Sriwijaya Gaet Bintan Resort Bangun Bandara dan MRO

Rabu, 15 Maret 2017 - 06:05 WIB
Sriwijaya Gaet Bintan Resort Bangun Bandara dan MRO
Sriwijaya Gaet Bintan Resort Bangun Bandara dan MRO
A A A
JAKARTA - Sriwijaya Air Group bersama Bintan Aviation Investment menyiapkan kerja sama pembangunan bandar udara (Bandara) dan fasilitas maintenance repairing and operation (MRO) di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, dengan nilai investasi hingga USD200 juta.

Pembangunan fasilitas bandara tersebut dilakukan bertahap dendi atas lahan 1.500 hektare (ha) dengan panjang landasan 3.000 meter di Bintan. Kerja sama tersebut ditandai dengan nota kesepahaman antara Sriwijaya Group dengan PT Bintan Aviation Investmen yang merupakan bagian dari kelompok usaha Bintan Resort Cakrawala.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Sriwijaya Air Group, Chandra Lie mengatakan, potensi pariwisata Bintan sangat menarik wisatawan mancanegara tiap tahunnya. Rata-rata per tahun wisatawan asing mencapai 200 ribu wisatawan dan didukung dengan fasilitas hunian Bintan Resort mencapai 7.000 kamar.

"Ini alasan kami kenapa berinvestasi di Bintan. Wisatawan mancanegara terutama dari Singapura, Malaysia hingga China bisa singgah ke Kepulauan Bintan," kata Chandra di Jakarta, Selasa (14/3/2017).

Chandra mengaku, dengan peningkatan infrastruktur kebandarudaraan yang akan dibangun tersebut, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menargetkan jumlah wisatawan hingga 20 juta wisatawan sampai tahun 2019. Kerja sama tersebut akan mencakup pengelolaan bandar udara yang sedianya akan dikelola oleh Sriwijaya Air Group.

Sedangkan pihak pembangun dilakukan melalui Bintan Aviation Investment. Saat ini pembangunan bandar udara telah dilakukan dan mencapai tahap pembangunan fondasi landasan.

Managing Director Bintan Aviation Investment, Michael Wudy menargetkan pembangunan bandar udara di Bintan bisa selesai pada 2018. Nilai pembangunan bandara mencapai USD100-150 juta. "Kami saat ini sedang membangun landasannya. Tahun 2018 kami targetkan sudah bisa selesai dengan nilai pembangunan mencapai USD100-150 juta," ungkap dia.

Selain bandar udara, peluang lain yang digarap dari kerja sama tersebut ialah pembangunan fasilitas MRO. Direktur Sriwijaya Maintenance Facility (SMF), Richard Budihadianto mengatakan, bisnis perawatan pesawat udara atau MRO baru terserap 40% di dalam negeri. Sedangkan sisanya masih dimanfaatkan negara-negara tetangga. "Sebanyak 60% pesawat kita itu perawatannya lari ke luar negeri karena keterbatasan fasilitas," ungkap dia.

Menurut mantan Direktur GMF itu, Bintan dipilih karena lokasinya yang strategis terhadap posisi pengoperasian rute-rute pesawat Sriwijaya Airlines. "Lokasinya sangat strategis bagi rute-rute Sriwijaya Air yang dominan ke wilayah Sumatra. Selain itu, kita mengambil pasar negara-negara tetangga seperti singapura dan Malaysia," ungkap dia.

Dia menjelaskan potensi bisnis perawatan pesawat hingga akhir tahun 2016 masih sangat besar yakni USD1 miliar. Adapun pasar perawatan pesawat di Asia masih berada di bawah Amerika Utara dan Eropa. "Ke depan, pasar paling besar akan diraih pasar Asia mengingat pemesanan pesawat saat ini paling besar berada di wilayah Asia," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa rencana pembangunan fasilitas MRO yang akan digarap Sriwijaya Air Group dan Bintan Aviation Investment tersebut akan meliputi tiga fase pembangunan dengan nilai investasi USD200 juta dengan perencanaan pembangunan selama 15 tahun.

"Makanya untuk tahap pertama ini bisa diselesaikan dengan masa waktu satu setengah hingga dua tahun. Adapun untuk nilai pembangunan fase pertama mencapai USD50-75 juta," ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6368 seconds (0.1#10.140)