Revitalisasi Pasar Peterongan, DPRD Akan Panggil Kontraktor
A
A
A
SEMARANG - Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Jawa Tengah, akan memanggil pihak-pihak terkait, untuk menindaklanjuti keluhan dari pada pedagang pasar Peterongan terkait kebocoran-kebocoran yang terjadi di pasar tersebut.
Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Agus Riyanto mengatakan, revitalisasi Pasar Peterongan menghabiskan dana kurang lebih Rp29 miliar. Dana tersebut bukan dana yang sedikit, sehingga harus mampu memberikan tempat berdagang yang layak bagi para pedagang.
“Kami sengaja melakukan kunjungan untuk melihat kondisinya pasar Peterongan seperti apa. Karena ada laporan seperti kebocoran, ada beberapa titik tidak ada salurannya. Keluhan ini akan kami sampaikan ke Dinas Perdagangan, mudah-mudahan segera di tindak lanjuti,” katanya, saat melakukan kunjungan bersama seluruh Anggota Komisi B di Pasar Peterongan, Senin (13/3/2017).
Dia mengatakan, dari hasil kunjungan tersebut, pihaknya memang melihat adanya kebojoran dan juga saluran yang dikeluhkan oleh para pedagang. Oleh karena itu, dalam waktu dekat ini pihaknya akan memanggil, Dinas Pedagangan, Bappeda dan juga kontraktor pelaksana.
Pemanggilan tersebut kata dia, untuk mengetahui mana saja yang menjadi tanggug jawab Pemerintah dan mana yang menjadi tanggung jawab kontraktor.
"Nanti dari hasil rapat koordinasi ini, mana yang menjadi tanggung jawab kontraktor harus segera ditindak lanjuti demikian juga yang menjadi tanggung jawab pemerintah harus segera dianggarkan supaya tidak ada keluhan dari para pedagang,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, anggota dewan juga mendapatkan keluhan dari pada pedagang yang ada di lantai dua. Mereka mengeluh karena jualannya sepi dan tidak laku. “Terkait keluhan pedagang yang dagangannya tidak laku, nanti akan dikoordinasikan jika memang di bawah masih ada yang kosong harus dipenuhi dulu,” imbuhnya.
Ia mengakui, revitalisasi pasar Peterongan memang cukup dilema, karena pasar yang asli yang mampu menampung 500 pedagang. Sementara, pasar harus juga mampu mengakomodir pedagang yang ada di luar pasar, yang jumlah mencapai 1.000 pedagang.
“Ini menjadi PR bersama untuk supaya penataan pedagang bisa dilakukan dengan baik. Mungkin nanti ada pembangunan pasar baru atau bagaimana, akan kita bahas bersama,” ucapnya.
Kepala Bidang Pengembangan Sarpras Dinas Perdagangan Kota Semarang, Nurkholis mengaku, memang ada keluhan para pedagang terkait dengan kebocoran. Hal itu dikarenakan, tidak adanya penahan air di atap bangunan.
“Terkait dengan laporan kebocoran yang melanda pasar, kami akan melakukan penambahan tinggi penahan air di atap sekitar 8 sampai 10 centimeter untuk mengantisi pas hujan deras," katanya.
Selain itu pihaknya menerangkan bahwa akan dilakukan studi kelayakan penempatan pasar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di Pasar Peterongan.
Sementara itu, salah satu pedagang di lantai dua pasar Peterongan Widodo mengaku, sejak dua bulan lalu sepi pengunjung. Para pengunjung pasar lebih memilih di lantai satu ketimbang harus naik di lantai dua.
Dengan kondisi tersebut, kata dia, membuat para pedagang yang ditempatkan di lantai dua memilih tidak berjualan. "Sekarang yang aktif berjualan hanya empat orang, yang lain sudah berhenti, karena sejak dua bulan lalu sepi. Kami tidak dapat apa-apa di sini," katanya.
