salah satu upaya yang tengah dilakukan adalah mengkampanyekan program #MusikBagusDay.
Pengamat Musik Aldo Sianturi mengatakan bahwa belakangan ini industri musik di Indonesia memang tengah bebenah diri. Mengingat, segmen pendengar musik di Indonesia memiliki perbedaan karakter. ‘’Yang merugikan industri musik di Tanah Air adalah mental gratisan. Sehingga pembelian dalam bentuk fisik berupa CD menurun,’’ujarnya dalam diskusi “Industri Musik Nasional Menghadapi Persaingan Ekonomi dan Industri Kreatif Asia” di Jakarta, Kamis (9/3/2017).
Konsumsi musik melalui media digital, diakui Aldo, juga dapat dibuktikan dari tingginya publik Indonesia yang men-download musik di media digital. Sayangnya, musik yang di download dari media digital, 70%-nya adalah musik Barat. “Sementara itu, etalase untuk mendisplay musik-musik Indonesia semakin minim. Jalur distribusi konvensional seperti toko-toko musik makin terbatas, karena banyak yang tutup,” tegasnya.
Untuk artis papan atas seperti Raisa dan Slank misalnya, pendapatan mereka dari media digital mencapai 20 ribu Euro hingga 25 ribu Euro per kuartal. Dari nilai tersebut, 70%-nya berasal dari Youtube. “Untuk itu, sudah saatnya indsutri musik di Indonesia bebenah diri,” harapnya.
Deputi Hak Kekayaan Intelektual Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ary Juliano mengatakan, pada dasarnya pemerintah sangat mendukung kebangkitan industri kreatif dan musik di Tanah Air. Untuk itu, kata dia, Presiden Joko Widodo juga berharap industri musik nasional dapat menjadi tuan di negerinya sendiri. Salah satu wujud nyata yang sudah dilakukan pemerintah melalui Bekraf adalah dengan mendukung Ambon sebagai City of Music atau kota musik.
“Kami berusaha menjadikan musik sebagai penggerak ekonomi. Misalnya, dengan mendukung terbangunnya infrastruktur yang dibutuhkan Ambon sebagai City of Music. Harapannya, Ambon sebagai destinasi wisata musik dapat terwujud di tahun 2019,” tutup Ary.
Salah satu musisi, Glenn Fredly, mengatakan, industri musik di Indonesia masih belum sustain. Produk bajakan pun masih sulit diperangi. Oleh karena itu, butuh kesadaran dari semua pihak untuk membangun ekosistem musik yang sehat. Salah satu upaya yang tengah dilakukan adalah mengkampanyekan program #MusikBagusDay.
(dmd)