Cari Tambahan Modal Rp10 Triliun, Waskita Divestasi Anak Usaha
A
A
A
JAKARTA - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengaku sedang mencari tambahan modal atau ekuitas sebesar Rp10 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan itu, perusahaan akan melakukan pengurangan (divestasi) sebagian saham anak usahanya.
Direktur Utama Waskita Karya M Choliq mengatakan, perusahaan membidik total ekuitas Rp30 triliun hingga akhir tahun. Sementara, saat ini baru terkumpul Rp20 triliun.
"Target perusahaan akhir 2017 total ekuitas keseluruhan Rp30 triliun, Rp16,7 triliun per Desember 2016, Januari 2017 sudah Rp20 triliun lebih. Sehingga, saya harus cari Rp10 triliun lagi ekuitas," ujarnya di Jakarta, Jumat (17/3/2017).
Choliq mencontohkan, salah satu anak usaha yang sudah dilepas sebagian sahamnya yakni PT Waskita Toll Road. PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan PT Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen) menjadi dua investor baru dengan nilai investasi masing-masing Rp1,5 triliun dan Rp2 triliun.
Total divestasi Waskita Toll Road sebesar Rp3,5 triliun ini membuat SMI memegang saham 12,4% dan Taspen 16,6%. Investasi kedua perusahaan pelat merah ini merupakan salah satu program Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA).
Perusahaan, kata Choliq, akan kembali melakukan divestasi anak usaha. Adapun anak perusahaan yang kemungkinan dilepas sahamnya, selain PT Waskita Toll Road, juga PT Waskita Karya Realty, dan PT Waskita Karya Energi.
"Sebagian dari saham Waskita Toll Road dibeli SMU dan Taspen. Tentu kita cari yang lain," kata dia.
Ekuitas sebesar Rp30 triliun dibutuhkan perusahaan untuk bisa memiliki ruang dalam melakukan pinjaman. Waskita Karya tahun ini mengalokasikan dana belanja modal Rp32 triliun yang dipenuhi lewat kas internal, pinjaman perbankan, dan obligasi.
"Tahun ini tidak ada rencana IPO (anak usaha) tapi poinnya perkuat modal dari ekuitas. Kalau sudah kuat, utang datang sendiri, enggak usah dicari, capex Rp32 triliun lebih," tutur Choliq.
Untuk obligasi, perusahaan disebutkannya akan mengajukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) baru dengan nilai hingga Rp10 triliun. Penerbitan surat utang tersebut dilakukan pada semester II tahun ini.
"Obligasi ada sisa Rp400 miliar kita terminated, enggak kita lanjutkan. Semester berikutnya ajukan PUB baru skalanya capai Rp10 triliun," ungkapnya.
Direktur Utama Waskita Karya M Choliq mengatakan, perusahaan membidik total ekuitas Rp30 triliun hingga akhir tahun. Sementara, saat ini baru terkumpul Rp20 triliun.
"Target perusahaan akhir 2017 total ekuitas keseluruhan Rp30 triliun, Rp16,7 triliun per Desember 2016, Januari 2017 sudah Rp20 triliun lebih. Sehingga, saya harus cari Rp10 triliun lagi ekuitas," ujarnya di Jakarta, Jumat (17/3/2017).
Choliq mencontohkan, salah satu anak usaha yang sudah dilepas sebagian sahamnya yakni PT Waskita Toll Road. PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan PT Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen) menjadi dua investor baru dengan nilai investasi masing-masing Rp1,5 triliun dan Rp2 triliun.
Total divestasi Waskita Toll Road sebesar Rp3,5 triliun ini membuat SMI memegang saham 12,4% dan Taspen 16,6%. Investasi kedua perusahaan pelat merah ini merupakan salah satu program Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA).
Perusahaan, kata Choliq, akan kembali melakukan divestasi anak usaha. Adapun anak perusahaan yang kemungkinan dilepas sahamnya, selain PT Waskita Toll Road, juga PT Waskita Karya Realty, dan PT Waskita Karya Energi.
"Sebagian dari saham Waskita Toll Road dibeli SMU dan Taspen. Tentu kita cari yang lain," kata dia.
Ekuitas sebesar Rp30 triliun dibutuhkan perusahaan untuk bisa memiliki ruang dalam melakukan pinjaman. Waskita Karya tahun ini mengalokasikan dana belanja modal Rp32 triliun yang dipenuhi lewat kas internal, pinjaman perbankan, dan obligasi.
"Tahun ini tidak ada rencana IPO (anak usaha) tapi poinnya perkuat modal dari ekuitas. Kalau sudah kuat, utang datang sendiri, enggak usah dicari, capex Rp32 triliun lebih," tutur Choliq.
Untuk obligasi, perusahaan disebutkannya akan mengajukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) baru dengan nilai hingga Rp10 triliun. Penerbitan surat utang tersebut dilakukan pada semester II tahun ini.
"Obligasi ada sisa Rp400 miliar kita terminated, enggak kita lanjutkan. Semester berikutnya ajukan PUB baru skalanya capai Rp10 triliun," ungkapnya.
(izz)