Dia mengaku, para pedagang di lantai dua yang jumlahnya tidak terlalu banyak bisa dipindah di lantai satu, karena masih ada beberapa kios yang kosong.
Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Agus Riyanto mengatakan, revitalisasi Pasar Peterongan menghabiskan dana kurang lebih Rp29 miliar. Dana tersebut bukan dana yang sedikit, sehingga harus mampu memberikan tempat berdagang yang layak bagi para pedagang.
“Kami sengaja melakukan kunjungan untuk melihat kondisinya pasar Peterongan seperti apa. Karena ada laporan seperti kebocoran, ada beberapa titik tidak ada salurannya. Keluhan ini akan kami sampaikan ke Dinas Perdagangan, mudah-mudahan segera di tindak lanjuti,” katanya, saat melakukan kunjungan bersama seluruh Anggota Komisi B di Pasar Peterongan, Senin (13/3/2017).
Dia mengatakan, dari hasil kunjungan tersebut, pihaknya memang melihat adanya kebojoran dan juga saluran yang dikeluhkan oleh para pedagang. Oleh karena itu, dalam waktu dekat ini pihaknya akan memanggil, Dinas Pedagangan, Bappeda dan juga kontraktor pelaksana.
Pemanggilan tersebut kata dia, untuk mengetahui mana saja yang menjadi tanggug jawab Pemerintah dan mana yang menjadi tanggung jawab kontraktor.
"Nanti dari hasil rapat koordinasi ini, mana yang menjadi tanggung jawab kontraktor harus segera ditindak lanjuti demikian juga yang menjadi tanggung jawab pemerintah harus segera dianggarkan supaya tidak ada keluhan dari para pedagang,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, anggota dewan juga mendapatkan keluhan dari pada pedagang yang ada di lantai dua. Mereka mengeluh karena jualannya sepi dan tidak laku. “Terkait keluhan pedagang yang dagangannya tidak laku, nanti akan dikoordinasikan jika memang di bawah masih ada yang kosong harus dipenuhi dulu,” imbuhnya.
Ia mengakui, revitalisasi pasar Peterongan memang cukup dilema, karena pasar yang asli yang mampu menampung 500 pedagang. Sementara, pasar harus juga mampu mengakomodir pedagang yang ada di luar pasar, yang jumlah mencapai 1.000 pedagang.
“Ini menjadi PR bersama untuk supaya penataan pedagang bisa dilakukan dengan baik. Mungkin nanti ada pembangunan pasar baru atau bagaimana, akan kita bahas bersama,” ucapnya.
Kepala Bidang Pengembangan Sarpras Dinas Perdagangan Kota Semarang, Nurkholis mengaku, memang ada keluhan para pedagang terkait dengan kebocoran. Hal itu dikarenakan, tidak adanya penahan air di atap bangunan.
“Terkait dengan laporan kebocoran yang melanda pasar, kami akan melakukan penambahan tinggi penahan air di atap sekitar 8 sampai 10 centimeter untuk mengantisi pas hujan deras," katanya.
Selain itu pihaknya menerangkan bahwa akan dilakukan studi kelayakan penempatan pasar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di Pasar Peterongan.
Sementara itu, salah satu pedagang di lantai dua pasar Peterongan Widodo mengaku, sejak dua bulan lalu sepi pengunjung. Para pengunjung pasar lebih memilih di lantai satu ketimbang harus naik di lantai dua.
Dengan kondisi tersebut, kata dia, membuat para pedagang yang ditempatkan di lantai dua memilih tidak berjualan. "Sekarang yang aktif berjualan hanya empat orang, yang lain sudah berhenti, karena sejak dua bulan lalu sepi. Kami tidak dapat apa-apa di sini," katanya.
Dia mengaku, para pedagang di lantai dua yang jumlahnya tidak terlalu banyak bisa dipindah di lantai satu, karena masih ada beberapa kios yang kosong.
(ven)