Rosneft Ditawarkan Saham Perusahaan Minyak Venezuela
A
A
A
CARACAS - Petroleos de Venezuela S.A. (PDVSA) telah menawarkan saham kepada Rosneft sebuah perusahaan minyak terintegrasi yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah Rusia lewat skema joint venture. Hal ini menjadi sinyal untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi antara kedua negara, baik di Amerika Latin dan Moskow.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (17/3/2017) Rosneft (ROSN.MM) telah ditawarkan saham sebesar 10% dengan skema bisnis perusahaan patungan oleh perusahaan minyak pelat merah milik pemerintah Venezuela. Seperti diketahui PDVSA diketahui telah berbagi sebanyak 70% dan perusahaan minyak AS yakni Chevron Corp (CVX. N) memegang 30%.
Hal itu mencakup lapangan minyak dan upgrade pasokan minyak mencapai 210.000 barrel per hari. Dua sumber terdekat perusahaan mengatakan, tawaran saham ini merupakan salah satu dari paket besar yang ditawarkan kepada Rosneft. Langkah ini sebagai upaya PDVSA untuk mengumpulkan dana sehingga menyelesaikan pembayaran pemasok dan pemegang obligasi.
Belum diketahui secara pasti apakah Rosneft akan menerima tawaran tersebut, mengingat laporan potensial transaksi keuangan belum muncul. Sementara itu PDVSA dan Kementerian minyak Venezuela belum mau menanggapi berita ini, sedangkan Chevron dan Rosneft menolak berkomentar.
Jika terwujud, maka kesepakatan ini akan membuat perusahaan minyak berbasis di California yakni Chevrin bekerja bersama dengan perusahaan milik Rusia yakni Rosneft di tengah sanksi AS terhadap Rusia. Tetapi yang menjadi perhatian Chevron adalah bahwa Undang-undang (UU) akuntansi dan transparansi kurang ketat di Rusia daripada di Amerika Serikat.
Proposal menyoroti perlunya Venezuela akan dana besar setelah produksi minyak jatuh 10% tahun lalu, berdasarkan data Organisasi Negara-negara Pengekspor Dunia (OPEC). Sebelumnya pemerintah gagal menyetujui kesepakatan guna mendorong kembali pembayaran hutang dalam tiga tahun.
Di sisi lain tahun lalu DVSA berhutang USD1,6 miliar terhadap pokok dan bunga pinjaman tangga 28 Oktober, serta pembayaran lainnya sebesar USD2,9 miliar yang jatuh tempo pada 2 November yang jatuh tempo pada 2 November sebagai Obligasi yang terpisah. Secara keseluruhan, dijelaskan, Venezuela meminta para investor untuk "menukar" USD5,3 miliar obligasi yang jatuh tempo pada 2017 bersama obligasi yang jatuh tempo pada 2020.
Hal itu pada dasarnya mengizinkan pemerintah untuk mendorong kembali pembayaran. PDVSA sendiri mencerminkan lebih dari sekedar sebuah perusahaan minyak. Dia dianggap penopang hidup di Venezuela. Berdasarkan keterangan CNN, pengiriman minyak memberikan lebih dari 95 persen dari total pendapatan ekspor negara itu.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (17/3/2017) Rosneft (ROSN.MM) telah ditawarkan saham sebesar 10% dengan skema bisnis perusahaan patungan oleh perusahaan minyak pelat merah milik pemerintah Venezuela. Seperti diketahui PDVSA diketahui telah berbagi sebanyak 70% dan perusahaan minyak AS yakni Chevron Corp (CVX. N) memegang 30%.
Hal itu mencakup lapangan minyak dan upgrade pasokan minyak mencapai 210.000 barrel per hari. Dua sumber terdekat perusahaan mengatakan, tawaran saham ini merupakan salah satu dari paket besar yang ditawarkan kepada Rosneft. Langkah ini sebagai upaya PDVSA untuk mengumpulkan dana sehingga menyelesaikan pembayaran pemasok dan pemegang obligasi.
Belum diketahui secara pasti apakah Rosneft akan menerima tawaran tersebut, mengingat laporan potensial transaksi keuangan belum muncul. Sementara itu PDVSA dan Kementerian minyak Venezuela belum mau menanggapi berita ini, sedangkan Chevron dan Rosneft menolak berkomentar.
Jika terwujud, maka kesepakatan ini akan membuat perusahaan minyak berbasis di California yakni Chevrin bekerja bersama dengan perusahaan milik Rusia yakni Rosneft di tengah sanksi AS terhadap Rusia. Tetapi yang menjadi perhatian Chevron adalah bahwa Undang-undang (UU) akuntansi dan transparansi kurang ketat di Rusia daripada di Amerika Serikat.
Proposal menyoroti perlunya Venezuela akan dana besar setelah produksi minyak jatuh 10% tahun lalu, berdasarkan data Organisasi Negara-negara Pengekspor Dunia (OPEC). Sebelumnya pemerintah gagal menyetujui kesepakatan guna mendorong kembali pembayaran hutang dalam tiga tahun.
Di sisi lain tahun lalu DVSA berhutang USD1,6 miliar terhadap pokok dan bunga pinjaman tangga 28 Oktober, serta pembayaran lainnya sebesar USD2,9 miliar yang jatuh tempo pada 2 November yang jatuh tempo pada 2 November sebagai Obligasi yang terpisah. Secara keseluruhan, dijelaskan, Venezuela meminta para investor untuk "menukar" USD5,3 miliar obligasi yang jatuh tempo pada 2017 bersama obligasi yang jatuh tempo pada 2020.
Hal itu pada dasarnya mengizinkan pemerintah untuk mendorong kembali pembayaran. PDVSA sendiri mencerminkan lebih dari sekedar sebuah perusahaan minyak. Dia dianggap penopang hidup di Venezuela. Berdasarkan keterangan CNN, pengiriman minyak memberikan lebih dari 95 persen dari total pendapatan ekspor negara itu.
(akr)