Imbas Brexit, Produsen Cokelat Dunia Ancam Naikkan Harga

Senin, 13 Maret 2017 - 15:22 WIB
Imbas Brexit, Produsen...
Imbas Brexit, Produsen Cokelat Dunia Ancam Naikkan Harga
A A A
LONDON - Harga cokelat terancam bakal meningkat, jika Inggris tidak menjamin kesepakatan perdagangan dalam negosiasi Brexit setelah memutuskan untuk meninggalkan keanggotaan Uni Eropa (UE). Pernyataan ini disampaikan oleh bos perusahaan dunia yang memproduksi produk makanan, termasuk beberapa varian cokelat yakni Mars, Incorporated.

Seperti dilansir BBC, Senin (13/3/2017) Global Presiden Mars Fiona Dawson mengatakan, belum adanya kesepakatan dengan anggota Uni Eropa (UE) diperkirakan akan membuat kenaikan harga hingga 30% untuk industri. Berbicara di American Chamber of Commerce ke Uni Eropa, dia memperingatkan situasi ini bakal mengancam rantai pasokan dan jumlah ketenagakerjaan.

Sementara Perdana Menteri Inggris Theresa May telah berjanji untuk mendorong semaksimal mungkin perdagangan bebas. Dia mengatakan, bahwa jika kesepakatan yang baik ada tidak sejalan dengan Uni Eropa. Maka Inggris menurut dia akan mengambil jalan lain. "Tidak ada kesepakatan, kecuali yang lebih baik bagi Inggris Raya, daripada transaksi buruk," tegasnya.

Meski begitu Dawson mengaku sedikit khawatir apabila harus kembali menerapkan aturan organisasi perdagangan dunia yang bakal mempengaruhi tarif. "Tidak adanya batasan yang keras (di Eropa) untuk semua tarif memungkinkan rantai pasokan yang terintegrasi membantu menjaga harga tetap turun. Kembalinya hambatan-hambatan justru akan membuat harga lebih tinggi dan mengancam pasokan serta tenaga kerja," paparnya.

Dawson menambahkan biaya-biaya tersebut tidak mungkin diserap oleh perusahaan cokelat dan permen, hingga berarti konsumen harus membyar lebih untuk produk yang mereka dibeli. Mars sendiri memiliki pabrik-pabrik di Inggris dan di seluruh Eropa, dengan bahan-bahan yang diangkut dari beberapa negera di antaranya Perancis, Jerman, Polandia dan negara Uni Eropa lain.

Perusahaan telah menginvestasikan lebih dari 23 juta poundsterling untuk pabrik di King's Lynn, Norfolk setelah referendum Brexit. "Akan ada keuntungan ekonomi dari kedua sisi terkait perdagangan. Dalam istilah sederhana, jika Inggris dan Uni Eropa gagal mencapai kesepakatan preferensial baru, itu akan merugikan semua (tidak hanya sektor otomotif, keuangan, tapi juga industri bahan makanan)," tegasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1010 seconds (0.1#10.140)