Vietnam Melesat dalam Perlombaan Infrastruktur di Asia
A
A
A
SINGAPURA - Sejak melaksanakan reformasi ekonomi pada 1986 dikenal dengan istilah Doi Moi, perekonomian Vietnam terus menanjak. Bahkan kini, negara yang pernah perang saudara akibat perbedaan ideologi, menjadi pemimpin dalam perlombaan infrastruktur di Asia.
Melansir dari Bloomberg, Kamis (23/3/2017), investasi infrastruktur untuk sektor publik dan swasta Vietnam rata-rata 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka dalam beberapa tahun terakhir. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menyebut angka itu merupakan tertinggi di Asia Tenggara, hanya kalah dari China yang mengeluarkan investasi 6,8%.
Adapun investasi infrastruktur di Indonesia dan Filipina hanya sekitar 3% dari PDB mereka. Sementara Malaysia dan Thailand mengeluarkan investasi kurang dari 2%.
ADB menyatakan bahwa negara-negara berkembang di Asia perlu mengeluarkan investasi infrastruktur sebesar USD26 triliun hingga tahun 2030. Biaya sebesar itu untuk membangun jaringan transportasi, listrik, dan penyediaan air bersih.
Vietnam sendiri meningkatkan pembangunan infrastruktur demi memikat lebih banyak investor asing ke negaranya. Sehingga mereka ingin menempatkan diri sebagai Macan Ekonomi Asia berikutnya, setelah Filipina.
“Pemerintah (Vietnam) tahu jika mereka ingin bersaing mendapatkan investasi, upah rendah bukan jawaban tapi infrastruktur,” ujar Eugenia Victorino, ekonom Australia & New Zealand Banking Group di Singapura.
Menurut Eugenia, Vietnam melakukan pembangunan infrastruktur cukup baik agar investor membangun pabrik demi menyerap tenaga kerja. Selain itu pembangunan di Vietnam cukup merata, dengan bandara dan jalan yang dibangun di seluruh negeri.
Upaya Vietnam memajukan pembangunan infrastruktur berbuah hasil. Investasi asing langsung melonjak menembus rekor USD15,8 miliar atau setara Rp210,6 triliun pada 2016. Estimasi kurs Rp13.329 per USD. Bank Dunia bahkan menaksir pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai lebih dari 6% pada 2019 mendatang, dan salah satu yang terbaik di dunia.
Pemerintah Vietnam mengatakan tantangan mereka saat ini adalah kebutuhan dana USD480 miliar atau Rp6.398 triliun hingga tahun 2020. Uang sebanyak itu untuk pembangunan infrastruktur, termasuk 11 pembangkit listrik dengan kapasitas 13.200 megawatt dan jalan raya sepanjang 1.380 kilometer.
Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc memerintahkan kementerian transportasi untuk mempercepat rencana menarik lebih banyak investasi swasta di bidang infrastruktur. Karena anggaran negara hanya dapat memenuhi sepertiga dari kebutuhan infrastruktur di atas.
Direktur ADB bidang Ekonomi Pembangunan Rana Hasan mengatakan pangsa investasi swasta dalam belanja infrastruktur di Vietnam masih kurang dari 10%. Sedangkan di India, sektor swasta memainkan peran lebih besar hingga lebih 30% dari total investasi infrastruktur.
Melesatnya pembangunan infrastruktur Vietnam membuat Filipina tidak mau ketinggalan. Presiden Filipina Rodrigo Duterte memiliki rencana ambisius dalam belanja infrastruktur, yaitu menginvestasikan 7% dari PDB mereka alias senilai USD160 miliar atau Rp2.132 triliun hingga tahun 2022. Sementara di Indonesia, beberapa program infrastruktur yang sedang dikerjakan adalah proyek kelistrikan 35.000 MW dan pembangunan jalur kereta api 720 kilometer dari Jakarta ke Surabaya.
Melansir dari Bloomberg, Kamis (23/3/2017), investasi infrastruktur untuk sektor publik dan swasta Vietnam rata-rata 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka dalam beberapa tahun terakhir. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menyebut angka itu merupakan tertinggi di Asia Tenggara, hanya kalah dari China yang mengeluarkan investasi 6,8%.
Adapun investasi infrastruktur di Indonesia dan Filipina hanya sekitar 3% dari PDB mereka. Sementara Malaysia dan Thailand mengeluarkan investasi kurang dari 2%.
ADB menyatakan bahwa negara-negara berkembang di Asia perlu mengeluarkan investasi infrastruktur sebesar USD26 triliun hingga tahun 2030. Biaya sebesar itu untuk membangun jaringan transportasi, listrik, dan penyediaan air bersih.
Vietnam sendiri meningkatkan pembangunan infrastruktur demi memikat lebih banyak investor asing ke negaranya. Sehingga mereka ingin menempatkan diri sebagai Macan Ekonomi Asia berikutnya, setelah Filipina.
“Pemerintah (Vietnam) tahu jika mereka ingin bersaing mendapatkan investasi, upah rendah bukan jawaban tapi infrastruktur,” ujar Eugenia Victorino, ekonom Australia & New Zealand Banking Group di Singapura.
Menurut Eugenia, Vietnam melakukan pembangunan infrastruktur cukup baik agar investor membangun pabrik demi menyerap tenaga kerja. Selain itu pembangunan di Vietnam cukup merata, dengan bandara dan jalan yang dibangun di seluruh negeri.
Upaya Vietnam memajukan pembangunan infrastruktur berbuah hasil. Investasi asing langsung melonjak menembus rekor USD15,8 miliar atau setara Rp210,6 triliun pada 2016. Estimasi kurs Rp13.329 per USD. Bank Dunia bahkan menaksir pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai lebih dari 6% pada 2019 mendatang, dan salah satu yang terbaik di dunia.
Pemerintah Vietnam mengatakan tantangan mereka saat ini adalah kebutuhan dana USD480 miliar atau Rp6.398 triliun hingga tahun 2020. Uang sebanyak itu untuk pembangunan infrastruktur, termasuk 11 pembangkit listrik dengan kapasitas 13.200 megawatt dan jalan raya sepanjang 1.380 kilometer.
Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc memerintahkan kementerian transportasi untuk mempercepat rencana menarik lebih banyak investasi swasta di bidang infrastruktur. Karena anggaran negara hanya dapat memenuhi sepertiga dari kebutuhan infrastruktur di atas.
Direktur ADB bidang Ekonomi Pembangunan Rana Hasan mengatakan pangsa investasi swasta dalam belanja infrastruktur di Vietnam masih kurang dari 10%. Sedangkan di India, sektor swasta memainkan peran lebih besar hingga lebih 30% dari total investasi infrastruktur.
Melesatnya pembangunan infrastruktur Vietnam membuat Filipina tidak mau ketinggalan. Presiden Filipina Rodrigo Duterte memiliki rencana ambisius dalam belanja infrastruktur, yaitu menginvestasikan 7% dari PDB mereka alias senilai USD160 miliar atau Rp2.132 triliun hingga tahun 2022. Sementara di Indonesia, beberapa program infrastruktur yang sedang dikerjakan adalah proyek kelistrikan 35.000 MW dan pembangunan jalur kereta api 720 kilometer dari Jakarta ke Surabaya.
(ven)